Teknik bayi tabung dari "tiga orang tua" yang kontroversial ini, mulai mendapat lampu hijau di Inggris. Para penentu kebijakan mengatakan, prosedur tersebut "sepertinya tidak berbahaya".
Iklan
Walau belum ada manusia yang mencoba prosedur bayi tabung dari DNA tiga manusia ini, pembuat kebijakan bidang reproduksi di Inggris mengatakan teknik tersebut sepertinya aman. Kesimpulan ini berdasarkan tes laboratorium dan eksperimen dengan hewan.
"Hingga ada bayi sehat yang dilahirkan, kami tidak bisa mengatakan 100 persen, bahwa teknik ini aman," kata Dr. Andy Greenfield ketua panel yang menyusun laporan tersebut.
Teknik ini bertujuan untuk mencegah para ibu meneruskan penyakit genetika yang berpotensi fatal kepada bayinya dan mengubah sel telur atau embrio sebelum mentransfernya ke rahim sang ibu.
Inggris yang pertama
Metode ini baru diijinkan untuk penelitian laboratorium. Tetapi departemen kesehatan Inggris mengatakan, ada harapan undang-undang baru yang mengijinkan teknik ini bagi pasien akan diberlakukan akhir tahun ini.
Jika disetujui, Inggris akan menjadi negara pertama di dunia yang mengijinkan embrio untuk dimodifikasi secara genetika dengan teknik ini. Namun banyak kritik yang menganggap penelitian tersebut sebagai tidak etis dan memperingatkan akan bahaya yang belum diketahui.
Marcy Darnovsky dari Center for Genetics and Society di Amerika Serikat berpendapat, embrio yang diciptakan dengan cara tersebut bisa "menggoda" peneliti dan orang tua untuk menggunakan teknik yang sama untuk memperoleh designer baby atau bayi sesuai pesanan.
Metode ini rencananya akan diterapkan pada belasan perempuan Inggris setiap tahun, jika undang-undang baru diloloskan. Para perempuan tersebut, khususnya mengalami kelainan pada mitokondria, organ tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup.
Aborsi di Argentina – Menentang Tabu
Presiden Argentina Alberto Fernandez ajukan undang-undang (RUU) yang melegalkan aborsi ke kongres. Dulu karena ilegal, beberapa perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungan, melakukannya sendiri dengan nekad.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Pria menderita juga
Aborsi bukan hanya masalah perempuan, sebagai karya yang ditunjukkan fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice. Pedro, 24 tahun, mendukung keputusan pacarnya untuk melakukan aborsi pada tahun 2012. Dia tidak bisa berbicara dengan teman-temannya tentang hal itu. "Kami merasa seperti penjahat."
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Untuk kebebasan pribadi
Dulu meski dilarang, setiap tahun sekitar setengah juta perempuan menjalani prosedur, seperti yang dilakukan Camilla. Setelah aborsi, dia membuat tato di lehernya, dengan tulisan: "Libertad ", yang artinya: kebebasan.
Foto: Goméz Verdi, Franz, Meurice
Aborsi di Tahun Baru
Mara, dulu hamil pada usia 21 tahun. Keluarga pacarnya mengancam, "Jika kamu melakukan aborsi, kami akan melaporkanmu." Tapi kemudian, pacarnya meninggalkan dia dalam keadaan berbadan dua. Setelah hampir hamil 12 minggu, dia menceritakan nasibnya pada ibunya dan melakukan aborsi di klinik ilegal, pada Malam Tahun Baru 2002.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di rumah
Gantungan baju, jarum rajut, pukulan di perut - kurangnya informasi dan tidak ada pilihan lain menyebabkan banyak perempuan nekad melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering berakibat fatal.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
100 kematian setiap tahun
Menurut data dari Departemen Kesehatan Argentina, setiap tahun antara 60.000 dan 80.000 perempuan dengan komplikasi akut dan perdarahan akibat aborsi, dirawat di rumah sakit dan diinapkan dalam apa yang disebut "kamar syok". Sekitar 100 perempuan meninggal dunia akibat luka atau prosedur aborsi Yang salah. Kasus-kasus seperti ini sangat umum di daerah-daerah termiskin di negara itu.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi untuk dua puluh juta
Bisnis aborsi ilegal berkembang. Dokter memungut biaya sekitar 20 juta Rupiah untuk prosedur ilegal ini. Salah satu kritikus dari praktik ilegal ini adalah ahli bedah German Cardoso--anggota asosiasi yang dokter Argentina. Ia berkomitmen untuk melegalkan aborsi. Dia sendiri melakukan prosedur itu. Biayanya bervariasi, disesuaikan dengan pendapatan pasien.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Bantuan dari perempuan untuk perempuan
"Ambil rosario Anda keluar dari indung telur kita! " demikian tuntut asosiasi perempuan Argentina "La Revuelta", salah satu dari banyak LSM yang memperjuangkan legalisasi aborsi. Di provinsi Patagonian dari Neuquen, mereka memberi nasihat dan menemani perempuan yang ingin melakukan aborsi.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Tidak ada pedoman
Eluney, 21 tahun usianya. Gadis dari Neuquenini ditemani oleh badan amal La Revuelta ketika terpaksa melakukan aborsi. "Saya ingin memutuskan sendiri kapan harus menjadi seorang ibu," katanya. Namun, jika aborsi kimia tidak dilakukan dengan benar, maka bisa berbahaya. Dokter sering menjual obat tanpa informasi tentang bagaimana obat-obatan itu harus digunakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di Penjara
Terpaksa bekerja sebagai pelacur, Sonia Sanchez lima kali aborsi - semua dilakukan di penjara. Dia ditahan untuk kasus ‘prostitusi ilegal". Ia dihamili oleh pelanggan yang membayar pemilik rumah bordil untuk melakukan seks tanpa kondom. Pada tahun 2012, aborsi dilegalkan, khusus untuk kasus pemerkosaan atau jika mengancam nyawa perempuan hamil.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Dalam keheningan
"Ini tubuh saya," kata Monica. Fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice ingin menggunakan proyek foto mereka untuk memecah keheningan persoalan aborsi di Argentina, hal yang selama ini tabu untuk dibicarakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
10 foto1 | 10
Kelainan pada kode genetika mitokondria bisa menyebabkan penyakit seperti distrofi muskular, masalah jantung dan retardasi mental.
Gen dari tiga orang
Teknik ini memindahkan DNA nukleus dari sel telur seorang calon ibu dan memasukkannya ke dalam sel telur donor, yang tidak lagi memiliki DNA nukleus. Ini bisa dilakukan sebelum atau sesudah pembuahan.
Jadi embrio yang dihasilkan adalah kombinasi dari DNA nukleus kedua orang tuanya dan DNA mitokondrial sang donor. Para ilmuwan mengatakan, DNA dari sel telur donor jumlahnya kurang dari 1 persen dari gen embrio tersebut.
Namun, perubahan ini akan diteruskan kepada generasi berikutnya. Ini modifikasi genetika besar-besaran yang sulit untuk didukung banyak ilmuwan dan pakar etika.
Awal tahun ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) bertemu untuk membicarakan teknik tersebut dan para peneliti memperingatkan akan butuh puluhan tahun untuk menentukan apakah metode ini benar-benar aman.