Satu Juta Warga Sipil Suriah Dikepung Militer Pemerintah
9 Februari 2016
Satu juta penduduk sipil Suriah terjebak di kawasan yang dikepung serdadu pemerintah. Laporan baru tersebut menyanggah perkiraan PBB yang cuma menyebut angka 500 ribu. Badan dunia itu dituding meremehkan krisis di Suriah
Foto: picture-alliance/landov/al-Halbi
Iklan
Seberapa akurat Perserikatan Bangsa-bangsa mengawal krisis kemanusiaan di Suriah? Tidak cukup akurat jawab sebagian organisasi HAM. Badan dunia itu dituding sering ceroboh merilis data korban.
Siege Watch Report yang disusun organisasi bantuan Belanda PAX dan Syria Institute asal Amerika Serikat itu menyebut angka 1.09 juta warga sipil terpaksa hidup terisolir di 46 kota dan desa yang dikepung tentara pro Assad. Temuan PBB cuma menyebut 18 kota.
Terakhir badan dunia itu kecolongan ketika aktivis HAM mengabarkan bencana kelaparan di kota Madaya akibat pengepungan. Penduduk dikabarkan terpaksa mengkonsumsi rumput dan memberikan obat tidur kepada anak-anak untuk menghalau rasa lapar. Ironisnya Madaya tidak termasuk dalam daftar PBB.
Akses kehidupan diputus
Siege Watch melaporkan kebanyakan kota yang dikepung tentara pemerintah berada di pinggiran ibukota Damaskus dan Homs. Di kota Daeir al-Zour sekitar 200.000 warga sipil terjebak di antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Islamic State.
Medan perang multi partai yang melibatkan warga sipil di utara Suriah
"Listrik dan air biasanya diputus dan jikapun ada, akses menuju bahan bangan, obat-obatan dan bahan bakar sangat dibatasi," tulis aktivis dalam laporan tersebut. Kasus kematian akibat malnutrisi, kedinginan dan keracunan akibat makanan juga dilaporkan marak terjadi.
Laporan Siege Watch diklaim berdasar informasi dari sumber lokal, termasuk di antaranya aktivis kemanusiaan, anggota parlemen lokal, pegawai medis dan jurnalis lokal. Bulan lalu PBB menambah estimasinya sebanyak 100.000, menjadi 486,700 orang yang terimbas pengepungan militer.
"Tentu saja ada perbedaan pendapat," tutur Amanda Pitt, Jurubicara kemanusiaan PBB. Badan dunia itu mendefinisikan wilayah pengepungan lewat tiga indikator, yakni adanya "aktor bersenjata," tidak adanya akses untuk bantuan kemanusiaan dan penduduk sipil untuk keluar masuk wilayah pengepungan.
PBB menempatkan 4,5 juta penduduk Suriah dalam kategori "sulit dijangkau," atau satu level di bawah pengepungan. Status tersebut didefinisikan sebagai "wilayah yang tidak bisa diakses secara rutin oleh aktor kemanusiaan untuk kepentingan program bantuan kemanusiaan."
rzn/as (ap,rtr)
Mengenaskan, Bencana Kelaparan di Madaya
Hati siapa tak tercabik, melihat derita rakyat di Suriah kibat perang sipil tak berkesudahan. Musim dingin menambah derita yang berkepanjangan. Kelaparanpun merajalela di Madaya, Suriah.
Foto: Getty Images/AFP/L. Beshara
Tak mampu bergerak
Akibat perang tak berkesudahan, kelaparan melanda Madaya, Suriah. Anak lelaki ini berjuang bertahan hidup. Nasib warga lainnya tak jauh berbeda. Bantuan pertolongan dibutuhkan sesegera mungkin. Karena tidak ada yang dimakan, merekapun menjadi sulit bergerak. Foto ini diperoleh dari oposisi Suriah di Perancis. DW belum memperoleh konfirmasi lebih lanjut.
Foto: Aktivisten aus Madaja
Hanya air dan daun yang tersisa
Yang tersisa hanya air dan dedaunan. Terkadang warga mencari sampah yang masih bisa dimakan. Jika musim dingin datang da dan tak lagi tumbuh, tak ada lagi yang dapat dimakan.
Foto: Aktivisten aus Madaja
Krisis kelaparan parah
Seorang balita dalam gambar yang diambil dari video tanggal 5 Januari 2016 ini menjadi peringatan bahwa bencana kelaparan sudah sangat darurat. Apalagi musim dingin tiba, dedaunanpun meranggas. Bencana kelaparan ditengarai akan semakin mengerikan.
Foto: Reuters
Anak jadi korban
Dalam perang yang dilakukan oleh orang-orang dewasa, anak kecil yang tidak berdosa selalu menjadi korban. Sudah lebih dari setengah tahun, kelaparan melanda Madaya. Diperkirakan 40 ribu orang menjadi korban kelaparan di wilayah yang dekat dengan Damaskus ini. Foto ini diperoleh dari oposisi Suriah di Perancis. DW belum memperoleh konfirmasi lebih lanjut.
Foto: Aktivisten aus Madaja
Bencana kemanusiaan
Foto anak-anak Suriah yang kelaparan parah telah memicu kemarahan masyarakat internasional. Berbagai pihak internasional menyebutnya sebagai bencana kemanusiaan. Foto ini diperoleh dari oposisi Suriah di Perancis. DW belum memperoleh konfirmasi lebih lanjut.
Foto: Aktivisten aus Madaja
Menyulut protes
Sehubungan kelaparan yang melanda Suriah, para demonstran melakukan aksi protes di Maret el Numan, distrik Idlib, Syria.
Foto: picture-alliance/AA/F. Faham
Bantuan tak bisa masuk
Penduduk Madaya menderita tidak bisa meninggalkan kota karena terkepung pasukan bersejata loyalis Presiden Suriah, Bashar al Assad sejak Juli 2015. Karena akses masuk ke kota itu diblokade, semua alat tranportasi pembawa bantuan kemanusiaan tidak bisa didatangkan.
Foto: picture alliance/dpa/P. Krzysiek
Akses dibuka
Menurut laporan World Food Programme (WFP),bantuan makanan dari WFP, Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah telah dikirimkan, setelah presiden Assad memberikan izin masuknya kembali bantuan ke Madaya.
Foto: Getty Images/AFP/L. Beshara
Bantuan ke kota-kota lain.
Pada saat bersamaan, bantuan pasokan makanan dan obat-obatan bukan hanya ditujukan ke Madaya saja, melainkan juga ke dua kota lainnya: Fuaa and Kafraya.