1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Satu Tahun Jatuhnya Pesawat Lion Air JT610

29 Oktober 2019

Setahun telah berlalu sejak kecelakaan pesawat Lion Air yang menewaskan 189 orang. Keluarga, kerabat, dan teman-teman korban mengadakan upacara, membacakan doa, dan menaburkan bunga ke Laut Jawa.

BdTD Indonesien Flugzeugabsturz Lion Air - Gedenken an die Opfer
Foto: Reuters/Beawiharta

Pesawat nahas itu terbang dengan rute dari Jakarta ke Pangkalpinang pada 29 Oktober 2018 dan kemudian jatuh di perairan Karawang, beberapa menit setelah lepas landas. 189 orang yang terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, 5 kru dinyatakan meninggal dunia.

Beberapa anggota keluarga korban dibawa dengan perahu ke Tanjung Pandan, lokasi kecelakaan yang berada di luar kota Karawang, Jawa Barat untuk tabur bunga ke laut, sebagai bentuk penghormatan kepada seluruh korban meninggal akibat kecelakaan tersebut.

"Karyawan kantor pajak Pangkalpinang juga mengadakan acara doa khusus untuk tujuh rekan kita yang meninggal akibat insiden tahun lalu", kata Kepala Kantor Pajak Pangkalpinang Krisna Wiryawan.

Foto: Reuters/W. Kurniawan

Pada 25 Oktober lalu, KNKT mengeluarkan laporan akhir dan menetapkan Boeing gagal mengidentifikasi risiko dalam desain perangkat lunak kokpit, serta merekomendasikan pelatihan yang lebih baik untuk pilot Lion Air. Regulator Indonesia mengkritik desain Boeing 737 MAX dan sistem yang biasa dikenal sebagai MCAS, yang secara otomatis mendorong hidung pesawat jatuh, memaksa pilot berjuang untuk mengendalikan pesawat. Penyelidik mengaitkan kecelakaan Lion Air dengan sejumlah faktor, termasuk kesalahan desain dan peraturan yang tidak memadai seperti pengawasan, serta kesalahan oleh pilot dan insinyur Lion Air.

Presiden dan CEO Boeing, Dennis Muilenburg menyesalkan kejadian ini dan merasa berduka atas hilangnya ratusan nyawa.

"Semoga Tuhan mengistirahatkan jiwa mereka dalam damai, memberikan kekuatan untuk keluarga mereka, dan menjaga ingatan mereka tetap hidup", ucap Muilenburg.

Muilenburg juga mengunjungi kedutaan Indonesia di Washington, AS pada hari Senin lalu untuk menyampaikan belasungkawa sebelum bersaksi di depan Senat A.S. pada hari Selasa.

Sementara itu, di Jakarta, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan ia berharap keluarga korban bersedia menerima kompensasi yang layak atas kehilangan mereka.

Pada bulan September lalu, Boeing menyelesaikan klaim pertama dengan perwakilan anggota keluarga yang menerima kompensasi setidaknya $ 1,2 juta atau senilai Rp 16,8 milyar. ha/rzn  (Reuters)