1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Tahun Topan Nargis Di Burma

2 Mei 2009

Setahun lalu, topan Nargis memporakporandakan Burma/Myanmar dan menimbulkan kerugian besar di delta Irrawaddy. Nargis menebarkan bencana besar yang sampai sekarang masih merupakan trauma berat bagi korban yang selamat.

Rumah hancur diterjang Nargis di BurmaFoto: AP

Penduduk delta Irrawaddy di Burma tidak dapat melupakan tanggal 2 Mei malam, tahun lalu. Badai Nargis dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam menerjang kawasan itu. Menurut perhitungan PBB, lebih dari 140. 000 orang tewas dan sekitar 800. 000 warga kehilangan tempat bernaung. Puluhan ribu desa hancur secara keseluruhan atau setidaknya rusak. Diperkirakan, lahan sekitar 23. 000 kilometer persegi kena terjang Nargis.

Topan dahsyat itu bergaris tengah beberapa kilometer. Berjam-jam lamanya Nargis menyapu daratan itu dengan arah yang berubah-ubah. Penduduk delta Irrawaddy menjadi korban empuk Nargis. Sepanjang malam mereka berupaya untuk berpegangan erat pada pohon atau lari jauh ke wilayah pedalaman untuk menghindari air yang semakin tinggi.

Seorang Ibu korban Nargis menangisi putranya yang hilangFoto: picture-alliance / dpa

Trauma masih belum teratasi

Kini, hanya sedikit dari korban selamat yang dapat melupakan trauma itu. Malam ini, setahun setelah bencana Nargis, kekhawatiran dan ketakutan kembali dirasakan oleh para korban, kata Bernd Schell dari Palang Merah Internasional:

„Ada anak-anak kecil yang kehilangan semua keluarganya. Jika musim hujan kini tiba dan tetesan pertama mengenai atap rumah mereka, anak-anak itu takut meninggalkan rumah. Mereka takut, topan akan datang lagi. Mereka tidak mau lagi pergi ke sekolah. Semua ini adalah tanda bahwa mereka masih menderita trauma. Perlu banyak waktu dan bantuan psikologi untuk mengatasinya."

Anak-anak korban Nargis di BurmaFoto: AP

Palang Merah Internasional berikan bantuan psikologis

Sekitar 25 persen dari penduduk delta Irrawaddy menunjukkan gejala trauma, namun hanya sedikit di antara mereka yang mendapatkan bantuan psikologis selama 12 bulan terakhir ini. Tugas berbagai organisasi bantuan terutama dipusatkan bagi kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, obat-obatan dan tempat tinggal. Tetapi bantuan ini pun, sampai sekarang bahkan belum semuanya mencapai delta Irrawaddy.

Organisasi Palang Merah oleh karena itu mulai memberikan bantuan psikologis meluas bagi korban Nargis dan melatih sekitar 600 relawan. Mereka secara teratur mengunjungi penduduk dan desa-desa yang paling menderita. Kembali Bernd Schell dari Palang Merah Internasional:

„Ini bukan perawatan psikologis, tetapi lebih berupa pembicaraan dengan warga. Mendengarkan dan menjalin rasa saling percaya dengan mereka. Ini sangat membantu, cukup dengan hanya mendengarkan keluhan, memberikan saran kecil bagaimana mereka dapat memperbaiki keadaannya. Ini tidak hanya menyangkut warga berusia lanjut, tetapi juga anak-anak. Namun, jelas anak-anaklah yang paling menderita trauma."

Bantuan kepada korbanFoto: AP

Penjelasan dan penyuluhan

Sejak berbulan-bulan organisasi kemanusiaan "Dokter Lintas Batas" juga memberikan bantuan psikologis. Kebanyakan warga Burma menganut agama Buddha. Mereka peryaya akan karma yang melihat bencana itu sebagai hukuman, ujar seorang psikolog organisasi tersebut. Selanjutnya ia mengatakan, adalah penting untuk memberikan keterangan kepada warga mengenai bencana dilihat dari segi ilmu pengetahuan dan bagaimana secara meteorologis terbentuknya sebuah topan.

Musch-Borowska/Christa Saloh

Editor: Renata Permadi