Dalam 30 tahun Vietnam beralih dari pengimpor beras menjadi pengekspor beras kedua terbesar di dunia. Penggunaan pestisida jelas merusak lingkungan, namun para petani di Delta Mekong punya solusi.
Iklan
Padi-padi sudah terlihat menguning di provinsi Kien Giang, tandanya panen bagi para petani di bagian barat daya Delta Mekong. Namun sepanjang pematang sawah terlihat warna-warni yang berbeda, bintik-bintik kuning, oranye dan ungu dari nektar bunga.
Deretan bunga ini bukan sekedar dekorasi. Mereka bagian dari sebuah proyek teknik ekologis yang bertujuan mendorong pemangsa alami hama sehingga penggunaan pestisida dapat berkurang. Proyek ini terutama menarget wereng coklat yang merusak tanaman padi di berbagai penjuru Asia.
Teknologi Pengolah Limbah Jerman untuk Vietnam
Pencemaran sungai oleh limbah pertambangan jadi masalah besar di Vietnam. Jerman membantu proyek pembangunan instalasi pengolah limbah yang biasanya dibuang langsung ke sungai Vang Danh.
Foto: picture-alliance/dpa
Buang Limbah Sembarangan
Seluruh kawasan di daerah aliran sungai Vang Danh di utara Vietnam hidup dari pertambangan batubara. Limbahnya tanpa difilter langsung dibuang ke sungai. Air yang tercemar kini mengancam flora dan fauna lokal.
Foto: LMBV
Analisa
Pekerja perusahaan negara tambang batubara Vinacomin dan para pakar dari perhimpunan pertambangan Jerman tengah (LMBV) menganalisa kualitas air. Ditegaskan konsentrasi tinggi unsur Mangan.
Foto: LMBV
Keasaman Air Tinggi
Mangan, besi dan batu bara memicu naiknya kadar keasaman air. Air asam mengancam habitat ekosistem dan fauna. Untuk membersihkan air, dikembangkan proses khusus, di mana sesedikit mungkin digunakan bahan kimia.
Foto: LMBV
Lumpur Limbah Batu Bara
Lumpur setebal beberapa meter menutupi lahan pembangunan instalasi penjernih air. Lumpur ini merupakan sisa limbah batu bara yang sudah menguapkan sebagian besar kadar airnya. Instalasi membersihkan air dari cemaran yang terapung, mangan, besi dan batu bara sebelum dibuang ke sungai.
Foto: LMBV
Pembangunan Instalasi
Mula-mula dibangun penggumpal lumpur. Fungsi instalasi ini di tahapan pertama proses memisahkan partikel yang berat dari air.
Foto: LMBV
Pelatihan Pekerja Vietnam
Di saat pembangunan instalasi berjalan, dilakukan pelatihan pekerja lokal Vietnam. Dari awal para insinyur dan pakar teknik Vietnam dilibatkan, agar di kemudian hari operasi dan pemeliharaan instalasi sepenuhnya dilaksanakan oleh mereka.
Foto: LMBV
Kompleks Pengolah Limbah
Kompleks instalasi pengolah limbah ini luasnya sama dengan sebuah lapangan sepak bola. Dari perencanaan hingga penuntasan pembangunan diperlukan waktu tujuh tahun.
Foto: LMBV
Mulai Dioperasikan
Instalasi pengolah limbah mulai dioperasikan Desember 2012. Kapasitas pembersihannya: 800 meter kubik air limbah per jam. Kapasitasnya hanya 30 persen dari kebutuhan total untuk pengolahan limbah.
Foto: LMBV
Melindungi Warisan Alam Dunia
Air dengan kadar keasaman tinggi yang sebelumnya dibuang tanpa difilter ke sungai dan mencemari serta mengancam warisan alam dunia teluk Ha Long, yang merupakan muara Sungai Vang Danh, kini sudah diolah terlebih dahulu. Proyek kerjasama ini menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan di Vietnam juga meningkat.
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Nguyen Van Ray dan istrinya Nguyen Thi Hai memiliki kurang dari sehektar sawah di desa Trung Hoa. Meski mereka masih memakai fungisida, pasangan ini sudah tidak lagi menyemprotkan pestisida.
“Sebelum proyek, setiap minggu kami menggunakan pestisida, 40 hari setelah tabur benih kami berkali-kali pakai pestisida,” ungkap Ray. “Usai mengirigasi sawah, kami menyemprotkan pestisida ke pangkal tanaman.”
Proyek-proyek baru bermunculan
Ray dan Hai adalah satu di antara 45 keluarga di provinsi Kien Giang yang ikut serta proyek teknik ekologis sejak tahun 2011, dijalankan oleh Pusat Perlindungan Tanaman Regional dan Institut Riset Beras Internasional.
Konsepnya diperkenalkan di Cina tahun 2008, dan kemudian di Vietnam dan Thailand. Belum lama ini Filipina juga mengadopsi proyek ini.
Nelayan Tumpuan Negara
Sektor perikanan memegang peranan penting bagi Vietnam. Tetapi sektor ini sekarang menghadapi masalah besar akibat adanya pertikaian wilayah laut dengan Cina.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Negara Nelayan
Pagi hari, pelabuhan kota Danang di Vietnam tengah mulai aktif. Sektor perikanan sejak dulu pegang peranan penting dalam perekonomian negara tersebut.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perusahaan Keluarga
Sebagian besar sektor perikanan merupakan bisnis keluarga. Awak kapal penangkap ikan ini baru saja menurunkan hasil tangkapan. Baru beberapa tahun belakangan ini industri penangkapan ikan berkembang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pasar Ikan
Dengan bantuan perahu kecil, hasil tangkapan dibawa ke darat dan diterima pedagang. Banyak pedagang membeli untuk restoran atau hotel besar di Danang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pedagang Besar
Pedagang besar, yang menerima tangkapan ikan dan mengangkutnya dengan truk besar tidak banyak di Danang. Tapi ekspor meningkat, misalnya ekspor makanan laut ke Uni Eropa.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Di Daratan
Di daratan, seperti di pelabuhan Sa Ky (foto) pedagang kecil menjual ikan dan udang terutama bagi warga setempat. Ketika pria melanjutkan pekerjaan di kapal, kaum perempuan kerap mengambil alih penjualan. Sebuah kapal bisa memberi makan bagi 15 keluarga.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Kerja Keras
Badan statistik Vietnam mencatat adanya 30.000 kapal nelayan. Di tiap kapal bekerja 10 sampai 15 pria, yang berada di laut sampai sebulan. Mereka hidup berdesak-desakan. Sebuah kamar besarnya hanya sekitar 15 meter persegi.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perbaikan
Dalam pekerjaan berupa perbaikan peralatan yang sangat diperlukan, misalnya memperbaiki jala, biasaya seluruh keluarga diikutsertakan. Tanpa kerja sama sumber mata pencaharian tidak mungkin terjamin.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Cekcok Teritorial
Penempatan anjungan pengeboran lepas pantai HD981 oleh Cina di daerah perairan yang dipersengketakan, jelas memperburuk situasi nelayan. Kapal Cina dan Vietnam semakin sering bentrok.
Foto: picture-alliance/dpa
Korbannya
Di dok pelabuhan Danang ditambat kapal Vietnam berkode 90152. Kapal itu ditenggelamkan tanggal 27 Mei 2014 ketika bertabrakan dengan kapal pengawas pantai Cina. Pemerintah Vietnam membelinya dari pemilik kapal sebagai bukti agresi Cina di wilayah mereka.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Patriotisme
Di daerah pantai Vietnam propaganda bisa dijumpai di mana-mana. Spanduk ini bertujuan jadi peringatan, bahwa pulau ini, yang berlokasi di dekat pantai Vietnam, adalah milik negara Vietnam. Akhir pertikaian sejauh ini belum terlihat.
Foto: DW/R. Ebbighausen
10 foto1 | 10
Untuk memulai proyek, para petani awalnya diberikan bibit yang kemudian mereka semaikan di pematang sawah dan diirigasi bersama padi. Meski banyak nektar bunga yang mati saat musim kering, cukup banyak yang bertahan dan menjadi benih bagi siklus pertumbuhan padi berikutnya.
Saat bunga mekar, predator seperti tawon kemudian hidup dari serbuk sari dan madu dari tanaman yang berbunga. Tak hanya hidup dari nektar bunga di pematang sawah, mereka juga terbang mencari sarang serangga dan kemudian bertelur di dalam telur yang ada di sarang serangga. Tak lama setelah itu, jumlah serangga berkurang.
Berkat kampanye umum dengan papan iklan, selebaran dan bahkan serial televisi, lebih dari 7.800 petani mengamalkan teknik ekologis di Vietnam. Presentasi teknik ini juga digelar di empat provinsi. Menurut Pusat Perlindungan Tanaman Regional, petani yang ikut serta sudah “secara signifikan mengurangi” pemakaian pestisida dan tidak ada lagi laporan wabah wereng coklat sejak proyek dimulai.
Ketika beras menjadi bisnis besar
Menyusul reformasi kelembagaan dan ekonomi tahun 80-an, Vietnam berubah dari pengimpor beras menjadi pengekspor kedua terbesar, setelah India. Wilayah Delta Mekong memproduksi separuh dari beras negeri.
Negara Sumber Sampah Plastik di Laut
Puluhan juta ton sampah plastik mengotori samudera dan mengancam kehidupan fauna laut. Celakanya Indonesia termasuk deretan negara yang paling gemar membuang sampah plastik ke laut
Foto: Fotolia/sablin
5. Sri Lanka - 1,6 Juta Ton
Sebenarnya jika dilihat dari jumlah sampah plastik per tahun, Sri Lanka termasuk di urutan terbawah dengan cuma 1,8 juta ton. Tapi 84% di antaranya tidak diolah dan akhirnya mencemari laut. Tercatat setiap penduduk pesisir Sri Lanka bertanggungjawab atas 109 kilogram sampah plastik setiap tahunnya.
Foto: picture alliance/AP Photo
4. Filipina - 1,8 Juta Ton
Sedikitnya 2,2 juta ton sampah plastik diproduksi Filipina setiap tahun, 83 persen di antaranya tidak diolah alias mendarat di laut. Secara keseluruhan setiap penduduk pesisir Filipina membuang 22,6 kilogram sampah plastik ke laut setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
3. Vietnam - 1,8 Juta Ton
Dari dua juta ton sampah plastik yang diproduksi Vietnam, 1,8 juta ton alias 88 persen mencemari air laut. Artinya setiap penduduk pesisir Vietnam membuang 32,9 kilogram sampah plastik ke laut per tahun - termasuk yang paling tinggi di dunia.
Foto: DW/Manfred Götzke
2. Indonesia - 3,2 Juta Ton
Dihitung dari prosentase jumlah sampah plastik yang tidak diolah, Indonesia termasuk yang paling tinggi di dunia. Sebanyak 87 persen dari 3,8 juta ton sampah plastik yang dibuang setiap tahun mendarat di laut. Artinya setiap penduduk pesisir Indonesia bertanggungjawab atas 17,2 kilogram sampah plastik yang mengapung dan meracuni satwa laut.
Foto: JEWEL SAMAD/AFP/Getty Images
1. Cina - 8,8 Juta Ton
Hasil studi University of Georgia menempatkan Cina sebagai negara konsumen plastik terbesar di dunia. Dari rata.rata 11, 5 juta ton sampah plastik per tahun, sebanyak 78% diantaranya mendarat di lautan lepas. Jika dihitung setiap penduduk di wilayah pesisir Cina membuang 33,6 kilogram plastik ke laut per tahunnya.
Foto: STR/AFP/Getty Images
5 foto1 | 5
Salah satu alasan petani meninggalkan pestisida dan beralih ke tanaman berbunga adalah biaya. Pestisida perlu biaya sekitar 450.000 Rupiah per hektar per musim. Membeli bibit bunga hanya sepersekian dari jumlah tersebut.
Desember tahun lalu, pusat perlindungan tanaman di provinsi An Giang, yang berbatasan dengan Kamboja, memutuskan untuk memperluas proyek ke petani sayur-mayur.
"Level penggunaan pestisida pada sayuran tumbuh jauh lebih tinggi dari produksi beras,” jelas petugas Dang Thanh Phong kepada DW. "Petani menyemprotkannya setiap 3-4 hari.”
Petani Huynh Ngoc Dien, salah satu petani sayur yang ikut serta tahap percontohan proyek teknik ekologis, mengatakan bahwa dirinya mengurangi jumlah pestisida yang ia semprotkan hingga 20 persen.
Peringkat Korupsi Negara Anggota ASEAN
Indonesia bukan yang terkorup di Asia Tenggara. Tapi pemerintah di Jakarta tertinggal jauh dibandingkan negeri jiran dalam urusan memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi.
Foto: Reuters
Singapura - Peringkat 7 dari 175 Negara
Negeri singa laut ini sejak lama dikenal minim korupsi. Dari tahun ke tahun Singapura nyaris tak pernah absen dari daftar 10 besar negara terbersih di dunia. Namun begitu beberapa sektor tetap dianggap rawan korupsi, antara lain media, industri dan partai politik.
Foto: AFP/Getty Images
Malaysia - 50 dari 175
Praktik korupsi di Malaysia didorong oleh sistem pemerintahan. Sumbangan buat partai politik misalnya, baik dari perusahaan maupun individu, tidak dibatasi dan partai tidak diwajibkan melaporkan neraca keuangannya secara terbuka. Kendati bergitu sejak 2013 Malaysia naik tiga peringkat dalam Indeks Persepsi Korupsi milik Transparency International.
Foto: Reuters/O. Harris
Thailand - 85 dari 175
Pertalian erat antara politik dan bisnis dinilai menjadi sumber terbesar praktik korupsi di Thailand. Tidak jarang posisi puncak di kementrian diambilalih oleh pengusaha yang bergerak di bidang yang sama. Thailand juga termasuk negara yang paling sedikit menjebloskan koruptor ke penjara.
Foto: Nicolas Asfouri/AFP/Getty Images
Filipina - 85 dari 175
Pemerintah negeri kepulauan di tepi laut Cina Selatan ini telah berbuat banyak buat mencegah praktik korupsi. Hasilnya posisi Filipina melejit dari peringkat 94 tahun 2013 lalu ke posisi 85 di tahun 2014. Pencapaian tersebut tergolong apik, mengingat tahun 2011 Filipina masih bercokol di peringkat 129 dari 175 negara.
Foto: picture-alliance/dpa
Indonesia - 107 dari 175
Indonesia berada di peringkat 114 tahun 2013 silam. Dibandingkan negeri jiran yang lain seperti Filipina, pemerintah di Jakarta masih tergolong lambat memberantas praktik korupsi di tingkat pejabat tinggi negara. Sejak awal berdirinya 2004 silam, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tercatat cuma mampu menangani sekitar 660 kasus dugaan korupsi, yang membuahkan 322 tuntutan di pengadilan.
Foto: R. Isabell Duerr
Vietnam - 119 dari 175
Negara komunis Vietnam adalah satu dari sedikit negara ASEAN yang tertinggal di bidang penanganan korupsi. Uniknya sebagian besar kasus dugaan korupsi di Vietnam terjadi di sektor swasta. Baru-baru ini empat pejabat perusahaan kereta api negara dipecat lantaran terlibat dalam kasus suap senilai 758.000 US Dollar. Maraknya korupsi menjadi alasan rendahnya keterlibatan investor asing di Vietnam.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Laos - 145 dari 175
Laos tidak cuma tertinggal, malah merosot dari peringkat 140 di tahun 2013 ke posisi 145 tahun lalu. Pemerintah Laos berupaya menghadang gelombang korupsi dengan mendirikan lembaga anti rasuah 2011 silam. Namun hingga kini belum tercatat adanya kasus korupsi besar yang masuk ke pengadilan.
Foto: Global Witness
Kamboja - 156 dari 175
Sejak 2010 pemerintah Kamboja memiliki Undang-undang Anti Korupsi. Tapi perangkat hukum tersebut dinilai tidak melindungi individu yang melaporkan kasus korupsi. Pelapor bisa dihukum penjara jika tudingannya tidak terbukti. Selain itu Kamboja juga mencatat jenis korupsi paling barbarik, yakni menyuap aparat negara untuk melakukan penculikan dalam bisnis perdagangan manusia.
Foto: Reuters
Myanmar - 156 dari 175
Negara yang dikenal dengan nama Burma ini memperbaiki posisi satu peringkat dari 157 ke 156 dalam Indeks Persepsi Korupsi 2014. Berada di bawah kekuasaan militer yang korup selama berpuluh tahun, Myanmar yang kini berada di bawah pemerintahan sipil masih kesulitan menanggulangi maraknya korupsi. Sebanyak 60% perusahaan, baik lokal maupun internasional, mengaku harus menyuap buat mendapatkan izin.