Scholz: Ukraina Prioritas Utama dari Segudang Tantangan
12 Agustus 2022
Kanselir Jerman Olaf Scholz dalam konferensi pers mengatakan kepada wartawan, invasi Rusia ke Ukraina adalah krisis terbesar saat ini, dan menyebut invasi tersebut sebagai “perang Putin”.
Iklan
Kanselir Jerman Olaf Scholz (SPD) pada hari Kamis (11/08) menggelar konferensi pers musim panas, sebuah tradisi tahunan yang dimulai pendahulunya, Angela Merkel. Kepada wartawan, dia mengatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina adalah tantangan terbesar yang dihadapi Jerman dan dunia saat ini.
Olaf Scholz mengatakan, Jerman akhirnya meninggal tradisi politik selama ini, yaitu tidak memasok senjata ke zona konflik. Sekarang Jerman mengirimkan senjata ke Ukraina untuk membantunya melawan pasukan invasi Rusia. "Kami akan terus melakukan ini di periode mendatang," ujarnya.
Kanselir Jerman menyatakan bahwa invasi Rusia ini menjadikili titik balik sejarah. Tindakan Putin mengingatkan kembali pada konsep politik abad ke-19, yaitu perampasan teritorial yang agresif.
Dia mengatakan bahwa "Presiden Rusia memikul tanggung jawab atas perang ini." Karena ini adalah "perang Putin", dia juga menolak gagasan untuk melarang semua orang Rusia mendapat visa turis untuk Uni Eropa, seperti yang dituntut oleh negara-negara seperti Estonia dan Ukraina sendiri.
Akan ada paket bantuan untuk masa sulit
Beralih ke masalah domestik, Olah Scholz menerangkan bahwa pemerintahnya akan memberikan bantuan kepada semua sektor masyarakat menghadapi kenaikan harga energi. "Akan ada paket-paket (bantuan) lain," katanya, mengacu pada langkah-langkah yang telah diperkenalkan.
Iklan
Dia mengatakan bahwa pemerintah akan "melakukan segalanya" untuk membantu, terutama orang-orang berpenghasilan rendah atau menengah "untuk melewati masa-masa sulit ini."
Olaf Scholz juga menyebut paket pengurangan pajak yang sedang direncanakan Menteri Keuangan Christian Lindner (FDP) "sangat membantu" dalam hal ini, dan mengatakan para pensiunan dan pelajar juga akan menerima bantuan.
Scholz menolak perkiraan sebagian pengamat dan media bahwa krisis dan harga energi yang tinggi akan memicu kerusuhan sosial. Karena ada program kesejahteraan negara yang akan mencegah hal ini.
Bagaimana Perang Putin Mempengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Memperbaiki 'kegagalan' sebelumnya di sektor energi
Olaf Scholz mengeritik apa yang dia katakan sebagai "kebijakan energi yang gagal" dari pemerintah Jerman sebelumnya, meskipun dia sendiri adalah anggota dari pemerintahan koalisi terakhir sebagai menteri keuangan di bawah Kanselir Angela Merkel.
"Kami bekerja dengan cara kami melewati semua kegagalan tahun-tahun terakhir yang sangat besar di sektor ini," katanya.
Dia mengatakan bahwa meskipun sejak lama telah ada keputusan bersama untuk menghentikan sumber energi batu bara dan nuklir, tidak ada modernisasi yang cepat di sektor industri Jerman. Pemerintahannya sekarang telah meluncurkan sejumlah paket untuk memungkinkan pengembangan cepat energi angin di darat dan di laut.
Olaf Scholz menjanjikan pasokan energi yang terjangkau bagi industri Jerman, khususnya listrik dan energi hidrogen dari sumber terbarukan. Dia juga menegaskan bahwa dua terminal LNG (gas alam cair) yang direncanakan di pantai Laut Utara akan siap menerima pengiriman pada musim dingin mendatang.