Seberapa Bahaya Geliat Islamic State di Afganistan?
7 September 2021
Islamic State mengintip kebangkitan di balik kemenangan Taliban di Afganistan. Dinas rahasia barat diminta menyiapkan diri terhadap ancaman serangan oleh kelompok teror tersebut.
Iklan
Taliban belum lagi sepenuhnya berjejak di Kabul, ketika Islamic State Provinsi Khorasan melancarkan serangkaian serangan maut terhadap bandar udara. Serangan simbolis itu diniatkan sebagai sebuah isyarat kehidupan dari organisasi teror paling kejam dalam satu dekade terakhir.
Lebih dari 100 warga sipil Afganistan dan 13 serdadu AS tewas dalam serangan bom pada 26 Agustus lalu itu. Serangan di Kabul merupakan yang paling berdarah bagi militer AS di Afganistan sejak 2011, dan menebalkan awan gelap yang menaungi proses evakuasi.
Kebangkitan Islamic State sejak kejatuhan Kabul menjadi noktah dalam perang melawan teror yang digalang AS sejak invasi Afganistan. Serangan di Kabul dilancarkan bersamaan dengan dimulainya proses pengadilan terhadap tokoh yang didakwa bertanggungjawab mendalangi serangan teror 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang di Paris, Prancis.
Pertumpahan darah di jantung Eropa itu menandakan masa kejayaan "kekhalifahan" di bawah Abu Bakar Baghdadi. Dan menjelang peringatan 20 tahun tragedi 11 September 2001, kelompok-kelompok teror mendapat insipriasi baru dari Afganistan.
"Dinas rahasia barat harus menyiapkan diri terhadap serangan besar jelang peringatan jatuhnya menara kembar di New York, yang bersamaan dengan kemenangan Taliban ditengarai akan menginspirasi kelompok teror," kata Katherine Zimmerman, analis terorisme di American Enterprise Institute di Washington.
"Kaum jihadis sudah menyerukan serangan tambahan terhadap negara barat," imbuhnya.
Iklan
Kemenangan moral kaum teroris
Sejak jatuhnya kekhalifahan ISIS di Suriah dan Irak, kelompok teror ini bersembunyi di sejumlah negara, termasuk Yaman, Nigeria dan Mali, di mana Islamic State Afrika Tengah (ISCAP) tergolong aktif menggalang serangan.
Jumat (3/9) silam, seorang warga Sri Lanka melukai tujuh orang di Auckland, Selandia Baru. Kepolisian mengamankan alat propaganda Islamic State di kediaman tersangka. Serupa serangan di Kabul, "ketidakmampuan mencegah serangan yang diumumkan secara terbuka memudahkan Islamic State menggalang propaganda," kata Jean-Pierre Filiu, guru besar terorisme di Institut Studi Politik di Paris, Prancis.
Misi Evakuasi Kabul
Ribuan orang telah dievakuasi dari Afganistan sejak Taliban mengambil alih kendali pertengahan Agustus lalu. Tetapi masih banyak yang tertinggal dan menghadapi risiko pembalasan Taliban.
Foto: U.S. Air Force/Getty Images
Helikopter AS mengevakuasi personel kedutaan
Saat Taliban memasuki ibu kota, sebuah helikopter militer Chinook AS mengevakuasi warganya dari Kedutaan Besar AS di Kabul pada 15 Agustus 2021. Jerman juga mengirim dua helikopter yang lebih kecil ke Kabul untuk membantu upaya evakuasi.
Foto: Wakil Kohsar/AFP/Getty Images
Perjuangan untuk mencapai bandara internasiomal Kabul
Ribuan orang bergegas ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 16 Agustus dan hari-hari berikutnya, penuh dengan harapan bisa meninggalkan Afganistan. Adegan dramatis terlihat saat ribuan orang mencoba mengakses bandara.
Foto: Reuters
Putus asa untuk melarikan diri dari Taliban
Upaya untuk melarikan diri dari Afganistan menyebabkan ratusan orang berlari di samping pesawat yang lepas pandas. Adegan berbahaya itu menyebabkan beberapa kematian karena banyak yang terjatuh dari pesawat saat lepas landas, bahkan sisa bagian tubuh manusia juga ditemukan di roda pendaratan pesawat.
Foto: AP Photo/picture alliance
Taliban kembali memegang kendali setelah dua dekade
Setelah memerangi pasukan Afganistan dan internasional selama dua dekade, Taliban kembali menguasai Afganistan dan masuk ke Kabul
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Aman — untuk saat ini
Orang-orang memadati penerbangan yang akan membawa mereka keluar dari Afganistan. Orang-orang di pesawat angkut Angkatan Udara Jerman ini terbang ke Tashkent, Uzbekistan. Sebagian besar pesawat militer yang meninggalkan Kabul menuju ke Uzbekistan, Doha atau Islamabad di mana penumpang diproses dan melakukan perjalanan ke tujuan lain.
Foto: Marc Tessensohn/Bundeswehr/Reuters
Uluran bantuan
Pengungsi Afganistan di Pangkalan Udara AS Ramstein di Jerman sangat membutuhkan pasokan bantuan. Pangkalan Udara menyediakan penginapan sementara bagi ribuan pengungsi dari Afganistan sebagai bagian dari Operasi Sekutu Pengungsi.
Foto: Airman Edgar Grimaldo/AP/picture alliance
Kehidupan di bawah pemerintahan Taliban
Wanita Afganistan berpakaian burqa berbelanja di sebuah pasar di Kabul pada 23 Agustus, beberapa hari setelah Taliban mengambil alih negara itu. Organisasi Internasional untuk Migrasi IOM mengeluarkan seruan mendesak bantuan dana sebesar 24 juta dollar AS untuk menopang lebih dari 5 juta orang yang terlantar di Afganistan dan hidup dalam kondisi "sangat genting".
Foto: Hoshang Hashimi/AFP
Lintasan aman
Seorang Marinir AS mengawal seorang anak ke keluarganya selama operasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul pada 24 Agustus 2021. Presiden AS Joe Biden mengkonfirmasi bahwa Amerika Serikat akan menarik semua pasukan pada 31 Agustus.
Foto: Sgt. Samuel Ruiz/U.S. Marine Corps/Reuters
Ribuan orang tertinggal
Bahkan ketika ribuan orang terus berkumpul di bandara Kabul, Departemen Luar Negeri AS memperingatkan warga Amerika agar tidak bepergian ke bandara. Serangan bom bunuh diri terjadi di luar area Bandara Internasional Hamid Karzai, menewaskan banyak orang. Penjabat Duta Besar AS untuk Afganistan mengatakan "tidak diragukan lagi akan ada" banyak orang berisiko tidak dapat meninggalkan negara itu.
Foto: REUTERS
Lelah dari pelarian yang mengerikan
Banyak dari mereka yang berhasil melarikan diri dari Afganistan melaporkan emosi yang campur aduk, mengatakan bahwa mereka merasa beruntung telah pergi dengan selamat tetapi masih putus asa atas nasib ribuan orang yang tidak dapat melarikan diri dari kekuasaan Taliban. Keluarga ini dievakuasi dari Kabul dan menuju ke pusat pengungsian AS di Dulles, Virginia, 25 Agustus 2021. (kp/hp)
Foto: Anna Moneymaker/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
"Konfrontasi langsung antara tentara Amerika dan Taliban membuka celah keamanan yang dimanfaatkan oleh kelompok jihadis," imbuhnya.
Simpatisan ISIS cepat memenuhi laman media sosial dengan propaganda usai serangan di ibu kota Afganistan. "Kabul adalah milik kami," tulis Yayasan Hadm al-Aswar yang pro-ISIS, sambil mengecam Amerika dan "kafir Taliban" secara bersamaan.
IS-K saat ini menjadi provinsi IS paling aktif keempat di dunia, setelah IS Irak, Afrika Barat dan Suriah, klaim analis intelijen berjuluk Mr. Q kepada AFP. Menurutnya Serangan di Kabul "melambungkan IS-K ke panggung politik dan media," kata dia.
Adapun bekas diplomat AS, James Jefferey, meyakini IS mulai melatih para jihadis untuk melancarkan serangan serupa di luar Irak dan Suriah antara 2019 dan 2020. "Tentunya ada semacam risiko terulangnya serangan serupa di Eropa yang diorganisir ISIS, dan, serangan oleh individu yang terinspirasi ISIS," kata pria yang dulu ditugaskan mengkoordinasikan serangan terhadap Islamic State di Irak dan Suriah itu.
Adapun analis terorisme, Zimmerman, mewanti-wanti jika situasi di Afganistan dibiarkan berkembang, "tidak sulit membayangkan bagaimana ancaman teror akan tumbuh di Afganistan dan meluber ke kawasan sekitar atau bahkan barat."