1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seberapa Berbahaya Gerakan 'Reichsbuerger' di Jerman?

9 Desember 2022

Mereka radikal dan siap melakukan kekerasan, dan menolak negara demokrasi Jerman. Mereka percaya berbagai teori konspirasi dan menganggap Jerman sedang dijajah "kekuatan Barat“.

Aksi protes ekstrem kanan dan kelompok Reichsbürger di Berlin, Maret 2021
Aksi protes ekstrem kanan dan kelompok Reichsbürger di Berlin, Maret 2021Foto: Abdulhamid Hosbas/AA/picture alliance

Pertengahan minggu ini kepolisian Jerman menggelar aksi penggerebekan serentak terhadap gerakan Reichsbürger dan menahan sedikitnya 25 orang, termasuk bekas anggota militer, seorang hakim dan seorang keturunan bangsawan Jerman. Media menyebut penggerebekan ini sebagai yang terbesar sejak terbentuknya Republik Federal Jerman. Lebih 120 rumah dan kantor diperiksa, termasuk markas satuan elit militer Jerman, KSK.

Anggota gerakan Reichsbürger (Warga Kerajaan) tidak menerima keberadaan Republik Federal Jerman, yang didirikan pasca-Perang Dunia II. Mereka percaya bahwa negara jerman saat ini hanyalah konstruksi administratif yang masih dikuasai oleh kekuatan Sekutu Barat yang mengalahkan Jerman: AS, Inggris, dan Prancis. Mereka bermaksud menggulingkan pemerintahan yang ada dan mebentuk negara baru dengan perbatasan dari masa Kekaisaran Jerman tahun 1937.

Anggota gerakan Reichsbürger juga menolak membayar pajak, dan mendeklarasikan "wilayah-wilayah nasional" mereka sendiri, yang mereka sebut sebagai "Kekaisaran Jerman Kedua", "Negara Bebas Prusia", atau "Kerajaan Germania".

Anggota kelompok ini mencetak paspor dan SIM untuk diri mereka sendiri, memproduksi kaos dan bendera untuk tujuan promosinya. Di situs webnya mereka dengan bangga mengumumkan niat mereka untuk "melanjutkan perjuangan melawan Republik Federal Jerman."

Salah satu anggota Reichsbürger dibawa dengan helikopter ke rumah tahananFoto: Uli Deck/dpa/picture alliance

Hanya "ide gila” para tua renta?

Badan intelijen dalam negeri Jerman, Bundesamt für Verfassungsschutz (BfV) memperkirakan ada sekitar 21.000 anggota gerakan ini di Jerman, dengan 5% di antaranya diklasifikasikan sebagai ekstremis sayap kanan yang siap melakukan kekerasan. Kebanyakan anggotanya lelaki, rata-rata berusia di atas 50 tahun dan menganut ideologi populis sayap kanan, anti-Semit, dan mendukung ideologi Nazi.

Gerakan Reichsbürger meluas selama pandemi COVID-19 ketika mereka berbaur dengan gerakan protes anti-lockdown yang menolak pembatasan-pembatasan Covid-19. Mereka juga mengancam dan meneror politisi secara verbal maupun secara fisik, dan merekam aksi-aksi mereka untuk disebarkan.

Afinitas kelompok tersebut terhadap senjata api dan penimbunan senjata telah membuat pihak berwenang khawatir. Laporan BfV terbaru menyebutkan, mereka bersiap dan bersedia melakukan "tindakan kekerasan yang serius".

Karena sebagian besar anggota kelompok tersebut terdiri dari mantan militer, banyak di antara mereka pernah menerima pelatihan militer khusus. Itulah sebabnya otoritas keamanan jerman menganggap kelompok ini "sangat berbahaya".

Pangeran Reuß Heinrich XIII, keturunan bangsawan yang terkait gerakan Reichsburger ditangkap polisi di FrankfurtFoto: Boris Roessler/picture alliance/dpa

Serangan terhadap polisi dan gedung parlemen

Dalam beberapa tahun terakhir, pengikut Reichsbürger telah melakukan serangan terhadap petugas kepolisian selama penggerebekan. Di pengadilan mereka sering berargumen bahwa mereka berhak untuk mempertahankan "harta benda milik" mereka.

Pada tahun 2014, kelompok yang menyebut dirinya "Negara Bebas Prusia" berusaha membangun milisi sendiri dengan menyelundupkan senjata dari luar negeri. Pada 2016, seorang petugas polisi ditembak dan dibunuh oleh seorang anggota gerakan Reichsbürger selama penggerebekan. Polisi bermaksud menyita lebih dari 30 senjata api yang disimpannya secara ilegal.

Pada tahun 2021, beberapa anggota Reichsbürger termasuk di antara pengunjuk rasa yang menentang pembatasan COVID dan menyerbu tangga gedung Reichstag di Berlin dan mencoba masuk. Pada tahun 2022, penyelidik menemukan sebuah kelompok yang telah merencanakan, antara lain, menyerbu parlemen di Berlin (Reichstag) dan menyerang jaringan pasokan listrik negara, menggulingkan pemerintah federal untuk kemudian mengambil alih kekuasaan. Mereka sudah menyusun kabinet bayangan sebuah "pemerintahan transisi" dengan nama-nama orang yang akan mengambil alih jabatan menteri pada saat "pengambilalihan".

Sejak November 2021, kelompok itu melakukan pertemuan rutin secara rahasia untuk mempersiapkan "perebutan kekuasaan", kata polisi. Mereka berlatih menembak dan bergerak seperti pasukan militer. Mereka juga merencanakan aksi serangan bunuh diri. Kepolisian Jerman saat ini masih melakukan penyelidikan terhadap dokumen-dokumen yang berhasil diamankan selama penggerebekan, dan kemungkinan besar makin banyak orang yang akan diusut dan ditahan.

(hp/yf)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait