1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
TerorismeJerman

Seberapa Besar Ancaman Serangan Terorisme di Jerman?

15 Desember 2023

Baru-baru ini, 4 orang ditangkap di jerman dan Belanda atas tuduhan merencanakan serangan teror di Eropa. Seberapa serius ancaman ini?

Razia kelompok Hamas dan Samidoun di Berlin, Jerman
Bulan November, polisi Berlin melakukan razia sehubungan dengan larangan Hamas, 4 tersangka anggota kini telah ditangkap.Foto: Fabrizio Bensch/REUTERS

Dua bulan setelah serangan Hamas di Israel, kantor kejaksaan federal di Jerman dan Belanda menangkap empat tersangka anggota organisasi militan Islam Palestina itu. Israel, Jerman, Uni Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara lain mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

Keempat tersangka yang berasal dari Lebanon, Mesir, dan Belanda diduga kuat merencanakan serangan terhadap institusi Yahudi di Eropa. Mereka juga dituduh bergabung dalam organisasi teroris asing.

Kerja sama dengan otoritas keamanan Belanda

Penangkapan Abdelhamid Al A., Mohamed B. dan Ibrahim El-R. dilakukan oleh pejabat Kantor Polisi Kriminal Federal (BKA) di Berlin. Sementara Nazih R. ditangkap oleh polisi Belanda di Rotterdam berdasarkan surat perintah penangkapan Eropa, menurut pernyataan dari Jaksa Agung Federal (GBA).

Pada musim semi 2023, Abdelhamid Al A. dikatakan terlibat dalam pencarian lokasi depo bumi untuk diisi senjata, yang buat atas nama Hamas. Pada bulan Oktober, dia bersama Mohamed B. dan Nazih R. beberapa kali berangkat dari Berlin untuk mencari senjata. Ibrahim El-R. dikatakan ikut membantu mereka. Tujuannya adalah membawa senjata ke Berlin dan menyiapkannya untuk kemungkinan melakukan serangan terhadap institusi Yahudi di Eropa.

Aktivitas Hamas di Jerman

Jika tuduhan tersebut benar, maka hal ini akan menjadi ancaman teroris tingkat baru. Sejak lama, Kantor Perlindungan Konstitusi beranggapan Jerman hanya menjadi tempat perlindungan Hamas. Sejauh ini, laporan pihak berwenang hanya menyebutkan kegiatan propaganda dan pengumpulan sumbangan. Itu sebabnya dua organisasi yang berafiliasi dengan Hamas telah dilarang pada tahun 2002 dan 2005.

Menanggapi serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengeluarkan larangan aktivitas organisasi Islam radikal Palestina ini di Jerman. Setelah penangkapan empat tersangka anggota Hamas baru-baru ini, dia merasa bahwa tindakannya tidaklah salah.

Pemerintah Jerman juga mengatakan perlindungan terhadap orang-orang Yahudi adalah prioritas utama dan akan menggunakan semua cara hukum terhadap mereka yang mengancam kehidupan orang-orang Yahudi dan keberadaan Negara Israel. Menteri Kehakiman Federal Jerman, Marco Buschmann, juga menyampaikan komentar serupa.

Penggerebekan terhadap empat tersangka teroris ini sesuai dengan analisis ancaman yang diumumkan Kepala Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Thomas Haldenwang pada akhir November.

"Kita saat ini dihadapkan pada situasi ancaman yang kompleks dan tegang akibat krisis paralel, yaitu semakin diperburuk oleh kejahatan barbar Hamas," ujarnya.

Baru-baru ini Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi mengeluarkan laporan tentang meningkatnya potensi serangan, baik dari kalangan islamis maupun ekstremis kanan dan kiri Jerman dan Turki.

Kepala Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Haldenwang percaya bahwa eskalasi lebih lanjut mungkin terjadi. Penangkapan keempat anggota Hamas tampaknya juga membenarkan kekhawatiran Haldenwang. 

Kantor Perlindungan Konstitusi memperingatkan radikalisasi

Ada hal baru yang muncul sebagai akibat dari perang Timur Tengah: seruan untuk melakukan pembunuhan dalam spektrum jihadis. Bahaya ini mempengaruhi orang-orang yang sangat emosional yang terinspirasi oleh peristiwa-peristiwa pemicu.

"Hal ini dapat mengarah pada radikalisasi pelaku yang bertindak sendiri dan menyerang 'sasaran empuk' dengan cara yang sederhana. Bahayanya nyata dan lebih tinggi dibandingkan yang telah terjadi sejak lama," tegas Thomas Haldenwang.

Sejauh ini di Jerman terjadi demonstrasi solidaritas terhadap rakyat Palestina, yang terkadang – terkadang disertai kekerasan dan slogan-slogan anti-Israel. Kantor Perlindungan Konstitusi juga mengamati meningkatnya antisemitisme di media sosial. Menurut pihak berwenang, Muslim dan Palestina utamanya digambarkan sebagai korban Barat.

Ujaran kebencian di demonstrasi mendukung Palestina

Pada saat yang sama, ditegaskan bahwa mayoritas demonstrasi mendukung Palestina bukanlah kegiatan ekstremis. Namun, ujaran-ujaran kebencian yang beredar di sana seolah dibiarkan. Ini terkadang menyebabkan demonstrasi menjadi emosional, teradikalisasi, dan tereskalasi.

Otoritas keamanan prihatin dengan semua faktor radikalisasi dan skenario yang mungkin terjadi, ujar Kepala Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Thomas Haldenwang.

"Kami bekerja keras untuk menggagalkan rencana potensial yang akan membahayakan keselamatan orang-orang Yahudi, institusi-institusi Israel, dan juga peristiwa-peristiwa besar," ujarnya.

ae/hp

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif yang kami pilih setiap Rabu untuk kamu. Daftarkan e-mail kamu untuk berlangganan Newsletter mingguan Wednesday Bite.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait