Amerika Serikat akan menggelar pemilu pada November mendatang, kandidat dengan suara terbanyak belum tentu menjadi pemenangnya. Bagaimana sebenarnya kondisi demokrasi di Amerika Serikat?
Iklan
AS selalu memandang dirinya sebagai negara demokrasi yang patut dicontoh. Negara yang dapat menjadi panutan negara-negara lain, ketika membangun demokrasi mereka sendiri, setelah meraih kemerdekaan atau menumbangkan rezim otoriter.
Gagasan tersebut dimanifestasikan dalam metafora “kota di atas bukit”. Para politisi AS mulai dari John F. Kennedy hingga Barack Obama menyebut Amerika Serikat sebagai mercusuar yang bercahaya, yang menarik perhatian semua orang. Pada tahun 1961, Presiden terpilih saa itu, Kennedy mengatakan bahwa dunia masih memandang AS beserta sistem demokrasinya, dan menyebut, “pemerintah kita, di setiap cabang, di setiap tingkat, nasional, negara bagian, dan lokal, harus seperti kota di atas bukit.”
Dan, dalam jajak pendapat tahun 2023 oleh kantor berita Associated Press yang bekerja sama dengan University of Chicago, hanya 10% peserta yang mengatakan demokrasi di Amerika Serikat berjalan dengan baik atau sangat baik.
Penembakan pada kampanye Donald Trump di Pennsylvania menggemparkan seluruh AS, bahkan dunia. Berikut foto-foto kejadian itu.
Foto: Brendan McDermid/REUTERS
Saat tembakan terjadi
Suara tembakan terdengar beberapa kali saat berlangsungnya kampanye kepresidenan Donald Trump di Butler, Pennsylvania. Pasukan keamanan dengan cepat berlari ke podium, melindungi Trump dan menuntunnya turun dari podium.
Foto: Gene J. Puskar/AP Photos/picture alliance
Pasukan keamanan bergegas mengamankan lokasi
Saat serangkaian suara tembakan terdengar, Donald Trump terlihat menyentuh telinga kanannya yang terluka. Para pasukan keamanan presiden kemudian bergegas menuju ke atas panggung untuk melindungi mantan presiden AS tersebut. Pasukan keamanan itu mengerumuni Trump, sementara pasukan lainnya mengamankan lokasi kejadian.
Foto: Evan Vucci/AP Photos/picture alliance
Telinga kanan Donald Trump terluka
Setelah mengerumuni Trump, pasukan keamanan membantunya untuk berdiri. Bercak darah terlihat pada wajah sebelah kanannya. Trump mengepalkan tangannya ke arah pendukungnya, seraya meneriakkan, "lawan, lawan, lawan." Banyak dari kerumunan meneriakkan, "Amerika, Amerika."
Foto: REUTERS
Foto untuk kampanye
Setelah pasukan keamanan membantu Trump untuk berdiri, mantan presiden AS itu mengangkat kepalan tangannya ke udara. Foto itu dengan cepat beredar di media sosial. Momen itu diambil oleh fotografer AP, Evan Vucci.
Foto: Evan Vucci/AP Photo/picture alliance
TKP: Lokasi kampanye di Pennsylvania
Trump baru saja memulai pidato kampanyenya, saat suara tembakan terdengar. Dia sedang berbicara tentang migran. Seorang saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa, pada awalnya, suara tembakan itu terdengar seperti kembang api, tapi orang-orang kemudian mulai berteriak. "Semua orang mulai panik. Sungguh kacau," katanya
Foto: Evan Vucci/AP Photo/picture alliance
Massa terkejut dan ketakutan
Satu orang di antara kerumunan tewas dan dua orang lainnya terluka parah, kata petugas keamanan. Seorang dokter di tengah massa bergegas membantu salah satu korban luka. Setelahnya, dokter itu menyatakan bahwa orang itu tertembak di kepala dan mengonfirmasi kematian korban.
Foto: Brendan McDermid/REUTERS
Seluruh dunia terkejut
"Upaya pembunuhan" menurut FBI ini menjadi berita utama di seluruh dunia. Presiden AS Joe Biden mengatakan dia merasa lega karena Trump selamat. Biden juga mengutuk serangan itu dengan mengatakan, "Tidak ada tempat di Amerika untuk kekerasan semacam ini." Wakil Presiden AS Kamala Harris, yang juga berkampanye di Pennsylvania, mengecam insiden ini.
Foto: Brian Snyder/REUTERS
Joe Biden: ‘Ini memuakkan’
Usai dari Delaware, Presiden AS Joe Biden kembali ke Washington dan berbincang dengan Donald Trump, setelah Trump keluar dari rumah sakit. Biden berterima kasih kepada pasukan keamanan yang telah membawa Trump ke tempat yang aman. Biden juga mengunggah di X dengan menuliskan, "Ini memuakkan. Ini memuakkan. Ini adalah salah satu alasan mengapa kita harus menyatukan negara ini."
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Pengawalan ketat
Petugas polisi dari Pantai Rehoboth di Delaware bergegas mengamankan dan menjaga balai kota tempat Presiden AS Joe Biden berpidato setelah serangan yang terjadi pada Donald Trump, saingannya dalam Pilpres AS 2024.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
FBI: Tidak ada 'ancaman lain di luar sana'
Beberapa jam setelah insiden penembakan, tim FBI mengambil alih penyelidikan. FBI mengonfirmasi adanya upaya "percobaan pembunuhan" terhadap Trump dan pihaknya telah berhasil mengidentifikasi penembaknya. Agen Khusus FBI Kevin Rojek mengatakan bahwa para pejabat "bekerja dengan tanggap" untuk kasus ini. FBI juga meyakini "tidak ada alasan" adanya ancaman lebih lanjut.
Foto: Brendan McDermid/REUTERS
Keamanan ekstra
Polisi Kota New York juga ikut berjaga-jaga di depan Trump Tower di Midtown Manhattan. Setelah meninggalkan rumah sakit, Donald Trump diperkirakan akan bermalam di kediamannya di New Jersey, menurut laporan The New York Times.
Foto: David Dee Delgado/REUTERS
Upaya pembunuhan paling serius sejak 1981
Anggota pasukan keamanan berpatroli di lokasi insiden penembakan Donald Trump di Pennsylvania. Serangan kali ini adalah upaya pembunuhan paling serius terhadap seorang presiden atau calon presiden sejak 1981, saat insiden penembakan Ronald Reagan. (kp/hp)
Foto: Brendan McDermid/REUTERS
12 foto1 | 12
Kongres AS tak membangkitkan kepercayaan terhadap demokrasi
“Saya rasa cukup adil untuk mengatakan, warga Amerika saat ini tidak memiliki banyak kepercayaan terhadap lembaga-lembaga pemerintah,” kata Michael Berkman, direktur McCourtney Institute for Democracy dan profesor ilmu politik di Pennsylvania State University kepada DW. “Mereka melihat Kongres yang sama sekali tidak berfungsi dengan baik, dan mereka melihat beberapa masalah yang sulit diatasi oleh pemerintah, seperti kekerasan dengan senjata api dan perubahan iklim.”
Dengan ketidakmampuan mereka untuk memilih pemimpin, mayoritas Partai Republik di DPR melumpuhkan Kongres selama berminggu-minggu pada Oktober 2023. Bahkan tanpa interupsi semacam itu pun, meloloskan undang-undang melalui kedua kamar Kongres - DPR dan Senat - berjalan lambat karena keberpihakan yang mengakar kuat antara Partai Republik dan Demokrat.
“Sangat sulit, terkadang tidak mungkin, untuk meloloskan undang-undang bahkan ketika mayoritas publik mendukung suatu tindakan,” kata Vanessa Williamson, peneliti senior di bidang kajian pemerintahan di lembaga think tank AS, Brookings Institution, kepada DW. “Ada disfungsi yang sangat serius di Washington.”
Iklan
Transisi kekuasaan yang tak berjalan damai
Polarisasi yang tajam menjadi jurang pemisah antara pendukung Partai Demokrat dan Partai Republik, hal ini mengindikasikan setidaknya separuh dari warga di negara ini, kemungkinan besar sangat tidak puas dengan kebanyakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah terpilih.
Setelah pemilu 2020, banyak anggota Partai Republik (yang dipimpin oleh Trump) sangat tidak puas dengan hasil pemilu, sehingga mereka mencoba mengabaikannya, mengklaim bahwa pemilu telah “dicuri” dari mereka dengan sangat brutal hingga akhirnya, massa yang percaya akan hal tersebut menyerbu Gedung Kongres. Transisi kekuasaan yang damai adalah salah satu ciri khas demokrasi, dan hal itu hampir tidak terjadi di AS.
“Saya pikir apa yang terjadi pada tanggal 6 Januari dan penolakan salah satu pihak untuk menerima hasil pemilu sangat merusak demokrasi, karena menerima hasil pemilu merupakan inti dari politik demokratis,” ujar Berkman.
Foto-foto Saat Massa Pendukung Trump Menyerbu Gedung Capitol AS
Massa pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung DPR AS dalam upaya membatalkan kekalahan Trump. Foto-foto berikut ini menggambarkan insiden penyerbuan di Gedung Capitol saat perusuh bentrok dengan pasukan keamanan.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi
Massa pendukung Presiden AS Donald Trump bentrok dengan aparat keamanan di depan Gedung Capitol di Washington DC pada 6 Januari. Kongres AS sedang mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan 306-232 Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Trump.
Foto: Stephanie Keith/REUTERS
Demonstran yang marah menyerbu Gedung Capitol
Awalnya, pendukung Trump yang agresif berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS. Namun, mereka akhirnya mencoba menerobos masuk ke dalam gedung dan polisi gagal menahan massa yang marah.
Foto: Roberto Schmidt/AFP/Getty Images
Pendukung Trump menerobos masuk
Massa pendukung Trump yang marah menerobos Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, saat Kongres mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dari hasil Electoral College atas Presiden Trump.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas keamanan Gedung Capitol berjaga penuh
Petugas keamanan Gedung Capitol AS berjaga penuh saat menangani kerusuhan ketika pengunjuk rasa mencoba masuk ke House Chamber, ruangan paling inti, tempat para legislator berkumpul untuk meratifikasi pemungutan suara Electoral College.
Foto: J. Scott Applewhite/AP Photo/picture alliance
Petugas keamanan menahan para perusuh
Petugas keamanan mencoba menahan para perusuh yang berada di lorong di luar ruang Senat. Sementara, para anggota parlemen dibawa ke tempat aman.
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo/picture alliance
Mengambil alih ruang Senat
Setelah berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, seorang pengunjuk rasa berlari ke tengah ruang Senat dan meneriakkan "Kebebasan!"
Foto: Win McNamee/Getty Images
Perusuh menyerbu ruang Senat
Seorang perusuh berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, dan melompat dari atas galeri umum ke ruang Senat.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Anggota parlemen berlindung di House Chamber
Para anggota parlemen dengan panik mencari tempat berlindung di ruang galeri DPR, saat para pengunjuk rasa mencoba menerobos masuk. Menurut seorang jurnalis Gedung Putih, para anggota parlemen diberi masker gas yang berada di bawah kursi.
Foto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance
Pengunjuk rasa menduduki kantor anggota parlemen
Massa pendukung Trump mengambil alih kantor yang telah dikosongkan. Anggota parlemen berhasil dibawa ke tempat aman.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Petugas tak berhasil menahan
Polisi dan petugas keamanan Gedung Capitol gagal menahan pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke Rotunda dan kantor anggota parlemen. Seorang pria bahkan memboyong podium yang biasa digunakan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi untuk berpidato.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas menembakkan gas air mata
Petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh di luar Gedung Capitol.
Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP/Getty Images
Ledakan di luar Gedung Capitol
Sebuah ledakan terjadi di luar Gedung Capitol ketika polisi berusaha menghalau laju massa pendukung Trump. Kepolisian Washington dan Garda Nasional telah dikerahkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Foto: Leah Millis/REUTERS
Upaya membubarkan pengunjuk rasa
Petugas Garda Nasional dan kepolisian Washington DC dikerahkan ke Gedung Capitol untuk membubarkan pengunjuk rasa. Jam malam di seluruh kota diberlakukan dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. (Ed: pkp/rap)
Penulis: Kristin Zeier
Foto: Spencer Platt/Getty Images
13 foto1 | 13
Kandidat dengan suara terbanyak belum tentu jadi pemenang
Tidaklah mengherankan jika kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi menurun dalam beberapa tahun terakhir. Namun ada hal lain yang mungkin tidak kita duga dari negara seperti AS.
“Selain bentuk-bentuk erosi demokrasi baru-baru ini, Amerika Serikat memiliki banyak praktik anti-demokrasi yang sudah berlangsung lama,” kata Williamson.
Yang paling utama di antaranya: Pemenang pemilihan presiden belum tentu orang yang mendapatkan suara terbanyak.
Baru-baru ini, Donald Trump memenangkan pemilihan presiden 2016 meskipun lawannya, Hillary Clinton, memperoleh sekitar 2,9 juta suara lebih banyak darinya. Alasan di balik teka-teki ini adalah sistem kolese elektoral atau electoral college.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
California sebagai negara bagian terpadat memiliki jumlah pemilih terbanyak di electoral college: 54. Kandidat yang dapat meraup suara sebagian besar warga California, akan menerima semua 54 suara elektoral ini, bahkan jika mereka hanya memenangkan suara pemilih di California dengan selisih yang tipis. Negara-negara bagian yang lebih kecil seperti Vermont atau South Dakota hanya memiliki tiga suara electoral college, tetapi sistemnya sama.
Siapa pun yang berhasil duduk di Ruang Oval di Gedung Putih berhak untuk memutuskan - atau begitulah perkiraan mereka. Seberapa besar sebenarnya kekuasaan Presiden Amerika Serikat?
Foto: Klaus Aßmann
Apa Kata Konstitusi AS?
Seorang presiden dipilih untuk masa jabatan 4 tahun, dengan batas maksimum dua masa jabatan. Presiden menjabat sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, memegang kendali eksekutif federal yang mempekerjakan sekitar 4 juta orang (termasuk personel militer). Ia juga bertanggung jawab menerapkan undang-undang yang telah disetujui oleh Kongres dan menjabat sebagai diplomat tertinggi AS.
Foto: Klaus Aßmann
Berfungsi sebagai pemeriksa dan penyeimbang
Tiga cabang pemerintahan, eksekutif, yudikatif, dan legislatif, adalah pembuat keputusan bersama yang saling membatasi kekuasaan. Presiden dapat memaafkan seseorang dan menunjuk hakim federal, tetapi butuh persetujuan Senat untuk mengonfirmasi keputusan ini. Presiden, dengan persetujuan Senat, juga dapat menunjuk anggota kabinet dan duta besar. Ini salah satu cara legislatif mengontrol eksekutif.
Foto: Klaus Aßmann
Kekuatan 'State of the Union'
Presiden diminta untuk secara berkala menginformasikan kongres tentang keadaan negara - persyaratan ini telah berkembang menjadi pidato tahunan "Negara Persatuan". Meski tidak dapat memperkenalkan RUU legislatif, presiden dapat mendiskusikan topik dan inisiatif yang ia inginkan. Ini adalah cara untuk menempatkan Kongres untuk bertindak di bawah tekanan publik.
Foto: Klaus Aßmann
Punya hak veto terhadap RUU
Presiden dapat memveto rancangan undang-undang dengan mengirimkannya kembali ke Kongres tanpa menandatanganinya. Tapi veto ini dapat dibatalkan dengan mayoritas dua pertiga di kedua kamar Kongres yakni di DPR dan Senat. Dan menurut Senat, hanya sekitar tujuh persen atau 111 dari 1.516 veto presiden yang berhasil diubah kembali.
Foto: Klaus Aßmann
Wilayah kekuasaan yang dinilai abu-abu
Konstitusi dan keputusan MA tidak sepenuhnya menentukan seberapa besar kekuasaan yang dimiliki presiden. Ada satu ciri khas yang dikenal sebagai "veto saku" memungkinkan presiden untuk dengan mudah memasukkan RUU yang dikirim kepada mereka oleh Kongres "ke dalam saku," dan mencegahnya berlaku. Kongres tidak dapat membatalkan veto jenis ini. Trik ini telah digunakan lebih dari 1.000 kali.
Foto: Klaus Aßmann
Perintahnya berkekuatan hukum
Presiden dapat memerintahkan pegawai pemerintah untuk laksanakan tugas dengan cara dan untuk tujuan tertentu. Perintah eksekutif ini berkekuatan hukum; dan tidak butuh persetujuan lain. Tapi bukan berarti presiden bisa seenaknya. Pengadilan bisa membatalkan perintah itu, atau Kongres dapat memberlakukan UU yang menentangnya. Lagi pula, presiden selanjutnya juga bisa langsung mencabutnya.
Foto: Klaus Aßmann
Mengesampingkan Kongres
Presiden dapat merundingkan perjanjian dengan lembaga pemerintah lain, tetapi perjanjian ini perlu disetujui oleh mayoritas dua pertiga Senat. Presiden dapat melewati proses ini dengan mengeluarkan "perjanjian eksekutif" yang tidak memerlukan persetujuan Kongres. Ini berlaku selama Kongres tidak mengajukan keberatan atau mengesahkan undang-undang yang membatalkan perjanjian tersebut.
Foto: Klaus Aßmann
Mengontrol posisi pasukan militer
Presiden adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata AS, tetapi pernyataan deklarasi perang ada di tangan Kongres. Presiden dapat melibatkan pasukan dalam konflik bersenjata tanpa persetujuan Kongres, namun aturan ini masih agak kabur. Misalnya, saat Kongres melihat keterlibatan AS dalam Perang Vietnam sebagai tindakan yang terlalu jauh, Kongres dapat membatasinya lewat UU.
Foto: Klaus Aßmann
Tidak punya kekuasaan tanpa batas
Jika seorang presiden menyalahgunakan jabatannya atau melakukan kejahatan, Dewan Perwakilan Rakyat dapat memulai proses pemakzulan. Ini telah terjadi tiga kali sepanjang sejarah Amerika, tetapi pada akhirnya tidak ada yang dihukum. Kongres memiliki kartu as di tanggannya karena mereka bertanggung jawab dalam menyetujui anggaran, dan dapat memotong arus kas negara. (ae/vlz)
Foto: Klaus Aßmann
9 foto1 | 9
Senat AS - 'lembaga yang sangat tidak demokratis'
Bagian lain dari sistem politik AS yang tidak mencerminkan demokrasi yang sempurna adalah majelis tinggi Kongres: Senat AS. Setiap negara bagian AS memiliki dua senator di majelis ini - tidak peduli berapa pun jumlah penduduk negara bagian tersebut.
Ini berarti di beberapa negara bagian, satu senator mewakili beberapa ratus ribu orang, sementara di negara bagian lain, beberapa juta orang “berbagi” seoarang senator. Ketika Senat harus mengambil keputusan, setiap suara senator memiliki bobot yang sama, meskipun mereka mewakili jumlah orang yang sangat berbeda.
Berkman menyebut Senat sebagai “lembaga yang sangat tidak demokratis.” Dan Williamson mengatakan bahwa sebagai akibat dari cara kerja Senat, “daerah-daerah yang paling padat penduduknya sangat kurang terwakili dalam proses legislatif.”
Hikmahnya: Lebih banyak partisipasi
AS mungkin bukan model demokrasi, namun warga Amerika Serikat tidak mau menyerah. Semakin banyak orang yang terlibat.
Jumlah pemilih yang memberikan suaranya dalam pemilihan presiden tahun 2020 mencapai lebih dari 65%, lebih tinggi dari yang pernah terjadi selama lebih dari 100 tahun.
“Anda melihat peningkatan partisipasi politik selama delapan, 10 tahun terakhir,” kata Berkman. “Dan menurut saya itu penting.”