Partai oposisi konservatif CDU menganggap Jerman perlu patriotisme lebih kuat untuk mengatasi polarisasi politik dan membuat warga Jerman di bagian timur merasa lebih dilibatkan.
Iklan
Partai konservatif Jerman yang beroposisi, Uni Demokrat Kristen CDU, tengah mengajukan proposal ke parlemen yang sekarang menjadi diskusi besar, karena menyangkut hal sensitif yang berkaitan dengan sejarah Jerman pada Perang Dunia Kedua.
Jerman, kata CDU, sudah saatnya membangkitkan kebanggaan lagi pada tanah airnya, dengan mengadakan hari peringatan nasional pada 23 Mei, hari peresmian konstitusi Jerman, Grundgesetz, pada tahun 1949, yang menandai berdirinya Republik Federal Jerman. Agenda "kebangkitan patriotisme" CDU mencakup:
Meningkatkan "visibilitas sepanjang tahun" simbol-simboll nasional, khususnya bendera nasional Jerman di ruang publik.
Menyanyikan lagu kebangsaan lebih sering pada acara-acara publik.
Mengadakan lebih banyak upacara publik dan apel terbuka militer Jerman Bundeswehr "untuk menekankan ikatan antara angkatan bersenjata dan masyarakat sipil dan untuk mengembangkan potensi patriotik dari hubungan ini."
CDU mengatakan, yang ingin mereka wujudkan adalah "patriotisme modern", sambil mengundang komunitas imigran di Jerman untuk memahami dan mengikuti nilai-nilai yang ditetapkan dalam konstitusi. CDU menyebutnya "potensi patriotisme" yang perlu diaktifkan dan tidak boleh diabaikan begitu saja.
Agenda patriotisme CDU mengingatkan pada slogan-slogan yang sering didengungkan partai ultra kanan dan anti Islam, AfD.
Budaya kebanggaan dan budaya malu
Masalah Jerman dengan patriotisme memang berasal dari sejarah kelam mereka selama era Nazi-Hitler dan secara psikologis berkaitan dengan harga diri bangsa yang hancur akibat Perang Dunia II.
Iklan
Jajak pendapat yang dilakukan pada tahun 2021 oleh lembaga survei pendapat publik INSA menunjukkan bahwa 61% orang Jerman menganggap sekolah seharusnya bisa membina hubungan yang "lebih positif" di kalangan anak-anak terhadap "ke-Jerman-an”. Apa arti pandangan itu sebenarnya masih tidak jelas. Namun, sejarah Jerman dan sentimen patriotisme akan selalu bermasalah.
"Siapa yang bisa, secara tidak reflektif dan tanpa hambatan, menyatakan kaitan mereka dengan nasionalisme Jerman?" tanya Martin Sabrow, Profesor emeritus Universitas Humboldt di Berlin. "Ada Holocaust Memorial di kawasan pemerintahan (di Berlin) dengan prasasti yang memperingati enam juta orang Yahudi yang terbunuh dan jutaan orang lain yang terbunuh dalam perang. Akan aneh jika kita tidak memiliki rasa mual terhadap (istilah) nasionalisme."
Napak Tilas Tumbangnya NAZI Jerman
Hitler menyerah tanpa syarat 8 Mei 1945, menandai berakhirnya Perang Dunia II di Eropa. Beragam monumen didirikan mengenang pembebasan Jerman dari rezim NAZI oleh pasukan Sekutu dan Uni Sovyet.
Foto: picture-alliance/dpa/Hans Joachim Rech
Perang Campuh di Hutan Hürtgen
Pasukan AS bertempur sengit melawan angkatan perang Jerman di hutan Hürtgen dekat Aachen selama beberapa bulan, dari musim gugur 1944 hingga awal tahun 1945,. Ini merupakan pertempuran paling lama dan paling signifikan di kawasan Jerman. Hutan Hürtgen kini jadi bagian dari ‘‘Rute Kemerdekaan Eropa‘‘ yakni jejak peringatan gerak majunya Sekutu..
Foto: picture-alliance/dpa/Oliver Berg
Keajaiban di Remagen
Pasukan AS berhasil merebut jembatan di Remagen, di selatan Köln 7 Maret 1945. Dengan itu ribuan tentara AS dapat menyeberangi Sungai Rhein untuk pertama kalinya, yang populer disebut ‘‘Keajaiban di Remagen‘‘. Pemboman yang dilancarkan terus menerus oleh tentara Jerman, meruntuhkan jembatan 10 hari setelah direbut sekutu. Kini di puing jembatan berdiri museum perdamaian.
Foto: picture-alliance/dpa/Thomas Frey
Pemakaman Reichswald
AS biasanya mengirim pulang jenazah tentaranya yang tewas ke Amerika. Lain halnya dengan tentara Inggris yang gugur di medan perang, biasanya dimakamkan di Jerman. Terdapat 15 pemakaman dan yang terbesar adalah di Reichswald, dekat perbatasan Belanda. Di antara 7.654 tentara yang tewas, 4.000 di antaranya adalah pilot dan awak pesawat tempur yang banyak berasal dari Kanada.
Foto: Gemeinfrei/DennisPeeters
Monumen Seelow Heights
Tentara Merah Uni Soviet melancarkan gempuran pamungkas di bagian timur Jerman 16 April 1945. Petempuran Seelow Heights diawali dengan bombardemen dini hari untuk mendukung serbuan ke Berlin. Sekitar 900.000 tentara Soviet bertempur melawan 90.000 tentara Jerman. Pertempuran terbesar di Jerman saat Perang Dunia II yang menewaskan ribuan orang, dikenang dengan monumen di lokasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Patrick Pleul
Peringatan Hari Elbe di Torgau
Pasukan Uni Soviet dan AS bertemu untuk pertama kalinya di Sungai Elbe di Torgau 25 April 1945. Peristiwa ini menutup celah front Timur dan Barat. Akhir perang sudah di depan mata, dan jabat tangan tentara dari kedua belah pihak di Torgaui jadi foto ikonik. Pertemuan tentara Sekutu dan Soviet di Sachsen ini setiap tahun diperingati sebagai hari Elbe.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Musium Jerman-Rusia di Berlin-Karlshorst
Angkatan bersenjata Jerman tandatangani pernyataan takluk tanpa syarat 8 Mei 1945 malam di mess perwira Berlin-Karlhorst. Kini naskah pernyataan takluk asli yang ditulis dalam bahasa Inggris, Jerman dan Rusia, jadi fitur utama di ruangan utama museum itu. Pameran permanen lainnya di museum berfokus pada perang pemusnahan Nazi Jerman terhadap Uni Soviet yang dimulai tahun 1941.
Foto: picture-alliance/ZB
Monumen Peringatan Perang di Treptow
Monumen di Treptow sangat besar dan impresif. Monumen beserta pemakaman tentara ini berada di atas area seluas 100.000 m2. Dibangun setelah Perang Dunia II untuk memperingati Tentara Merah Uni Soviet yang tewas dalam pertempuran di Berlin. Pintu masuk ke monumen dibangun menyerupai bendera Uni Soviet, dibuat dari batu granit berwarna merah.
Foto: picture-alliance/ZB/Matthias Tödt
Istana Cecilienhof di Potsdam
Setelah Nazi menyerah, ketiga kepala pemerintahan terpenting Sekutu bertemu di Istana Cecilienhof di Potsdam pada musim panas 1945. Joseph Stalin, Harry S. Truman dan Winston Churchill memimpin delegasi dalam Konferensi Potsdam, untuk membangun tatanan pasca Perang Dunia II di Eropa. Keputusan konferensi membagi Jerman menjadi empat zona pendudukan
Foto: picture-alliance/dpa/Ralf Hirschberger
Museum Sekutu
Berlin juga dibagi jadi 4 sektor. Distrik Zehlendorf jadi sektor Amerika. Bekas gedung bioskop ‘‘Outpost‘‘ milik militer AS kini jadi bagian dari Museum Sekutu yang mendokumentasikan sejarah politik dan komitmen militer Sekutu Barat di Berlin, detail pendudukan Berlin Barat di tahun 1945, pengiriman bantuan melalui udara ke Berlin Barat dan penarikan pasukan AS pada tahun 1994.
Foto: AlliiertenMuseum/Chodan
Istana Schönhausen di Berlin
Istana Barok Prusia ini adalah lokasi perjanjian ‘‘Two Plus Four‘‘ tahun 1990 antara Jerman dan sekutu yang menduduki Jerman pada akhir Perang Dunia: AS, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet. Keempatnya sepakat mengakhiri hak okupasi Jerman, yang membuka jalan bagi penyatuan kembali Jerman Barat dan Timur. Beberapa plakat menyebutkan di sinilah Perang Dunia II sejatinya diakhiri.
Foto: picture-alliance/dpa/Hans Joachim Rech
10 foto1 | 10
CDU dan 'patriotisme konstitusional'
CDU sekarang berusaha untuk mengembalikan lagi "kebanggaan nasional”, tetapi menurut analis politik Uwe Jun dari Universitas Trier, partai konservatif itu mencoba mengembangkan kembali tradisi "patriotisme konstitusional", yaitu patriotisme yang tidak berakar pada identitas nasional, tapi bergerak dalam nilai-nilai yang ditetapkan dalam Grundgesetzt. "Mereka mengatakan: Grundgesetz telah menciptakan demokrasi yang stabil di Jerman dan harus ada kesempatan untuk merayakannya," katanya kepada DW.
Namun, Uwe Jun kurang yakin apakah yang dimaksud CDU sekadar mengibarkan bendera Jerman lebih sering bisa memenangkan kembali pemilih yang beralih ke partai ultra kanan AfD. Faktanya, dalam jajak pendapat terbaru, AfD memang sedang naik, sedangkan CDU stagnan. "Itu akan sulit," kata Uwe Jum, karena begitu banyak pemilih inti AfD adalah pemilih protes, yang tampaknya juga semakin tidak memercayai partai-partai arus utama seperti CDU.
Martin Sabrow juga skeptis terhadap agenda CDU. "Ini adalah upaya untuk kembali ke apa yang disebut 'normalitas' (tentang nasionalisme), tanpa menyangkal tanggung jawab historisnya sendiri," katanya. "Tapi saya pikir, upaya seperti ini sama sekali tidak berguna. Saya pikir tidak mungkin dalam masyarakat modern memaksakan keterikatan seperti itu dari atas."