Hadiah Nobel sering disebut sebagai 'Gunung Everest' di dunia sains. Tapi ada kritik tentang bagaimana para pemenangnya dipilih. Apakah penghargaan ini masih relevan di era penelitian global?
Iklan
Setiap bulan Oktober, beberapa ilmuwan dikejutkan oleh panggilan telepon yang mengabarkan bahwa mereka memenangkan Penghargaan Nobel di bidang Fisiologi atau Kedokteran, Fisika, atau Kimia.
Dalam keadaan terkejut dan masih setengah mengantuk, mereka buru-buru memakai baju seadanya di atas piyama, bergabung dalam panggilan video ke Stockholm, dan mencoba menjelaskan hasil penelitian seumur hidup mereka kepada media dalam waktu yang sangat singkat.
Para jurnalis pun berusaha memahami istilah-istilah rumit seperti "titik kuantum" atau "foton yang saling terkait," menulis laporan mereka, dan merasa lega setelah tugas mereka selesai hingga tahun depan. Minggu berikutnya, semuanya sudah terlupakan, hanya jadi bagian kecil dari siklus berita yang tak ada habisnya.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sejujurnya, siapa yang benar-benar peduli dengan Penghargaan Nobel? Apakah penghargaan yang pertama kali diberikan pada 1901 ini, dengan segala kemegahan dan upacaranya, masih relevan hari ini?
Penghargaan Nobel memang membantu mempopulerkan penemuan ilmiah. Tapi, apakah mereka juga memberi kesan yang salah tentang bagaimana penemuan terjadi? Apakah terlalu banyak yang diuntungkan, terutama ilmuwan dari AS, Eropa, dan ilmuwan pria?
Luaskan Pikiran dan Diskusi Langsung dengan Penerima Hadiah Nobel
Penerima Hadiah Nobel tiap tahun berkumpul di acara Lindau Nobel Laureate Meetings. Tahun ini untuk ilmu fisiologi dan kedokteran. Ajang ini dinanti peneliti muda karena bisa berdiskusi langsung dengan penerima Nobel!
Foto: Arti Ekawati/DW
Lebih banyak keberagaman dalam sains
Pertemuan tahunan para penerima Hadiah Nobel atau Lindau Nobel Laureate Meetings tahun 2023 dibuka pada Minggu (25/06). Dr. Nkechi Madubuko, jurnalis dan sosiolog dari Universitas Giessen di Jerman tampil sebagai pembawa acara. Perhelatan tahunan ini berupaya untuk lebih menampilkan suara peneliti dari gender minoritas.
Foto: Arti Ekawati/DW
Dihadiri 40 penerima Hadiah Nobel
Tahun ini, perhelatan berfokus pada disiplin ilmu fisiologi dan kedokteran. Hadir sejumlah nama besar, seperti ahli saraf John O'Keefe penerima Nobel tahun 2014.Juga Emmanuelle Charpentier dari Max Planck Unit for the Science of Pathogens, Berlin, yang tahun 2020 dianugerahi Nobel Kimia bersama rekannya Jennifer Doudna karena menemukan ‘gunting genetik’ untuk mengedit DNA.
Foto: Arti Ekawati/DW
Dinanti peneliti muda untuk berdiskusi
Sekitar 600 peneliti muda dari seluruh dunia ikut hadir dalam pertemuan. Ini adalah kesempatan yang hanya mereka peroleh sekali seumur hidup. Peneliti muda berkesempatan mengikuti acara makan siang dengan idola mereka di dunia sains. Selain itu ada pula acara Science Walks di mana mereka bisa berjalan santai sambil mengobrol dengan penerima Nobel.
Foto: Arti Ekawati/DW
Agnes Rosarina Prita Sari: Sains untuk kesejahteraan masyarakat
Peneliti dari Indonesia juga hadir, salah satunya Agnes Rosarina Prita Sari atau Ita, dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. "Covid-19 berhasil dituntaskan gara-gara vaksinasi, sedangkan vaksinasi itu berasal dari sains," ujarnya. Karena itu ia berpesan kepada sesama peneliti muda utamanya perempuan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.
Foto: Arti Ekawati/DW
Antonia Morita Iswari Saktiawati: Tes TBC lewat e-Nose
Sebagai negara mitra, Indonesia diberi kesempatan mengadakan acara khusus, yang bertajuk "Indonesia in Overcoming COVID-19 Pandemic and Domestic Vaccine". Di acara ini, salah satu pembicara adalah Antonia Morita Iswari Saktiawati yang biasa disapa Morita. Selama pandemi, ia mengembangkan e-Nose untuk bisa mendeteksi COVID-19. Tapi awalnya alat ini dirancang untuk deteksi TBC.
Foto: Arti Ekawati/DW
E-Nose memantik rasa ingin tahu para peneliti
Presentasi Morita tentang e-Nose mengundang rasa ingin tahu peneliti dari berbagai negara, seperti Cina, Brasil, Kuba dan Arab Saudi. Pertanyaan utaman seputar efektivitas pendeteksian dan apakah e-Nose bisa diperkecil agar menjadi semacam alat portable tapi tetap efektif. "Ini menjadi tantangannya, kami sedang bekerja sama dengan departemen fisika kami untuk mewujudkan hal ini," ujar Morita.
Foto: Arti Ekawati/DW
Azzahra Asysyifa: Riset kanker payudara di usia muda
Usianya baru menginjak 23 tahun, Azzahra Asysyifa termasuk salah satu ilmuwan termuda di acara ini. Riset perempuan lulusan S1 dari Universitas Gadjah Mada ini adalah tentang bagaimana sel-sel kanker di payudara bermetastesis. Syifa, panggilan akrabnya, berharap bisa menjalin koneksi dan mendapatkan inspirasi dari sesama peneliti dan penerima Hadiah Nobel.
Foto: Arti Ekawati/DW
Alvin Santoso Kalim: Meneliti penyakit genetik di usus
Alvin Santoso Kalim saat ini sedang menempuh studi S3 di Kyusu University, Jepang. Di sana ia meneliti dengan membuat model hewan coba untuk penyakit bedah anak khususnya penyakit genetik gastrointestinal motility disorder atau gangguan pergerakan usus. "Penyakit ini cukup jarang, tapi secara medis banyak komplikasinya dan masih belum banyak pengetahuan tentang proses penyakit itu," kata Alvin.
Foto: Arti Ekawati/DW
Digelar di kota cantik di selatan Jerman
Lindau berbentuk seperti pulau di Danau Bodensee di selatan Jerman. Kota ini jadi salah satu tujuan wisata musim panas. Selain berlayar dengan kapal-kapal kecil seperti di foto, Lindau juga kerap disinggahi para pesepeda dan pejalan kaki untuk melepas lelah setelah menjalajahi wilayah pegunungan Allgäu yang tidak begitu jauh jaraknya.
Foto: Arti Ekawati/DW
9 foto1 | 9
Ide mulia di balik Penghargaan Nobel
Penghargaan Nobel berasal dari wasiat terakhir seorang ilmuwan yang merasa bersalah, Alfred Nobel, penemu dinamit.
Iklan
Tujuan Nobel adalah memberi penghargaan pada ilmu pengetahuan yang luar biasa bagi "mereka yang, selama tahun sebelumnya, telah memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia."
Penghargaan Nobel adalah tonggak penting dalam kemajuan ilmiah. Penghargaan ini menyoroti bagaimana jutaan orang terlindungi dari infeksi parah COVID-19 berkat pengembangan vaksin yang cepat, penemuan lampu LED hemat energi, dan teknologi pengeditan gen yang telah menyembuhkan penyakit yang sebelumnya tidak bisa diobati.
"Tidak diragukan lagi, mereka adalah puncak tertinggi dalam sains. Hadiah Nobel menunjukkan puncak penemuan ilmiah, dan ada hubungan emosional dengan penghargaan ini," kata Rajib Dasgupta, seorang dokter dan profesor kesehatan masyarakat di New Delhi, India.
Jika ada, penghargaan ini mengingatkan kita bahwa kita beruntung hidup di era kemajuan ilmiah: Setelah DNA ditemukan, setelah vaksinasi, setelah teori big bang, dan partikel sub-atomik.
5 Ide Yang Patut dapat Nobel
Tiap tahun para pemenang Hadiah Nobel adakan pertemuan. Kali ini fokusnya kedokteran. Apa yang terpenting menurut peneliti muda? Apa tantangan yang terbesar?
Foto: DW/H. Fuchs
Dijelaskan dan Digambarkan
Baik pemenang hadiah Nobel maupun peneliti muda. Banyak dari mereka tidak bisa menjelaskan tema ilmu pengetahuan mereka dengan jelas. Mungkin lebih mudah, jika para peserta pertemuan di Lindau itu menggambarkan sasaran yang menurut mereka patut diberikan hadiah Nobel. Seperti dilakukan Paolo Mazzula.
Foto: DW/H. Fuchs
Paolo Mazzula dari Italia: Penelitian Demensia
Bidang Paolo Mazzula adalah demensia. Ia lama mempertimbangkan, apa yang akan digambarnya, dan menyatakan, bagi dirinya yang jadi dokter menyembuhkan, merawat atau penelitian bukan yang utama. "Tujuan utama saya memajukan kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, yang bisa dicegah. Menjadi tua dengan tubuh dan pikiran yang sehat. Itu saja!" katanya.
Foto: DW/H. Fuchs
Anowara Begum dari Bangladesh
Anowara Begum berusia 23 tahun dan kuliah di bidang kesehatan publik di Asian University for Women. Di negaranya ia sudah melihat berbagai tempat. Tetapi ke luar negeri baru sekali ini, dalam rangka pertemuan pemenang Hadiah Nobel di Lindau. Belajar hal baru setiap hari. Baginya itulah ilmu pengetahuan, "dan itu sangat menarik".
Foto: DW/H. Fuchs
Penjelasan Penting
Anowara Begum punya banyak ide, tentang hal-hal yang bisa segera dilakukan terutama di Bangladesh atau Asia. Misalnya: di satu pihak kelaparan, dan di lain pihak obesitas yang terjadi karena orang tidak memperhatikan kesehatan. "Orang kerap tidak peduli", katanya. Juga dalam hal infeksi, misalnya penularan penyakit kelamin.
Foto: DW/H. Fuchs
Luca Pellegrinet dari Cambridge, Inggris
Luca Pellegrinet adalah pakar biologi molekuler dan saat ini bekerja dalam penelitian kanker. Ketika kecilpun ia sudah ingin tahu bagaimana tampilan benda dari dalam. "Saya mengurai sema benda yang saya temukan". Rasa ingin tahunya terus jadi motor pendorong, sehingga akhirnya berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan.
Foto: DW/H. Fuchs
Mengerti Jalan Kanker
Luca Pellerinet menggambar dua sel. "Apa yang terjadi di dalamnya tidak mudah dimengerti", katanya dan membandingkannya dengan sebuah peta. Banyak jalur bus, kereta, halte dan jalanan. "Stasiun kereta api utama biasanya ada, dan jadi tempat transit spesial. Itulah persamaan yang dimiliki sel normal dan sel kanker." Untuk mengerti apa yang terjadi di sini penting, supaya bisa mengerti kanker.
Foto: DW/H. Fuchs
Arnaud L'Omelette dari Mauritius
Arnaud L'Omelette mewakili negara pulau Mauritius. Di daftar peserta, hanya pria berusia 29 tahun itulah yang mewakili Mauritius. Ilmu alam baginya berarti: "Mencari jalan baru yang meringankan beban sehari-hari."
Foto: DW/H. Fuchs
Gaya Hidup Berbeda dan Lebih Baik
"Inilah masalah besar di negara saya", kata Arnaud L'Omelette: obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi. Penyakit datang dengan berkembang pesatnya perekonomian negara di tahun 1990, yang dipadu dengan gaya hidup tidak sehat. "Padahal untuk mengubah sesuatu sangat mudah", kata Arnaud, "misalnya dengan makanan yang sehat dan berolahraga."
Foto: DW/H. Fuchs
Anna Oszmiana dari Polandia: Mengerti Sistem Kekebalan Tubuh
Anna Oszmiana tinggal di Inggris dan meneliti di universitas Manchester. Fokusnya: Immunologie. Ia menggambar dua sel. Sel di kiri terinfeksi virus, dan itu diketahui sel kanan. "Perlindungan diri sendiri! Sel itu merapat dan menghancurkan virus." Komunikasi antar sel. Bagi Anna ini salah satu bidang penelitian paling penting dan seru.
Foto: DW/H. Fuchs
9 foto1 | 9
Apakah Penghargaan Nobel benar-benar menginspirasi orang tentang sains?
Penghargaan Nobel memang membantu memikat imajinasi publik tentang sains ketika diangkat di media massa.
Sejauh mana media meliput Penghargaan Nobel berbeda-beda di setiap negara. Namun, Dasgupta mengatakan, pengaugerahan hadiah ini sangat intensif diikuti oleh media India, dan dengan mendetail, bukan sekadar berita.
"Minat ini berasal dari pendidikan yang cenderung berfokus pada mata pelajaran STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika) di India, terutama di kalangan kelas menengah," kata Dasgupta.
Mengajarkan anak-anak tentang Penghargaan Nobel menjadi bagian dari kurikulum sekolah di India, untuk menarik minat mereka pada sains, seperti halnya di banyak negara lain.
Lily Green, seorang guru biologi di sekolah menengah di Inggris mengatakan, dia mengajarkan perspektif sejarah dari Penghargaan Nobel di kelasnya, tetapi tidak selalu mengikuti pengumuman pemenang setiap bulan Oktober.
"Kami menggunakannya untuk mengajarkan konsep dasar sains. Penemuan terbaik adalah yang menarik perhatian anak-anak dengan cerita menarik, seperti [Barry Marshall] yang menginfeksi dirinya sendiri dengan bakteri untuk menunjukkan bagaimana bakteri tersebut menyebabkan sakit maag," kata Green.
Namun, Green meragukan apakah Penghargaan Nobel punya pengaruh besar dalam membuat siswa tertarik mempelajari sains di perguruan tinggi.
"Mereka biasanya tertarik pada sains, bukan karena mereka ingin meraih Penghargaan Nobel," katanya.
Mitos tentang ilmuwan jenius
Pada awalnya, Hadiah Nobel sebagian besar diberikan kepada ilmuwan perorangan seperti Albert Einstein atau Rutherford.
Marie Curie adalah pengecualian dalam hal jumlah ilmuwan perempuan yang menerima penghargaan, dan hingga kini masih jarang terjadi. Curie juga memenangkan dua Penghargaan Nobel, menjadikannya pengecualian ganda.
Penghargaan ini membantu membangun gagasan tentang ilmuwan jenius, seseorang yang sendirian mendorong kemajuan sains dengan kecerdasannya.
Namun, kenyataannya, kemajuan ilmiah di zaman sekarang terjadi melalui kolaborasi antara ratusan peneliti di seluruh dunia dari berbagai bidang. Sains adalah kerja tim yang bersifat multidisipliner dan beragam.
Sekarang, Penghargaan Nobel sering dibagi di antara kelompok ilmuwan. Namun, di balik setiap pemenang Hadiah Nobel, ada ribuan ilmuwan lain, mahasiswa PhD, dan teknisi yang juga berperan dalam penelitian tersebut, tapi tetap tidak dikenal oleh publik.
Green setuju bahwa ada kecenderungan untuk melebih-lebihkan peran ilmuwan perorangan dalam Penghargaan Nobel, tetapi dia juga merasa gagasan tentang ilmuwan jenius sendirian mulai memudar.
"Kami semakin mengajarkan sains adalah hasil kerja sama. Ini membantu anak-anak memahami betapa banyaknya upaya yang dibutuhkan untuk membuat penemuan ilmiah," katanya.
Kurangnya keragaman dalam Penghargaan Nobel
Salah satu kritik terbesar terhadap Penghargaan Nobel adalah kurangnya keragaman dan bias terhadap institusi ilmiah di negara Barat.
Dan sangat sedikit orang dari negara di luar Eropa dan AS yang memenangkan Hadiah Nobel. AS, Inggris, dan Jerman mendominasi peringkat jumlah penerima Hadiah Nobel, dengan total 663 orang di antara mereka. Cina memiliki 8 dan India memiliki 12 pemenang.
"Kebanyakan hadiah memang pantas diberikan, tapi tidak lepas dari politik. Banyak institusi di negara-negara lain, termasuk India, sering diabaikan. Dan tentu saja, komite Hadiah Nobel belum seinklusif yang seharusnya," kata Dasgupta.
Penghargaan Nobel juga bisa memperparah ketimpangan ini dengan mengalihkan lebih banyak pendanaan ke institusi yang sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan.
Namun, Dasgupta menambahkan, institusi di negara-negara seperti India perlu memperkuat diri agar bisa bersaing dengan AS atau Eropa, hanya dengan begitu negara-negara tersebut bisa mempertahankan talenta yang mereka miliki.