Negara di Afrika Utara ini pecah-belah sejak tahun 2011, ketika revolusi menggulingkan diktator Muammar Gadhafi. Namun kini akhirnya tercapai kesepakatan gencatan senjata, dan harapan baru mulai tumbuh.
Iklan
Selama beberapa tahun terakhir, orang Libya tidak lagi merayakan ulang tahun revolusi 17 Februari dengan peringatan menggembirakan. Bertahun-tahun negara itu terpecah antara timur dan barat, dengan kedua belah pihak dikendalikan otoritas yang berbeda: Tentara Nasional Libya dipimpin oleh komandan militer Jenderal Khalifa Haftar di timur, dan pemerintah Libya yang diakui secara internasional di bawah Fayez al-Sarraj.
Tahun ini, ulang tahun revolusi yang kesepuluh, banyak yang berharap akan ada perubahan. Sejak Oktober tahun lalu, tercapai gencatan senjata yang ditengahi PBB antara faksi-faksi utama yang bertikai. Lalu bulan Januari tahun ini, 75 anggota delegasi yang dipilih oleh PBB untuk mewakili berbagai kelompok kepentingan Libya berkumpul di Swiss dan menyepakati pembentukan "pemerintahan persatuan", yang akan menjalankan negara dan menyiapkan pemilihan umum baru akhir tahun ini.
Anggota delegasi memilih diplomat Libya Mohammad Younes Menfi, seorang diplomat yang didukung fraksi timur untuk memimpin dewan kepresidenan dan pengusaha Abdul Hamid Mohammed Dbeibah, yang didukung oleh fraksi barat, sebagai perdana menteri sementara.
Pemerintahan baru, harapan baru
Dapatkah perkembangan terbaru ini mengakhiri satu dekade kekacauan dan warga Libya dapat merayakan 10 Tahun Revolusi bersama-sama?
Iklan
"Saya harap begitu," kata Tarek Megirisi, analis Libya dan hubungan luar negeri di Dewan Eropa. "Di seluruh negeri, orang ingin merayakan ini sebagai hari perubahan."
Selama masa perpecahan, Libya timur dan Libya Barat memperingati 17 Februari secara berbeda. Sementara pemerintah Libya membuat "perayaan palsu", segala jenis perayaan di Benghhazi, markas kubu pemberontak, ditekan karena alasan politik,” jelasnya.
Ini hanyalah sebagian dari cerita kompleks Libya sejak diadakan pemilu pertama pada tahun 2012, setahun setelah penggulingan Moammad Ghaddafi dari kursi kekuasaan pada 2011.
Perang proxy kekuatan asing
Pada tahun 2014, setelah hasil pemilu menimbulkan sengketa dan menyulut pertempuran, kekuatan-kekuatan asing menjadi lebih terlibat. Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab misalnya mendukung Jenderal Haftar di timur, sebagian karena dia penentang utama gerakan Ikhwanul Muslimin di Libya yang dianggap berbahaya.
Gelombang Protes "Musim Semi Arab" 10 Tahun Lalu
Gerakan protes yang kemudian dikenal sebagai "musim semi Arab" 10 tahun lalu mencapai Mesir. Pada 25 Januari 2011, massa berkumpul di lapangan Tahrir di Kairo dan menuntut penguasa Hosni Mubarak mundur.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Trueba
Menuntut penguasa mundur
Para perempuan Irak tua dan muda melibatkan diri dalam aksi protes massal di Lapangan Tahrir, Januari 2011, menuntut kebebasan politik dan mundurnya Hosni Mubarak.
Foto: AP
Akhirnya mundur dan diadili
Akhirnya, Hosni Mubarak yang sudah berkuasa lebih 30 tahun mengundurkan diri 11 Februari 2011. Beberapa bulan kemudian dia mulai diadili. Tahun 2012 dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dengan tuduhan tidak menghentikan aksi kekerasan brutal aparat keamanan di Lapangan Tahrir. Hosni Mubarak meninggal Februari 2020 setelah menjalani perawatan di rumah sakit militer Mesir.
Foto: picture-alliance/AP
Berawal dari Tunisia
Aksi protes massal di kawasan itu berawal dari aksi massa di Tunisia menentang kenaikan harga dan menenentang Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang berkuasa sejak 1987. Massa memenuhi pusat ibukota Tunis pada Januari 2011 menuntut Ben Ali meletakkan jabatan.
Foto: AP
Tumbang setelah berkuasa 23 tahun di Tunisia
Setelah protes makin meluas di Tunisia, Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan keluarga akhirnya melarikan diri ke Arab Saudi. Dia disebut-sebut membawa lari uang ratusan juta dolar AS. June 2011, Ben Ali dan istrinya diadili secara in absentia dan diajtuhi hukuman 35 tahun penjara atas tuduhan mencuri harta negara. Ben Ali meninggal di Arab Saudi September 2019 pada usia 83 tahun.
Foto: AP
Pemberontakan di Libya
Aksi protes massal juga menjalar ke Libya yang berada di bawah pemerintahan rezim militer dengan pemimpin kontroversialnya Muammar Gaddafi. Aksi protes berubah menjadi perlawanan bersenjata dan terutama berpusat di kota Benghazi, yang dikuasai pemberontak. Gaddafi mengerahkan militer untuk menggempur, tapi kubu pemberontak mendapat dukungan dari NATO.
Lari, bersembunyi dan dibunuh
Penguasa Libya yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “Raja Arab” ini tidak semujur para pemimpin lain. Muammar Gaddafi yang berkuasa 40 tahun di Libya terpaksa kabur dari istananya di Tripoli. Namun dia tertangkap milisi pemberontak dan dibunuh dekat kota kelahirannya, Sirte. Jasadnya bahkan sempat dipertontonkan kepada umum di kota Misrata.
Foto: picture alliance/dpa
Ali Abdullah Saleh bergabung dengan pemberontak Yaman
Berkuasa lebih 40 tahun di Yaman, Ali Abdullah Saleh Saleh tumbang dihempas gelombang protes Musim Semi Arab, 2011. Dia kemudian bergabung dengan pemberontak Syiah Huthi pada 2014. Desember 2017 dia diberitakan tewas dibunuh pemberontak Huthi karena dianggap berkhianat.
Foto: picture alliance/AP Photo/Muhammed Muheisen
Bashar Al Assad masih berkuasa di Suriah
Penguasa yang mampu bertahan dari gelombang "Musim Semi Arab" adalah Bashar Al Assad di Suriah. Sekalipun daerah kekuasaannya makin kecil dan banyak kota yang hancur oleh perang berkepanjangan. Rezim di Damaskus mendapat dukungan dari Iran dan Rusia dan berhasil memukul mundur kubu pemberontak dari semua kota yang sempat mereka kuasai. hp/yp (dari berbagai sumber)
Foto: picture alliance/dpa
8 foto1 | 8
Sedangkan Turki dan Qatar mendukung "Pemerintah Kesepakatan Nasional" di barat yang bermarkas di ibu kota Tripoli. Negara-negara barat juga terpecah, sebagian mendukung Tripoli, sebagian mendukung Benghazi.
Potensi geo-politik Libya dan kekayaan minyaknya memang jadi rebutan banyak pihak. Selain itu, Libya memainkan peran penting dalam krisis pengungsi di Eropa, karena sebagian besar pengungsi menjadikan Libya sebagai basis untuk berangkat mencari kehidupan yang lebih baik.