IS Runtuh, Kurdi Tuntut Jerman Terima Jihadis Asal Jerman
Chase Winter
5 Februari 2019
Jihadis asal Jerman, bersama istri dan anak-anak mereka, berada di tahanan Kurdi di Suriah. Berakhirnya kekalifatan Islamic State dan rencana AS tarik diri dari Suriah jadi desakan segera ambil tindakan atas tahanan.
Iklan
Menurut pihak berwenang Kurdi di Suriah, Jerman mengelak dari tanggungjawabnya untuk merepatriasi jihadis asal Jerman, juga istri dan anak-anak mereka yang di tahan di timur laut Suriah.
Syrian Democratic Forces (SDF) yang didukung AS telah menangkap sekitar 800 jihadis, 600 perempuan dan lebih dari 1.200 anak dari belasan negara, ketika melaksanakan serangan terhadap sisa-sisa organisasi teroris yang menyebut diri Islamic State (IS).
"Di antara mereka ada puluhan jihadis asal Jerman, juga perempuan dan anak-anak," demikian dikatakan badan yang bertindak sebagai departemen luar negeri di kawasan otonomi Kurdi di Suriah, pada Deutsche Welle. Ditambahkan, jumlah jihadis asing yang ditahan semakin banyak.
Penyesalan Para WNI Simpatisan ISIS
Mereka terbuai kemakmuran yang dijanjikan Islamic State dan memutuskan pergi ke Suriah. Janji surga tak sesuai kenyataan, mereka pun menyesal.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Tergiur janji manis
Banyak keluarga tergiur dengan janji kekalifatan Islamic State alias ISIS di Suriah dan Irak yang ditawarkan lewat internet. Harapan mendapat pendidikan dan layanan kesehatan gratis, upah tinggi dan jalani keislaman kekhalifahan mendorong gadis Indonesia memboyong keluarganya ke Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sampai menjual properti
Keluarga Nurshardrina Khairadhania, bahkan sampai menjual rumah, kendaraan dan perhiasan untuk membiayai perjalanan mereka ke Raqqa, Suriah. Sesampainya di sana, kenyataan tak sesuai harapan. Tiap perempuan muda dipaksa menikahi gerilayawan ISIS. Semntara yang pria wajib memanggul senjata dan berperang. Nur dan bibinya masuk dalam daftar calon pengantin yang disiapkan buat para gerilyawan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Beberapa bulan penuh derita
Beberapa bulan setelah menderita di Raqqa, Nur dan keluarganya melarikan diri dengan membayar penyelundup buat keluar dari wilayah ISIS. Neneknya meninggal dunia, pamannya tewas dalam sebuah serangan udara dan beberapa anggota keluarga lainnya dideportasi sejak baru tiba di Turki. Bersama ibu, adik dan sanak saudara yang lainnya Nur berhasil masuk kamp pengungsi Ain Issa, milik militer Kurdi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Souleiman
Jalani interogasi
Para WNI pria yang lari dari ISIS pertama-tama diamankan militer Kurdi dan diinterogasi. Setelah perundingan panjang, kini mereka dipulangkan ke Indonesia dan jalani program deradikalisasi yang disiapkan pemerintah. Menyesal! Tinggal kata tersebut yang bisa dilontarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Surga atau neraka?
Banyak relawan dari Indonesia yang ingin menjadi jihadis atau pengantin jihadis, untuk mengejar 'surga' yang dijanjikan Islamic State di Suriah atau Irak. Namun menurut mereka yang ditemui adalah 'neraka'
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Nur: IS tidak sesuai kaidah Islam
Dalam wawancara dengan Associated Press, Nur menceritakan perilaku jihadis ISIS tidak sesuai kaidah Islam yang ia pahami. "ISIS melakukan represi, tak ada keadilan dan tak ada perdamaian. Warga sipil harus membayar semua hal, listrik, layanan keseahatan dan lainnya. Sementara jihadis ISIS mendapatkannya secara gratis."
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Proses pemulangan
Banyak kalangan yang tergolong naif atau garis keras atau gabungan keduanya bergabung dengan ISIS, pada akhirnya menyerahkan diri atau ditangkap aparat keamanan. Pejabat Kurdi di Raqqa menyebutkan proses itu interogasi diperkirakan berlangsung hingga enam bulan, sebelum diambil keputusan bagi yang bersangkutan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Malla
Termasuk dari Jerman
Banyak warga negera-negara lain yang juga terbuai janji ISIS. Termasuk dari Jerman. Majalah mingguan Jerman Der Spiegel melaporkan bulan Juli 2017, sejumlah perempuan Jerman yang bergabung dengan ISIS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk gadis berusia 16 tahun dari kota kecil Pulsnitz dekat Dresden, menyesal bergabung dengan ISIS. Ed (ap/as/berbagai sumber)
Foto: Youtube
8 foto1 | 8
Pemerintah negara-negara Eropa sangat berhati-hati dalam mengambil langkah repatriasi jihadis yang berjuang untuk "kalifat" IS di Suriah dan Irak, karena khawatir dampak politis menerima kembali ekstremis, mengingat Prancis, Jerman dan negara lain Eropa sudah jadi sasaran serangan teroris.
Namun demikian, rencana AS untuk menarik militernya menyulut kekhawatiran atas keamanan di kawasan Suriah yang dikuasai kaum Kurdi. Mereka menghadapi ancaman serangan militer Turki, dan ini mungkin menyebabkan mereka mulai mempertimbangkan kesepakatan dengan pemerintah Suriah.
Pekan lalu, Prancis menyatakan sedang berdiskusi dengan pemerintah otonom Kurdi di Suriah untuk merepatriasi jihadis IS asal Prancis. "Kami mempertimbangkan semua opsi untuk mencegah orang-orang yang berpotensi bahaya untuk melarikan diri dan menyebar," demikian dikatakan Menlu Prancis, Jean-Yves Le Drian.
Cantik dan Mematikan: Prajurit Perempuan Pelumat ISIS
Mereka cantik, tetapi juga mematikan. Buat melumat ancaman kelompok teror Islamic State, perempuan Kurdi tidak segan mengangkat senjata. Keberadaan mereka di garda terdepan mengusik sikap anti perempuan kelompok radikal.
Foto: Reuters/A. Jadallah
Ditakuti dan Dibenci
Sejak beberapa tahun terakhir pasukan bersenjata Kurdi, Peshmerga, menerjunkan kaum perempuan buat bertempur di garda terdepan dalam perang melawan Islamic State. Mereka ditakuti, tutur Kolonel Nahida Ahmad Rashid, komandan batalyon perempuan Peshmerga, "karena pejuang IS merasa mereka yang mati di tangan perempuan tidak akan masuk surga."
Foto: Getty Images/AFP/S. Hamed
Berbayar Nyawa
Kekhawatiran terbesar prajurit perempuan Peshmerga adalah ditangkap oleh gerilayawan IS. Menurut berbagai laporan, mereka biasanya disiksa dan diperkosa sebelum dibunuh. Oleh pimpinan Peshmerga setiap serdadu perempuan diperintahkan menyisakan satu butir peluru buat melumat nyawa sendiri sebelum ditangkap.
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Uluran Tangan Barat
Batalyon kedua Pesherga saat ini berkekuatan 500 serdadu yang semuanya berjenis kelamin perempuan. Satuan tempur ini berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, dan terletak tidak jauh dari perbatasan Iran. Lantaran kiprahnya dalam perang melawan IS, Peshmerga sering mendapat bantuan militer dari negara-negara barat. termasuk diantaranya program pelatihan buat perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Persamaan Gender di Jantung Kekuasaan IS
Prajurit perempuan Peshmerga ikut memanggul beban tugas yang sama seperti kaum lelaki. Mereka dikirim dalam misi pengintaian, berpatroli, menjaga pos pengawasan atau rumah sakit. "Satu-satunya perbedaan," kata Kolonel Rashid, sang komandan, "adalah para lelaki memakai senapan yang lebih berat."
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Perempuan di Akar Tradisi
Peshmerga yang dalam bahasa Kurdi berarti "mereka yang menatap mata kematian," aktif sejak akhir Perang Dunia I. Sejak dulu sayap militer Kurdi ini bertempur melawan pemerintahan Irak. Sejak jatuhnya rejim Saddam Hussein, wilayah Kurdistan menikmati otonomi dan kemajuan ekonomi. Perempuan yang teremansipasi sudah mengakar dalam tradisi Kurdi
Foto: Reuters/Ahmed Jadallah
Ekspresi Kebebasan Perempuan Kurdi
Peshmerga pertamakali merekrut prajurit perempuan sekitar 20 tahun lalu. Selain Peshmerga, minoritas Kurdi juga memiliki kelompok bersenjata lain seperti Partai Buruh Kurdi, PKK, atau YPG yang juga banyak diperkuat oleh kaum hawa. Adalah Abdullah Öcalan, pimpinan PKK, yang pertama kali mencetuskan ide serdadu perempuan. "Jika perempuan dijadikan budak, lelaki pun mengalami nasib sama," katanya
Foto: picture alliance/Pacific Press/J. Ahmad
Perjuangan demi Kebebasan
Peshmerga bertempur di front sepanjang 1000 kilometer di utara Irak. Jika dulu rejim Saddam Hussein dianggap sebagai ancaman terbesar, maka kini peran laknat tersebut digantikan oleh Islamic State. "Kami disini karena ingin melindungi apa yang telah susah payah kami capai, yakni parlemen, keamanan dan stabilitas," kata Komandan Rashid.
Foto: Reuters/A. Jadallah
7 foto1 | 7
Situasi mendesak
Pemerintah Kurdi di Suriah mengatakan, mereka tidak mempu menangani beban menahan jihadis asing dan rehabilitasi perempuanyang tidak berperang serta anak-anak. Pihak berwenang Kurdi mengungkap, beberapa jihadis asing sangat berbahaya. Mengingat situasi di kawasan tidak stabil, potensi tahanan melarikan diri sangat besar.
Mengingat situasi keamanan yang serius di Suriah, pimpinan badan intelegensia Amerika, CIA, Gina Haspel menyatakan komite dari Senat, badan yang dipimpinnya bekerjasama dengan negara-negara sekutu untuk mengidentifikasi tahanan SDF dan mengembalikan mereka ke negara asal.
Beberapa badan intelejen barat memperkirakan, sebanyak 30.000 jihadis asing pindah ke Suriah dan Irak untuk berjuang bersama IS dan kelompok-kelompok ekstremis lain. Ribuan dari mereka sudah tewas di medan perang.
Daftar Serangan Teror JAD di Indonesia
Jamaah Ansharud Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Islamic State alias ISIS adalah kelompok teror paling mematikan di Indonesia saat ini. Berikut serangan teror yang dilakukan anggota JAD di Indonesia sejauh ini.
Foto: REUTERS
Bom Thamrin, Jakarta
Serangkaian ledakan mengguncang Sarinah pada 14 Januari 2016 pukul 10.40 WIB. Para pelaku yang merupakan anggota JAD dan berjumlah tujuh orang membawa granat dan senjata api. Empat pelaku dan empat warga sipil tewas, sementara 24 lainnya mengalami luka-luka. ISIS mengklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Anggih Tamtomo alias Muhammad Bahrun Naim dicurigai mengarsiteki serangan di Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta
Serangan di Mapolres Surakarta
Seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di gerbang Mapolres Surakarta pada 05 Juli 2016. Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, mengatakan pelaku yang bernama Nur Rohman memiliki hubungan dekat dengan Bahrun Naim. Keduanya sempat aktif di organisasi teror Jamaah Anshar Daulah Khilafah Nusantara yang juga ikut membentuk JAD. Serangan di Solo mengakibatkan seorang petugas mengalami luka-luka.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Surya
Bom Molotov di Samarinda
Serangan bom Molotov di Gereja Oikumene Sengkotek Samarinda pada 13 November 2016 menyebabkan empat orang anak-anak mengalami luka bakar, salah seorangnya yang bernama Intan Olivia Marbun akhirnya meninggal dunia. Pelaku yang bernama Juhanda merupakan anggota JAD Kalimantan Timur dan pernah dipenjara terkait teror bom buku tahun 2011 di Tanggerang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/P. Utama
Bom Kampung Melayu
Dua ledakan di Kampung Melayu pada 25 Mei 2017 menewaskan lima orang dan melukai belasan lainnya. Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin saat itu mengklaim ISIS melalui JAD bertanggungjawab atas kebiadaban tersebut. Buntutnya polisi menggelar operasi penggerebekan di seluruh Indonesia dan menangkap 22 tersangka teroris yang sebagian merupakan anggota JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto
Ledakan di Bandung
Ledakan dahsyat mengguncang kawasan pemukiman penduduk di Jalan Jajaway, Bandung, 8 Juni 2017. Ledakan yang diduga berasal dari bom panci itu terjadi akibat kecelakaan, Polisi akhirnya menangkap lima terduga teroris lantaran memiliki bahan kimia untuk pembuatan bom. Mereka, termasuk Agus Wiguna, dipastikan berafiliasi dengan kelompok JAD Bandung Raya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Arbi
Kerusuhan di Mako Brimob
Meski diklaim tidak direncanakan, pemberontakan narapidana teror di Mako Brimob, Depok, pada 9 Mei 2018 silam turut melibatkan anggota senior JAD. Aman Abdurrachman yang mendirikan organisasi teror itu bahkan sempat diminta menjadi mediator oleh para narapidana. ISIS sendiri mengaku bertanggungjawab dan mengklaim sudah merencanakan aksi yang menewaskan lima orang polisi dan seorang tahanan itu.
Foto: picture alliance / Photoshot
Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya
Tiga keluarga bertanggungjawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri di tiga gereja dan mapolrestabes Surabaya, serta sebuah ledakan di Sidoarjo, pada Mei 2018. Para pelaku yang ikut mengorbankan anak-anaknya sebagai pelaku teror dikabarkan saling mengenal dan menjalin hubungan melalui jaringan JAD Jawa Timur. Salah seorang pelaku, Dita Oepriaro, adalah tokoh senior JAD.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Risyal Hidayat
Gagal di Riau
Sejak lama JAD Riau sudah merencanakan serangan kepada kepolisian. Akhir 2017 Densus 88 menggagalkan serangan dengan menangkap sejumlah figur kunci, serta mengamankan senjata api dan bom. Namun bukan JAD, melainkan Negara Islam Indonesia yang akhirnya berhasil melakukan serangan pada 16 Mai 2018. Seorang petugas meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Foto: Getty Images/AFP/D. Sutisna
Suami istri pelaku bom bunuh diri Makassar
Bom bunuh diri terjadi pada tanggal 28 Maret di gereja Katedral Makassar, saat umat merayakan Hari Minggu Palma. Dari hasil identifikasi polisi, pelaku merupakan pasangan suami istri berinisial LL dan EM dan merupakan bagian dari kelompok teroris JAD. Iniden itu dipicu oleh penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan. (rzn/yf - detik, kompas, tribun, ap)
Foto: via REUTERS
9 foto1 | 9
Anak-anak di "kawasan jihad"
Kementerian Dalam Negeri Jerman memperkirakan sekitar 1.000 orang meninggalkan Jerman untuk bergabung dengan kelompok-kelompok teroris di Suriah dan Irak sejak 2013.
Sepertiganya sudah kembali ke Jerman. Sebagian sudah dihadapkan ke pengadilan atau ditempatkan dalam program rehabilitasi. Sekitar 270 perempuan Jerman dan anak-anak masih berada di Suriah atau Irak. Sekitar 75% anak diperkirakan di bawah usia tiga tahun dan kemungkinan lahir di "kawasan jihad".
Kementerian Dalam Negeri Jerman menyatakan, puluhan pria, perempuan dan anak-anak asal Jerman berada di tahanan, tetapi pemerintah Jerman tidak punya informasi spesifik. Bantuan konsuler juga tidak bisa diberikan, karena masalah keamanan dan tidak adanya hubungan diplomatik dengan Suriah.
Palang Merah Internasional yang mengirim delegasi ke tempat penahanan di Suriah mengatakan, jika ada keluarga yang meminta, Palang Merah akan memberitahu badan konsuler di negara asal mereka.
Ed.: ml/ap
Secercah Harapan Baru bagi Korban IS
Mereka diperkosa dan dijadikan budak. Warga Yazidi yang berhasil lari dari cengkeraman "Islamic State" (ISIS) alami trauma berat. Di Universitas Dohuk, Irak kini dibuka pusat penanganan trauma.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Mengais Harapan
Dua tahun lamanya, Perwin Ali Baku (23) berada di tangan milisi teror ISIS bersama putrinya. Ia kini tinggal di tempat penampungan pengungsi di Irak Utara, bersama mertuanya. Tapi ia tidak merasakan ketenangan. "Saya tidak bisa tidur", katanya.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Ingatan Yang Menyiksa
Setiap kali Ali Baku mendengar suara keras, ia terkejut. Itu mengingatkannya kepada para penculiknya. Ia berharap pusat trauma yang baru didirikan bisa membantunya. Ini satu-satunya di kawasan itu dan jadi bagian proyek besar yang dananya berasal dari Baden-Württemberg, Jerman. 1.100 perempuan Yazidi diterima untuk perawatan di negara bagian itu, dan ditampung dalam 21 kota dan desa.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Bantuan bagi Pengungsi di Kabarto-Camp
Kini mereka juga bisa menerima bantuan langsung di Irak. Program dari Baden Württemberg direncanakan untuk 3 tahun, dengan dana 95 juta Euro. Para korban mendapat bimbingan sosial, psikologis dan untuk mengatasi trauma. Harapannya mereka bisa mengatasi dampak nasib buruk dengan baik.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Semakin Banyak Yang Berhasil Lari
Di Mosul yang letaknya 75km dari lokasi pusat penanganan trauma, anggota ISIS masih bertempur melawan pasukan Irak, semakin banyak orang yang dulu diculik berhasil melarikan diri dari cengkeraman teroris. Di wilayah autonomi Kurdistan ada 26 psikiater. Tapi tidak ada yang punya spesialisasi trauma. Setidaknya belum ada.
Cahaya Terang di Ujung Terowongan
Skitar 100.000 warga Yazidi tinggal di Jerman. Salah satu dari mereka adalah spesialis trauma Jan Kizilhan. Ia datang ke Jerman ketika berusia 6 tahun, dan jadi penggerak utama pendirian pusat penanganan trauma di Dohuk. Program yang diadakan di sana juga mencakup pendidikan bagi tenaga lokal, sehingga perempuan seperti Perwin Ali Baku bisa mendapat pertolongan.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
Mendidik Tenaga Ahli
Dalam tiga tahun mendatang, 30 tenaga terapi akan dilatih pakar dari Jerman dan lokal. Program itu kemudian akan diperluas di kawasan. Tujuannya, dalam 10 tahun mendatang akan bisa mendidik lebih dari 1.000 pakar psikoterapi. Mahasiswa nantinya akan bisa mendapat dua gelar Master, di bidang psikoterapi dan psikologi trauma.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Martins
"Sudah Jadi Kewajiban untuk Membantu"
Jan Kizilhan juga mendiskusikan masalah trauma dengan salah satu kepala masyarakat Yazidi, Baba Scheich. Tapi juga dengan ribuan perempuan Yazidi di kamp pengungsi. "Ini masalah trauma kolektif, juga pembantaian masal. Oleh sebab itu kita harus membantu. Kita wajib membantu." Penulis: Nadine Berghausen (ml/hp)