1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebudayaan Yahudi Jadi Pelajaran Sekolah di Maroko

14 Desember 2020

Sejarah dan budaya Yahudi di Maroko akan segera menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Maroko, di mana Islam adalah agama negara. Satu lagi pertanda mencairnya hubungan negara-negara Arab dengan Israel.

Sekolah komunitas Yahudi di Rabat, Maroko
Sekolah komunitas Yahudi di Rabat, MarokoFoto: Abdelsamad Jettoui/DW

"Keputusan ini adalah yang pertama di dunia Arab," kata Serge Berdugo, sekretaris jenderal Dewan Komunitas Yahudi di Maroko kepada AFP dari Casablanca.

Maroko baru saja bergabung menjadi negara Arab keempat sejak Agustus lalu, yang mengumumkan kesepakatan untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, menyusul Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan.

Meski Maroko tidak memiliki hubungan resmi dengan Israel, selama bertahun-tahun ribuan orang Yahudi asal Maroko telah mengunjungi tanah leluhur mereka, untuk merayakan hari raya keagamaan atau untuk berziarah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kantor penghubung akan dibuka kembali di Tel Aviv dan Rabat, yang ditutup Maroko tahun 2000 pada awal intifada kedua Palestina. Sekarang, hubungan diplomatik penuh akan dibangun "secepat mungkin"demikian pernyataan Israel.

Maroko mengkonfirmasi kesepakatan itu, dengan menyebutkan bahwa Raja Mohammed VI telah setuju negaranya membangun lembali hubungan diplomatik dengan Israel.

Sinagoge Bet-El di Casablanca, MarokoFoto: David Lisbona/dpa/picture alliance

Sejarah panjang komunitas Yahudi di Maroko

Keputusan untuk menambahkan sejarah dan budaya Yahudi ke dalam pelajaran sekolah dirintis secara diam-diam sebelum kesepakatan diplomatik diumumkan. Hal ini akan menjadi bagian dari perombakan kurikulum sekolah Maroko, yang sudah berlangsung sejak 2014. Pelajaran tentang Kebudayaan Yahudi akan dimasukkan ke dalam kurikulum semester depan bagi kelas tahun terakhir di sekolah dasar, kata Kementerian Pendidikan Maroko.

Langkah itu bertujuan untuk "menyoroti identitas Maroko yang beragam", kata Fouad Chafiqi, kepala program akademik di kementerian pendidikan.

Komunitas Yahudi telah hadir di Maroko sejak jaman dahulu dan berkembang selama berabad-abad, terutama dengan kedatangan orang-orang Yahudi yang diusir dari Spanyol oleh raja-raja Katolik setelah 1492. Pada akhir 1940-an, orang Yahudi Maroko berjumlah sekitar 250.000 - sekitar 10 persen dari populasi saat itu.

Setelah pembentukan negara Israel pada tahun 1948, banyak yang meninggalkan Maroko dan bermigrasi kembali ke Israel. Sekarang komunitas Yahudi di Maroko berjumlah 3.000 orang, masih merupakan yang terbesar di Afrika Utara.

Komunitas Yahudi di Al-Suwaira City, Desember 2020Foto: Abdelsamad Jettoui/DW

Mencetak warga yang sadar keberagaman warisan budaya

Kehadiran Yahudi dalam budaya Maroko juga merupakan suatu peenghargaan dan didedikasikan kepada Sultan Sidi Mohammed Ben Abdellah, yang dikenal sebagai Mohammed III. Penguasa dari abad ke-18 ini memilih pelabuhan Mogador dan bentengnya, yang dibangun oleh penjajah Portugis, untuk mendirikan kota pesisir Essaouira. Di bawah kepemimpinannya, kota ini menjadi pusat diplomatik dan komersial satu-satunya di dunia Islam yang memiliki populasi mayoritas Yahudi, dan pada satu titik memiliki 37 sinagog.

"Sementara ada kehadiran Yahudi di Maroko sebelum abad ke-18, satu-satunya catatan sejarah yang dapat dipercaya berasal dari masa itu," kata Chafiqi.

Guru sejarah Mohammed Hatimi mengatakan, memperkenalkan identitas Yahudi ke dalam program pendidikan Maroko akan membantu mencetak "warga negara masa depan yang sadar akan keberagaman warisan mereka".

hp/as (afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait