1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sejauh Mana Bahaya Radikal Islamistis di Jerman?

10 Agustus 2012

Di Stuttgart seorang pria menjalani proses, karena mendukung secara finansial kelompok teroris Islam di Jerman. Ini bukan kasus tunggal. Seberapa besar bahaya terorisme dari radikal islamistis di Jerman?

Rechtsanwalt Bernd Rosenkranz (r) unterhält sich am Mittwoch (24.06.2009) in Düsseldorf im Verhandlungssaal des Oberlandesgerichtes mit seinem Mandanten Daniel Schneider. Im Prozess gegen die vier mutmaßlichen Terroristen der sogenannten Sauerland-Gruppe werden an diesem Verhandlungstag Behördengutachten verlesen. Foto: Federico Gambarini dpa/lnw +++(c) dpa - Report+++
Foto: picture-alliance/dpa

624 Euro yang ditransfer Ramazan B. kepada seorang anggota "Uni Jihad Islam". Ini diakui pria Jerman asal negara bagian Baden-Württemberg Rabu (08/08) di pengadilan Stuttgart. Ia sadar bahwa uang itu dapat mengalir untuk perang militan kelompok tersebut, kata terdakwa.

Kelompok "Uni Jihad Islam"menurut keterangan kejaksaan ingin membebaskan Afghanistan dari pengaruh asing dan membentuk kembali Emirat kelompok Taliban. Untuk itu para teroris membutuhkan uang, yang juga berusaha mereka peroleh dari simpatisan Jerman.

Jerman Sebagai Sumber Keuangan Bagi Teroris

Bagi pakar ekstremisme Mikhail Logvinov dari Institut Hannah Arendt untuk kajian totalitarisme di Dresden, kasus Ramazan B. bukan pengecualian. Ada banyak pendukung di Jerman, kata Logvinov kepada DW.

Proses sidang bom koper terdakwa Youssef MohamedFoto: AP

"Eropa bagi kelompok Islamis tidak hanya menarik sebagai target serangan, melainkan juga sebagai sumber keuangan." Untuk itu dengan perhitungan teroristis orang-orang sengaja dikirim ke Jerman.

Dukungan dana dari simpatisan cukup dari beberapa ratus Euro sampai puluhan ribu Euro.

Ancaman kelompok militan Islam di Jerman menurut Mikhail Logvinov tetap tinggi. Ini juga diketahui badan keamanan yang bereaksi atas masalah itu.

Tahun 2010 menurut badan kriminal Jerman, ada 350 proses penyelidikan terkait kelompok Islamis. Meski demikian harus ada pembedaan besar, ditekankan Logvinov. Karena hanya sebagian kecil proses yang menyangkut serangan dan rencana serangan yang dilakukan kelompok Islamis.

Kasus lainnya menyangkut "terorisme sebagai definisi umum" dan meliputi misalnya orang-orang yang merencanakan pendidikan paramiliter di luar negeri. Selain itu masih ada "proses pengusutan lebih kecil" yakni proses terkait pendanaan terorisme seperti yang berlangsung di Stuttgart.

Perbedaan Kategori Bahaya Terorisme

Tahun 2010/2011 dinas rahasia di Berlin memperkirakan kelompok Islamis yang memiliki potensi melakukan tindak kekerasan di seluruh Jerman berjumlah 2.950 orang. Sementara Badan Federal untuk perlindungan konstitusi Jerman memperkirakan 1000 orang yang termasuk teroris berspektrum Islamistis.

Kalimat bagian laporan Badan pelindung konstitusi JermanFoto: picture-alliance/dpa

Namun menurut pakar ekstremisme Logvinov itu bukan berarti bahwa semua orang ini teroris, melainkan simpatisan yang siap melakukan tindak kekerasan. Di samping itu diketahui, bahwa ada 250 orang yang pernah pergi ke Afghanistan dan Pakistan untuk menempuh pendidikan teroristis.

"Teroris terlatih berjumlah 250 orang ini adalah kelompok inti. Mereka ingin aktif secara paramiliter di Afghanistan dan Pakistan."

Sekitar lebih dari separuh orang-orang ini setelah pendidikan kembali ke Jerman, ditambahkan Logvinov. Mantan ketua dinas rahasia Jerman BKA, Jörg Ziercke menyebut lebih dari 400 Islamis yang tinggal di Jerman. Sekitar 130 dipandang sebagai berbahaya. Mereka diyakini dapat melakukan serangan dan oleh karenanya diawasi setiap saat.

Pakar ekstremisme Logvinov menekankan, bahwa orang tidak hanya harus mengamati "pihak berbahaya" ini, melainkan juga tidak boleh melepaskan pandangan dari kalangan radikal. Sekaligus amat penting untuk menghindari stigmatisiasi, seperti yang saat ini terjadi terkait kelompok salafis.

Michail LogvinovFoto: Michail Logvinov

Kebanyakan teroris memiliki kontak dengan kalangan jihadis di Jerman, tapi tidak terhadap para salafis.

Secara keseluruhan Logvinov menilai tindakan badan keamanan penuh tanggung jawab karena "Islamisme di Jerman" ditangani secara amat serius. Meskipun demikian aparat keamanan meremehkan arti pencegahan. "Kebanyakan tindakan mengandalkan metode dengan penyerbuan polisi. Itu bukan cara dimana kita dapat mengatasi fenomena ini."

Günther Birkenstock/Dyan Kostermans

Editor: Andy Budiman