Bangsa Arab mengikuti sistem politik-pemerintahan Islam? Ini salah satu kesalahpahaman yang meluas, termasuk di Indonesia. Apa lagi bentuk kesalahpahaman lainnya mengenai bangsa Arab? Ikuti opini Sumanto al Qurtuby.
Iklan
Saya perhatikan ada banyak masyarakat di Indonesia, baik Muslim maupun non-Muslim, yang tidak paham, salah paham atau gagal paham terhadap "Bangsa Arab” yang konon merupakan kelompok "ethnolinguistik” terbesar kedua di dunia setelah Bangsa Tionghoa. Akibatnya, banyak sekali persepsi-persepsi atas "Bangsa Arab” yang tidak akurat sehingga pada gilirannya menimbulkan penilaian yang kurang valid dan sikap atau tindakan yang berlebihan terhadap mereka.
Kesalahpahaman pertama adalah menganggap Bangsa Arab itu sebagai "Bangsa Muslim”. Meskipun mayoritas Bangsa Arab adalah Muslim tetapi faktanya banyak sekali yang bukan Muslim, dalam pengertian tidak memeluk Islam sebagai "agama resmi” mereka. Arab Kristen adalah kelompok non-Muslim Arab yang paling dominan. Pada umumnya mereka mengikuti tradisi Gereja-Gereja Timur (Eastern Churches) seperti Gereja Ortodoks Yunani atau Gereja Katolik Yunani. Mekipun banyak juga dari mereka yang mengikuti gereja-gereja Protestan. Selain itu, Bangsa Arab juga ada yang menjadi pengikut Gereja Maronite (terbesar di Libanon), Gereja Koptik (berpusat di Mesir), dan Gereja Ortodoks Suriah (di Suriah).
Ada juga komunitas Arab yang mengikuti memeluk Judaisme (Yahudi), Druze dan Baha'i. Bahkan dalam perkembangan terakhir, banyak masyarakat Arab yang mengikuti ateisme dan agnotisisme (simak studi Ralph M Coury dalam buku Sceptics of Islam: Revisionist Religion, Agnoticism, and Disbelief in the Modern Arab World).
Bangsa Arab jauh dari kesan tunggal dan monolitik
Sebagai Muslim pun, Bangsa Arab jauh dari kesan tunggal dan monolitik. Selain Arab Sunni yang merupakan populasi dominan, Arab Syiah juga banyak sekali (di Irak, Saudi, Libanon, Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dlsb.), kemudian disusul Arab Ibadi yang berpusat di Oman, negara tetangga Saudi. Karena sebagai sesama Bangsa Arab, baik Muslim maupun non-Muslim Arab telah berbagi bahasa, tradisi dan budaya yang sama, meskipun tentu saja ada banyak varian dan keunikan lokal di antara Bangsa Arab itu sendiri, baik karena faktor kesejarahan dan "geo-kultural” yang berlainan maupun akibat persinggungan dengan berbagai tradisi, budaya dan masyarakat non-Arab.
Kesalahan berikutnya memandang Bangsa Arab itu sama dengan Arab Saudi. Dengan kata lain, Arab Saudi dijadikan sebagai baromater atau tolok ukur untuk menilai Bangsa Arab secara umum. Tentu saja persepsi ini sama sekali tidak akurat karena bangsa Arab bukan hanya di Saudi saja tetapi juga tersebar di berbagai negara. Menurut catatan Charter of the Arab League, ada sekitar 22 "Negara Arab” di Timur Tengah yang menggunakan Bahasa Arab sebagai "bahasa resmi/nasional”.
Bayang-bayang Gelap Raja Salman
Kunjungan Raja Salman di Indonesia ikut menebar pesona monarki Arab Saudi. Namun kenapa masa lalu penguasa berusia senja itu dikaitkan dengan geliat terorisme di Afghanistan dan Bosnia? Inilah kisahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan Sipil Menuai Teror
Sebelum berkuasa, Salman ibn Abd al-Aziz Al Saud, sering dipercaya mengelola dana sumbangan Arab Saudi. Namun berulangkali aliran dana dari Riyadh mendarat di kantung kelompok teror seperti Al-Qaida. Salman mengaku bertindak dengan tulus dan bersikeras "bukan tanggungjawab kerajaaan, jika pihak lain menyalahgunakan dana donasi Arab Saudi buat terorisme."
Foto: Getty Images/AFP/S.Loeb
Menghadang Soviet di Hindukush
Tudingan terhadap Salman pertamakali dilayangkan oleh bekas perwira Dinas Rahasia AS CIA, Bruce Riedel. Dia yang kini juga penasehat pemerintah buat urusan Timur Tengah mengklaim Salman ikut mengumpulkan dana untuk Mujahiddin Afghanistan saat invasi Uni Sovyet di dekade 1980an. Selain itu ia juga menyuplai dana buat mempersenjatai kelompok muslim dalam perang Kosovo.
Foto: picture-alliance/dpa
Duit buat Mujahiddin
Persinggungan Salman dengan terorisme berawal dari perintah Raja Khalid mengumpulkan donasi untuk Mujahidin Afghanistan. Menurut Riedel, sumbangan pribadi dari kerajaan untuk kelompok perlawanan di Afghanistan mencapai 25 juta Dollar AS per bulan. Pengamat Timur Tengah AS, Rachel Bronson, pernah menulis Salman membantu merekrut gerilayawan buat kelompok Abdul Rasul Sayyaf, mentor Osama bin Laden
Foto: picture-alliance/dpa
Simpati buat Bosnia
Tahun 1992 Salman diangkat oleh Raja Fahd untuk mengepalai lembaga bantuan Saudi High Commission for Relief for Bosnia and Herzegovina (SHC). Melalui lembaga tersebut ia mengumpulkan donasi untuk membantu warga muslim Bosnia, hingga ditutup tahun 2011. Pada 2001 SHC telah mengumpulkan dana kemanusiaan senilai 600 juta Dollar AS. Namun sebagian ditengarai disalahgunakan buat persenjataan.
Foto: picture-alliance/dpa/Barukcic
Razia Sarajevo
Pada 2001 NATO mencurigai adanya aliran dana Saudi yang digunakan buat membeli senjata dan merazia kantor cabang SHC di Sarajevo. Di sana mereka menemukan berbagai dokumen teror, termasuk foto sebelum dan sesudah serangan Al-Qaida, instruksi buat memalsukan lencana Kementerian Luar Negeri AS dan peta gedung-gedung pemerintahan di Washington.
Foto: picture alliance/ZB/B. Pedersen
Donasi Kompori Perang
Razia Sarajevo merupakan bukti pertama aktivitas gelap SHC di luar bantuan kemanusiaan. Antara 1992 dan 1995, Uni Eropa melacak jejak donasi dari akun pribadi Salman senilai 120 juta dari SHC ke organisasi bantuan bernama Third World Relief Agency (TWRA). Data CIA menyebut TWRA menghabiskan sebagian besar dana sumbangan untuk mempersenjatai gerilayawan dalam perang di Balkan.
Foto: Sebastian Bolesch
Kesaksian Sang Pembelot
2015 silam, Zacarias Moussaoui, pembelot Al-Qaida memberi kesaksian di PBB yang menyebut SHC dan TWRA merupakan sumber dana terbesar buat Al-Qaida di Bosnia, termasuk untuk membiayai pembentukan sayap militer berkekuatan 107 orang. Menurutnya SHC "membiayai dan menyokong operasi Al-Qaida di Bosnia."
Foto: AP
Hingga ke Somalia
Sebab itu Amerika Serikat memasukkan SHC dalam daftar hitam terorisme. Dinas Rahasia Pertahanan (DIA) juga pernah menuding SHC mengirimkan senjata kepada Mohamed Farrah Aidid, gembong teror Somalia yang dikenal lewat film Black Hawk Down. Padahal saat itu Somalia mengalami embargo senjata PBB sejak Januari 1992.
Foto: John Moore/Getty Images
Bumerang Teror
Aktivitas kemanusiaan Salman yang secara tidak langsung menghidupi Al-Qaida justru menjadi bumerang. Pada 2003 Arab Saudi mengalami gelombang terorisme oleh bekas gerilayawan yang pulang dari medan Jihad. Saat itu Salman mengumumkan di media bahwa para bekas Mujahiddin itu "didukung oleh ekstrimis Zionisme yang bertujuan menghancurkan Islam." (Sumber: Foreign Policy, NYTimes, Guardian, JPost)
Foto: Reuters/Saudi Press Agency
9 foto1 | 9
Selain Arab Saudi, negara-negara Arab lain adalah Aljazair, Bahrain, Comoros, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Libanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab dan Yaman. Dari segi populasi, yang terbesar adalah Mesir kemudian disusul berturut-turut: Sudan, Aljazair, Maroko, dan Irak. Saudi dan Yaman memiliki jumlah penduduk yang kurang lebih sama. Penting juga untuk dicatat tentang "Arab Diaspora” yang tersebar di berbagai negara di dunia ini: dari Eropa dan Amerika Utara sampai Asia Tengah dan Asia Tenggara. Jadi, melihat dunia Arab dari "jendela Saudi” tentu saja tidak valid dan tidak pas.
Selanjutnya, memandang Arab sebagai bangsa monolitik atau homogen yang mempraktekkan tradisi dan budaya yang seragam sebuah kesalahan fatal. Sebagaimana suku-bangsa lain di dunia ini, Bangsa Arab juga bangsa heterogen dalam segala aspek kehidupan bahkan bukan hanya soal adat-istiadat, tradisi dan budaya mereka saja tetapi sampai pada masalah teologi-keagamaan, pandangan kepolitikan, sistem pemerintahan, sistem perekonomian, dlsb.
Semua laki-laki Arab itu bergamis
Oleh karena itu, menganggap semua laki-laki Arab itu bergamis atau berbusana jubah misalnya jelas keliru karena faktanya budaya pakaian casual ala Barat sudah berkembang luas di kawasan Arab. Jubah pun memiliki desain dan corak yang warna-warni. Pula, menganggap semua orang Arab itu berjenggot juga keliru besar karena faktanya banyak sekali yang kelimis. Begitu pula, keliru besar jika memandang perempuan Arab itu selalu mengenakan cadar (seperti niqab, burqa, khimar, dlsb). Karena faktanya, banyak sekali kaum perempuan Arab yang tidak bercadar. Di antara "negara-negara Arab”, hanya Saudi saja yang cukup ketat dalam hal tata-busana termasuk pemakaian cadar karena negara-kerajaan ini dipengaruhi oleh Mazhab Hanbali yang terkenal tekstualis-konservatif. Meski begitu, di Saudi pun, khususnya di kota-kota besar, karena faktor perkembangan zaman yang begitu pesat, kita akan dengan mudah menjumpai kaum perempuan yang tidak mengenakan cadar.
Di Balik Gemerlap Putri-putri Arab Saudi
Kerap jadi sorotan, karena dipandang jelita, punya harta melimpah dan bagai hidup dalam dongeng. Bagaimana kehidupan putri-putri Arab Saudi ini?
Foto: Getty Images/F. Nel
Bertemu pangeran
Setelah orangtuanya bercerai, Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi dibesarkan ibu dan kakek-neneknya di Riyadh. Ia menikah dengan Pangeran Alwaleed Bin Talal, keponakan mantan Raja Arab Saudi, sekaligus saudara tiri Raja Arab Saudi saat ini Salman bin Abdulaziz al-Saud, almarhum Abdullah bin Abdulaziz Al Saud. Keduanya bercerai pada tahun 2013.
Foto: Getty Images/F. Nel
Bergerak di bidang kemanusiaan
Harta melimpah tak membuat Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi sering berleha-leha. Putri Ameera pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Yayasan Al Waleed bin Talal yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, seperti mengatasi kemiskinan, edukasi dan pemberdayaan pemuda dan perempuan. Perempuan kelahiran 1983 ini merupakan lulusan terbaik Universitas New Haven.
Foto: Getty Images/D. Berehulak
Melawan tabu
Selain terkenal gemar beramal dan membantu orang tidak mampu, Putri Ameerah juga disorot karena kenekatannya memerangi diskriminasi jender. Ia mendorong kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, misalnya menentang larangan bagi perempuan untuk menyetir kendaraan di Arab Saudi. Ia juga berjuang agar perempuan di negerinya tak lagi jadi warga kelas dua.
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz merupakan istri Sultan bin Fahad bin Nasser bin Abdulaziz, keturunan mantan Raja Arab Saudi, Aziz bin Abdul Rahman Al Saud. Mereka dikaruniai tiga orang anak, seorang anak perempuan dan sepasang putra kembar. Juli 2016 lalu Condé Nast International mengumumkan Putri Deena Aljuhani Abdulaziz sebagai pemimpin editor majalah fesyen Vogue Arabia.
Foto: Getty Images for Burberry/S. C. Wilson
Si rambut pixie
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz diakui sebagai salah satu ikon fesyen dunia. Berteman dengan banyak desainer top, sosialita satu ini terkenal trendi. Jika banyak putri digambarkan berambut panjang, ia setia berambut pendek, melengkapi gayanya yang mengikuti perkembangan mode dunia. Kadang tampil dengan rok mini, lain waktu ia muncul dengan gaya musisi rock.
Foto: Getty Images/V. Boyko
Berbisnis di bidang fesyen
Banyak bergaul dengan desainer internasional, Putri Deena pun terjun ke dunia fesyen, dengan membuka butik internasional dengan merek dagang D’NA. Ia berujar: "Memang benar bahwa wilayah kami adalah konservatif karena lingkungannya, tetapi perempuan Arab tidak berbeda dari rekan-rekan mereka di seluruh dunia, bahwa kita ingin merasa diberdayakan dan terlihat cantik."
Foto: Getty Images/C. Ord
Putri pengemplang
Majalah Vanity Fair mengungkap, Putri Maha binti Mohammed bin Ahmad al-Sudairi pada tahun 2009 habiskan Rp. 200-an milyar /hari kala belanja di Paris. 2012, sepupu Pangeran Alwaleed bin Talal ini dilaporkan menunggak tagihan US$ 7 juta di Hotel Shangri-La, dimana ia menginap 5 bulan dan menyewa 41 kamar. Ditambah lagi, utang dari butik-butik. Utang-utang itu akhirnya dilunasi Arab Saudi.
Foto: vanityfair
Marah karena difoto diam-diam?
Sementara itu, media memberitakan putri Hassa pernah melarikan diri ke Paris tahun 2016, setelah diduga memerintahkan pengawalnya untuk membunuh seorang pelukis yang juga dekorator. Metro dan Newscrunch memberitakan,anak perempuan raja Salman itu marah, pelukis itu memotrtnya dengan ponsel di apartemennya. Ed: ap/yf
Foto: newscrunch
8 foto1 | 8
Kesalahpahaman berikutnya memandang Bangsa Arab mengikuti sistem politik-pemerintahan Islam. Padahal, negara-negara Arab mengikuti sistem politik-pemerintahan yang beraneka ragam. Ada yang mengikuti sistem monarkhi seperti Saudi, Bahrain, Kuwait, Yordania, Maroko, Oman, dlsb. Sebagai negara-kerajaan pun mereka berlainan: ada yang mengikuti sistem kesultanan (seperti Oman), monarkhi konstitusional (seperti Kuwait), keamiran (Qatar), kerajaan federal (seperti Uni Emirat Arab), dan seterusnya. Selain itu, negara-negara Arab juga banyak yang mengikuti sistem Republik seperti Mesir, Yaman, Sudan, Libanon, Aljazair, Suriah, Irak, dlsb. Menariknya, negara-negara Arab menolak sistem politik-pemerintahan model khilafah yang oleh sebagaian umat Islam di Indonesia justru didengung-dengungkan.
Selanjutnya, ada pula yang mengaggap negara-negara Arab itu kaya-raya karena sumber minyak. Padahal banyak sekali yang miskin. Negara-negara Arab yang cukup makmur dan kaya itu hanya kawasan Arab Teluk saja seperti Saudi, Qatar, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Oman. Selebihnya, negara-negara Arab itu (seperti saya sebutkan di atas) sangat miskin bahkan jauh lebih miskin dari Indonesia.
Menengok Hak Perempuan di Arab Saudi
Arab Saudi sudah mengumumkan akan mengizinkan perempuan untuk memiliki surat izin mengemudi tanpa harus ada izin dari "penjaga legal". Untuk itu perjuangannya panjang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
1955: Sekolah pertama buat anak perempuan, 1970: Universitas pertama
Dulu, anak perempuan Arab Saudi tidak bisa bersekolah seperti murid-murid sekolah di Riyadh. Penerimaan murid di sekolah pertama untuk perempuan, Dar Al Hanan, baru dimulai 1955. Sementara Riyadh College of Education, yang jadi institusi pendidikan tinggi untuk perempuan, baru dibuka 1970.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2001: Kartu identitas untuk perempuan
Baru di awal abad ke-21, perempuan bisa mendapat kartu identitas. Padahal kartu itu adalah satu-satunya cara untuk membuktikan siapa mereka, misalnya dalam cekcok soal warisan atau masalah properti. Kartu identitas hanya dikeluarkan dengan dengan izin dan diberikan kepada muhrim. Baru tahun 2006 perempuan bisa mendapatkannya tanpa izin muhrim. 2013 semua perempuan harus punya kartu identitas.
Foto: Getty Images/J. Pix
2005: Kawin paksa dilarang - di atas kertas
Walaupun 2005 sudah dilarang, kontrak pernikahan tetap disetujui antara calon suami dan ayah pengantin perempuan, bukan oleh perempuan itu sendiri.
Foto: Getty Images/A.Hilabi
2009: Menteri perempuan pertama
Tahun 2009, King Abdullah menunjuk menteri perempuan pertama. Noura al-Fayez jadi wakil menteri pendidikan untuk masalah perempuan.
Foto: Foreign and Commonwealth Office
2012: Atlit Olimpiade perempuan pertama
2012 pemerintah Arab Saudi untuk pertama kalinya setuju untuk mengizinkan atlit perempuan berkompetisi dalam Olimpiade dengan ikut tim nasional. Salah satunya Sarah Attar, yang ikut nomor lari 800 meter di London dengan mengenakan jilbab. Sebelum Olimpiade dimulai ada spekulasi bahwa tim Arab Saudi mungkin akan dilarang ikut, jika mendiskriminasi perempuan dari keikutsertaan dalam Olimpiade.
Foto: picture alliance/dpa/J.-G.Mabanglo
2013: Perempuan diizinkan naik sepeda dan sepeda motor
Inilah saatnya perempuan untuk pertama kalinya diizinkan naik sepeda dan sepeda motor. Tapi hanya di area rekreasi, dan dengan mengenakan nikab dan dengan kehadiran muhrim.
Foto: Getty Images/AFP
2013: Perempuan pertama dalam Shura
Februari 2013, King Abdullah untuk pertama kalinya mengambil sumpah perempuan untuk jadi anggota Syura, atau dewan konsultatif Arab Saudi. Ketika itu 30 perempuan diambil sumpahnya. Ini membuka jalan bagi perempuan untuk mendapat posisi lebih tinggi di pemerintahan.
Foto: REUTERS/Saudi TV/Handout
2015: Perempuan memberikan suara dalam pemilu dan mencalonkan diri
Dalam pemilihan tingkat daerah di tahun 2015, perempuan bisa memberikan suara, dan mencalonkan diri untuk dipilih. Sebagai perbandingan: Selandia Baru adalah negara pertama, di mana perempuan bisa dipilih. Jerman melakukannya tahun 1919. Dalam pemilu 2015 di Arab Saudi, 20 perempuan terpilih untuk berbagai posisi di pemerintahan daerah, di negara yang monarki absolut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Batrawy
2017: Perempuan pimpin bursa efek Arab Saudi
Februari 2017, untuk pertama kalinya bursa efek Arab Saudi mengangkat kepala perempuan dalam sejarahnya. Namanya Sarah Al Suhaimi.
Foto: pictur- alliance/abaca/Balkis Press
2018: Perempuan akan diijinkan mengemudi mobil
September 26, 2017, Arab Saudi mengumumkan bahwa perempuan akan segera diizinkan untuk mengemudi mobil. Mulai Juni 2018, perempuan tidak akan perlu lagi izin dari muhrim untuk mendapat surat izin mengemudi. Dan muhrim juga tidak harus ada di mobil jika mereka mengemudi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
2018: Perempuan akan diijikan masuk stadion olah raga
29 Oktober 2017, Badan Olah Raga mengumumkan perempuan akan boleh menonton di stadion olah raga. Tiga stadion yang selama ini hanya untuk pria, juga akan terbuka untuk perempuan mulai 2018.
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
2019: Perempuan Saudi akan mendapat notifikasi melalui pesan singkat jika mereka diceraikan
Hukum baru dirancang untuk lindungi perempuan saat pernikahan berakhir tanpa sepengetahuan mereka. Perempuan dapat cek status pernikahannya online atau dapat fotokopi surat tanda cerai dari pengadilan. Hukum ini tak sepenuhnya lindungi perempuan karena cerai hanya dapat diajukan dalam kasus terbatas dengan persetujuan suami atau jika suami lakukan tindak kekerasan. (Penulis: Carla Bleiker, ml/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Ammar
12 foto1 | 12
Sebuah "entitas etholinguistik”, bukan "entitas keagamaan”
Ada juga yang memandang Arab itu identik dengan suku Baduin yang memiliki pola hidup berpindah-pindah dari satu padang pasir ke padang pasir berikutnya (dalam antropologi disebut nomad atau pastoralis. Padahal, banyak masyarakat Arab kontemporer yang meninggalkan pola-hidup nomadik dan menetap di kota-kota.
Pula, banyak yang memandang Bangsa Arab itu bangsa kolot dan konservatif yang mengikuti gaya hidup yang kuno-ketat-normatif. Persepsi ini jelas keliru besar. Banyak masyarakat Arab yang bergaya hidup dan berpola pikir maju, modern, dan visioner.
Itulah beberapa pandangan yang keliru terhadap Bangsa Arab. Arab adalah sebuah "entitas etholinguistik”, bukan "entitas keagamaan”. Sebagai sebuah entitas entholinguistik, Bangsa Arab, sebagaimana bangsa-bangsa lain di jagat raya ini, juga sangat plural dan kompleks: dari aspek keagamaan dan kebudayaan sampai sistem perekonomian dan politik-pemerintahan. Tidak ada sangkut-pautnya antara "Arab” dan "Islam” misalnya. Sayang, masalah pluralitas dan kompleksitas Bangsa Arab ini kurang ditangkap dan dipahami dengan baik oleh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, sehingga terjadi distorsi informasi dan aksi disana-sini.
Inilah Wujud Hyperloop di Uni Emirat Arab
Uni Emirat Arab berambisi menjadi negara pertama yang memiliki sistem transportasi masa depan, Hyperloop. Proyek raksasa yang menghubungkan antara Dubai dan Abu Dhabi itu dijadwalkan tuntas tahun 2021.
Foto: picture-alliance/SpaceX via AP/P. Larson
Peluru Gurun Pasir
Adalah ambisi besar kerajaan Uni Emirat Arab yang ingin menghadirkan konsep kereta ultra cepat, Hyperloop, agar bisa memangkas waktu tempuh antara Dubai dan Abu Dhabi yang berjarak 150 kilometer menjadi hanya 12 menit.
Foto: BIG
Portal Masa Depan
Konsep yang sepenuhnya anyar membuat pengembang harus ikut mendesain berbagai kelengkapan moda transportasi berkecepatan 1.300 kilometer/jam ini. Salah satunya hasil racikan rumah desain Bjarke Ingles Group itu adalah stasiun utama yang disebut dengan Hyperportal. Di Abu Dhabi, portal ajaib itu akan dibangun di depan menara Etihad Towers
Foto: BIG
Stasiun Tanpa Ruang Tunggu
Hyporportal yang akan dibangun di Abu Dhabi menyerupai jembatan pejalan kaki yang dibangun di dekat Emirates Palace hotel. Portal Hyperloop didesain untuk menghilangkan konsep ruang tunggu dari sebuah stasiun. Sebaliknya penumpang akan diantar menuju kapsul Hyperloop dengan menggunakan kendaraan otonom yang menunggu penumpang di bagian kanan gambar.
Foto: BIG
Ruang Tunggu Bergerak
Hyperloop ikut mengembangkan kendaraan otonom untuk mengangkut penumpang demi menghilangkan waktu tunggu. Setiap kendaraan beroperasi sesuai dengan jadwal keberangkatan kereta. Nantinya mobil otonom bernama Hyperpods ini beroperasi di dalam kota dan di stasiun.
Foto: BIG
Kabin Futuristik
Di dalamnya penumpang mendapat ruang layaknya di lobi hotel atau di lounge bandar udara. Pods tidak cuma berfungsi sebagai ruang tunggu bergerak, melainkan juga sebagai kabin Hyperloop. Pasalnya transporter Hyperloop didesain untuk mengangkut pods, sehingga penumpang tidak meninggalkan pods sampai tiba di lokasi tujuan.
Foto: BIG
Revolusi Transportasi Publik
Ruang kendali yang berada di setiap portal menampilkan informasi mengenai status dan kondisi transporter atau pods. Dengan teknologi termutakhir hyperloop bisa memonitor pergerakan hingga 2.800 penumpang per jam. Perusahaan yang berbasis di California, Amerika Serikat, itu mengklaim bisa mengangkut hingga 25 milyar penumpang setahun, dengan asumsi 67.000 penumpang setiap 24 jam.
Foto: BIG
Tanpa Dana Publik
Menurut pengembang, biaya pembangunan kereta cepat mencapai 150 juta Dollar AS per kilometer. Sementara Hyperloop cuma menelan biaya 40 juta Dollar AS per kilometer. Uniknya proyek Hyperloop One di Uni Emirat Arab akan lebih banyak bergantung pada investor kecil melalui Crowdfunding, ketimbang dana pemerintah.
Foto: BIG
Sistem Keamanan
Saat ini pengembang Hyperloop masih menyempurnakan sistem keamanan transporter. Dari kecepatan 1.200 km/jam, transporter memiliki tiga model pemberhentian darurat, yakni selama 32 detik dalam jarak lima kilometer, 16 detik dalam jarak 2,5 kilometer dan pemberhentian ekstrem yang berlangsung selama 6,4 derik dalam jarak satu kilometer.
Foto: BIG
8 foto1 | 8
Melihat keragaman dan kerumitan Bangsa Arab ini, maka dengan demikian jelaslah bahwa jika ada sekelompok umat Islam di Indonesia yang seolah-olah meniru gaya "orang Arab” dalam berpenampilan (dengan berjubah, berjenggot atau bercadar, misalnya), sebenarnya yang mereka tiru adalah "Arab imajiner” atau "Bangsa Arab” seperti dalam "alam imajinasi” sekelompok Islam itu, bukan Bangsa Arab di alam nyata. Semoga bermanfaat.
Penulis:
Sumanto Al Qurtuby (ap/as)
Dosen Antropologi Budaya dan Direktur Scientific Research in Social Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, serta Senior Scholar di National University of Singapore. Ia memperoleh gelar doktor dari Boston University dan pernah mendapat visiting fellowship dari University of Oxford, University of Notre Dame, dan Kyoto University. Ia telah menulis ratusan artikel ilmiah dan puluhan buku, antara lain Religious Violence and Conciliation in Indonesia (London & New York: Routledge, 2016)
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Kehancuran Mekkah dan Madinah
Sejak menguasai dua kota suci, Mekkah dan Madinah, kerajaan al Saud secara sistematis menghancurkan berbagai situs bersejarah Islam. Langkah itu tidak cuma digerakkan oleh kepentingan bisnis haji, tapi juga keyakinan
Foto: picture-alliance/dpa/afp/Naamani
Ambisi Haji
Sejak jatuhnya harga minyak, pemerintah Arab Saudi ingin lebih cepat mengembangkan wisata Haji sebagai salah satu pondasi perekonomian. Salah satu proyek terbesar adalah perluasan Masjid al Haram di Mekkah dan pembangunan berbagai hotel berbintang di sekitarnya. Namun proyek tersebut bergulir dengan mengorbankan berbagai situs bersejarah dari era kelahiran Islam.
Foto: picture-alliance/dAP Photo/K. Mohammed
Makam Khadijah
Isteri pertama nabi Muhammad S.A.W, Khadijah binti Khuwaylid dimakamkan di kompleks pemakaman Jannatul Mualla di Mekkah. Namun tahun 1925, kompleks tersebut dibuat rata dengan tanah oleh Raja Ibn Saud. Termasuk yang menghilang adalah kubah yang menaungi makam Khadijah R.A.
Benteng Ayjad
Benteng yang tampak pada sisi kiri gambar dibangun tahun 1780 oleh kesultanan Utsmaniyah untuk melindungi Kabah dari serangan kelompok bandit yang kebanyakan berfaham Wahabi. Tahun 2002 kerajaan Arab Saudi menghancurkan benteng historis itu untuk membangun hotel berbintang lima, Mecca Royal Hotel Clock Tower. Langkah tersebut mengundang kecaman dunia. Namun Riyadh bergeming
Foto: public domain
Rumah Khadijah
Tidak cuma makam Khadijah yang dibuldozer kerajaan Arab Saudi, rumahnya yang terletak di dekat bukit Marwah juga lenyap pada saat perluasan Masjid al Haram. Kini lokasi tersebut diyakini telah menjadi toilet umum. Menurut catatan sejarah, nabi Muhammad tinggal selama lebih dari 20 tahun di rumah isteri pertamanya itu.
Foto: Fayez Nureldine/AFP/Getty Images
Maqbaratul Baqi'
Pemakaman historis ini antara lain menjadi pembaringan terakhir buat sejumlah keluarga nabi Muhammad dan juga khalifah ketiga, Uthman bin Affan. Kompleks pemakaman Al-Baqi' terutama dipercantik pada era kekhalifahan bani Umayyah. Tapi tahun 1926 raja Ibnu Saud memerintahkan pembongkaran musoleum dan makam, serta membuat kompleks al-Baqi' rata dengan tanah.
Foto: public domain
Petaka di Gunung Uhud
Termasuk makam yang dihancurkan adalah milik Hamza ibn ‘Abdul-Muttalib, paman nabi Muhammad yang meninggal dalam perang Uhud. Kompleks bersejarah di utara Mekkah itu kini dipagar. Pemerintah Arab Saudi juga menutup enam masjid di sekitar gunung Uhud, di mana nabi Muhammad diklaim pernah beribadah. Masjid ke tujuh, milik khalifah Abu Bakar as-Siddiq, dirubuhkan dan kini menjadi rumah ATM
Foto: Public Domain
Daftar Panjang
Daftar situs bersejarah Islam yang hancur oleh monarki Arab Saudi antara lain rumah kelahiran cucu nabi Muhammad, Hassan dan Hussein, makam Amina binti Wahab, ibu nabi Muhammad, kompleks makam Banu Hashim dan berbagai masjid atau makam yang dikhawatirkan bakal dijadikan tempat ziarah kaum Syiah.
Foto: Getty Images/AFP
Bayang-bayang Wahabisme
Penghancuran situs bersejarah Islam oleh kerajaan Arab Saudi tidak cuma digerakkan oleh motivasi bisnis semata, melainkan juga oleh faham Wahabisme yang melarang ziarah makam. Majelis Ulama Arab Saudi misalnya ikut berperan sebagai konsultan dalam berbagai proyek konstruksi di Mekkah dan Madinah.