Kunjungan historik dan kolosal rombongan Raja Salman ke Indonesia telah menyita perhatian banyak kalangan dan memecah berbagai spekulasi dan mispersepsi selama ini tentang Arab Saudi. Inilah opini Sumanto al Qurtuby.
Iklan
Baik yang pro maupun anti-Saudi selama ini sama-sama kecele dengan "penampakan” dan tindakan Raja Salman beserta rombongan yang tampak ramah, moderat, fleksibel, respectful, damai, dan lain sebagainya, baik selama di Jakarta maupun Bali.
Melalui "penampakan” dan tindakan Raja Salman beserta rombongan ini -- yang begitu menghargai keragaman agama dan budaya-- gambaran Saudi sebagai negara Islam yang keras, intoleran, kolot dan "kaku-njeku” seolah sirna.
Sudah sering sekali saya tulis dan katakan, Saudi dulu dan kini itu beda. Banyak sekali perubahan sosial fundamental yang terjadi di kawasan ini, baik menyangkut sikap, pandangan, dan perilaku masyarakat maupun kebijakan sosial-politik-keagamaan pemerintah. Banyak sekali faktor yang turut memberi kontribusi pada perubahan ini. Karena itu keliru besar pandangan tentang Saudi sebagai negara yang stagnan dan "miskin perubahan.”
Tiga pandangan
Seperti Amerika Serikat, Arab Saudi adalah salah satu negara yang sering disalahpahami oleh masyarakat luar dan dunia internasional.
Setidaknya ada tiga kelompok yang selama ini getol mengamati, menilai, mengevaluasi, dan dalam batas tertentu menghakimi tentang Saudi. Yang pertama adalah kubu "liberal-sekuler” (termasuk para pengamat politik, kaum feminis, dan aktivis HAM). Kedua adalah kubu "Islamis-konservatif” (termasuk kelompok neo-Salafi dan kaum Muslim kelas menengah urban). Ketiga adalah kaum "awam” yang tidak memiliki pengetahuan dan wawasan cukup tentang Saudi tetapi ikut-ikutan nimbrung layaknya pengamat dan ahli tentang kajian Saudi.
Jika kubu "liberal-sekuler” cenderung berbicara serba negatif tentang Saudi, maka kubu "Islamis-konservatif” cenderung sebaliknya: serba positif jika membicarakan tentang kerajaan yang kini dipimpin oleh Raja Salman ini. Meski berbeda haluan, kedua kelompok ini sebetulnya sama-sama menilai Saudi sebagai negara/kerajaan yang mandeg tanpa perubahan berarti.
Sementara itu kaum "awam” cenderung labil, tidak terlalu positif maupun terlalu negatif, semua tergantung dari mana mereka mendapatkan informasi tentang Saudi. Bisa juga pandangan kaum "awam” ini tergantung dari bagaimana pengalaman langsung mereka berinteraksi dengan masyarakat Saudi. Jika pengalaman mereka serba indah, maka akan cenderung memproyeksikan serba positif. Sebaknya, jika pengalaman mereka kurang mengenakkan, maka akan cenderung berpikiran serba negatif.
Kubu "liberal-sekuler” biasanya memproyeksikan Saudi sebagai sarang terorisme, sumber radikalisme, negara yang tidak menghargai hak-hak asasi manusia, negara anti-emansipasi perempuan, dan sebagainya. Sementara itu kubu "Islamis-konservatif” biasanya menganggap Saudi sebagai sumber ajaran Islam yang lurus-otentik, negara Islam yang sehat-makmur tanpa penyakit dan kriminalitas, kerajaan Islam yang damai, adem ayem tanpa konflik dan kekerasan. Jika kaum "liberal-sekuler” menilai Saudi tidak pantas sebagai "negara Islam”, maka kubu "Islamis-konservatif” menganggap Saudi sebagai simbol negara Islam sejati.
Inilah Kumpulan Foto Lawatan Raja Salman di Indonesia
Setelah hampir 50 tahun, Indonesia kembali disambangi Raja Arab Saudi. Kedatangan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dengan jumlah anggota rombongan 1500-an orang ini menarik perhatian media dalam dan luar negeri.
Raja Salman datang bersama rombongan besar. 1500-an orang. Ia tiba awal Maret 2017 di bandar udara Halim Perdanakusuma, disambut oleh Presiden Joko Widodo yang didampingi oleh para petinggi negara. Bukan hanya jumlah romobongannya yang besar, berat total kopernya pun mencapai sekitar 500 ton.
Foto: Getty Images/AFP/B. Ismoyo
Jadi kunjungan bersejarah
Inilah kunjungan pertama seorang raja Saudi ke Indonesia setelah hampir 50 tahun. Kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia antara lain dalam rangka kerjasama investasi. "Ini adalah kunjungan yang sangat bersejarah bagi kami," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Presiden Joko Widodo dan Raja Salman tersenyum dan berjabat tangan.
Foto: Reuters/A. Ibrahim
Sulut perdebatan di medsos
Kunjungan sang raja Arab ini berlangsung seiring gejolak politik panas di tanah air sehubungan dengan Pilkada Jakarta. Serta merta, foto Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama bersalaman dengan Raja Salman memicu pro-kontra netizer di media sosial. Banyak yang protes, Raja Arab berjabat tangan dengan Ahok yang diduga melakukan penistaan agama dan mencalonkan kembali jadi gubernur DKI Jakarta.
Foto: Twitter
Mencari keturunan sahabat
Raja Salman dikenal bersahabat dengan presiden pertama RI, Soekarno. Ia penasaran untuk bertemu dengan putri dan cucu Bung Karno. Alhasil, di Istana Negara Jakarta, Megawati Sukarnoputri dan menteri Puan Maharani pun berkesempatan ber-wefie ria bersama sang raja yang menyunggingkan senyum. Tampak Jokowi memandangi polah mereka.
Kedatangan raja dari Timur Tengah ini bukan saja menyibukkan para petinggi negeri, namun juga menyulut keriaan warga. Ketika Raja menyempatkan diri ke Bogor, di sepanjang jalan, anak-anak kecil dan orang dewasa ikut menyambut kedatangannya.
Foto: picture-alliance/abaca/B. Algaloud
Penghormatan di Istana Bogor
Sementara di Istana Kepresidenan Bogor, para penjaga istana juga telah bersiap diri menyambut kedatangan rombongan Raja Salman. Rusa-rusa di halaman istana yang lalu lalang membuat suasana menjadi tambah semarak.
Foto: Reuters/A. Berry
Disambut hujan
Di kota hujan, Bogor, kedatangan Raja Arab juga disambut guyuran hujan yang mengiringi pertemuan Raja Salman dengan Presiden Jokowi.
Foto: Reuters/A. Ibrahim
Sembahyang di Masjid Istiqlal
Raja Salman yang membawa 10 menteri dalam rombongannya dan Presiden Jokowi bersama para petinggi negara sempat sholat bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim
Tamasya ke Pulau Dewata
Raja Salman bersama rombongannya memilih Pulau Dewata, Bali sebagai lokasi liburan. Bandara Bali sempat ditutup beberapa menit dalam menyambut rombongan Raja Arab ini dan beberapa penerbangan mengalami penundaan. Polisi dan pasukan pengamanan adat, pecalang ikut andil dalam pengamanan rombongan yang menginap di Nusa Dua, Bali.
Foto: Reuters/Antara Foto
Pengamanan besar-besaran
Tak hanya polisi dan pecalang, pasukan TNi juga ikut diterjunkan untuk pengamanan kunjungan luar biasa ini. Tercatat, pasukan TNI dan polri yang dikerahkan mencapai 2.500 orang, yang terdiri dari satuan khusus antiteror, penjinak bom, dan penembak jitu. Mereka bertugas di laut, darat dan udara.
Foto: Reuters/Antara Foto
Transportasi rombongan raja
Rombongan yang besar tentu membutuhkan pula sarana transportasi yang tidak sedikit. Tampak jejeran mobil mewah terparkir di luar kantor pariwisata di Nusa Dua, Bali.
Foto: Reuters/N. Laula
Naik unta
Yang cukup unik, meski sudah disediakan begitu banyak mobil, sejumlah unta juga tampak menanti ditunggangi rombongan raja yang mungkin kangen kampung halaman ketika sedang berpesiar.
Foto: Reuters/N. Laula
Menginap di hotel-hotel mewah
Inilah penampakan salah satu penginapan mewah di Nusa Dua, dimana Raja Salman beserta rombongannya menghabiskan waktu untuk liburan di Bali.
Foto: Reuters/N. Laula
Menjaga kebersihan
Untuk memberikan kesan yang baik kepada tamu, kebersihan di lingkungan sekitar rombongan Raja Salman, dibersihkan dengan sangat seksama.
Foto: Reuters/N. Laula
Memboyong pangeran
Di rombongan akbar itu, ternyata Raja Salman juga memboyong beberapa pangeran Arab Saudi, di antaranya Pangeran Fahad bin Faisal Al Saud, yang dalam posting-postingnya di Instagram tampak menikmati liburannya kali ini.
Foto: Instagram/yolofahad
15 foto1 | 15
Pandangan dan penilaian kedua kubu ini—sebut saja para "kritikus” dan "fans” Saudi—sejatinya sama-sama hiperbolik, invalid, dan tidak akurat.
Masyarakat majemuk
Sebagaimana negara-negara lain di dunia ini, Saudi juga sama: ada sisi positif dan negatinya. Seperti masyarakat lain di jagat raya ini, masyarakat Saudi juga plural (majemuk) dan kompleks, bukan entitas monolitik dan umat yang seragam. Pluralitas dan kompleksitas masyarakat Saudi ini terjadi di semua hal: suku-klannya, Islamnya, Muslimnya, mazhabnya, perilakunya, sejarahnya, pandangan keagamaannya, kelas sosialnya, pendidikannya, tata busananya, moralitasnya, tingkat ekonominya, dan seterusnya.
Geografi-kultural Saudi juga beragam: Hijaz, Najran, Najed, Ahsa, Abha, Qasim, Asir, Jauf, dan sebagainya, yang masing-masing memiliki adat, tradisi, corak, dan karakteristik kegamaan-kebudayaan yang unik dan kaya. Ada wilayah yang sangat maju dan metropolitan, ada yang masih sangat terisolir dan tidak terjamah oleh teknologi dan modernisasi (seperti kawasan Al Faifa). Ada daerah yang menjadi pusat kaum migran, ada yang tidak terjamah kaum pendatang. Ada kawasan yang sangat heterogen dari aspek komunitas agama (seperti al-Syarqiyah) tapi ada pula yang relatif homogen.
Bayang-bayang Gelap Raja Salman
Kunjungan Raja Salman di Indonesia ikut menebar pesona monarki Arab Saudi. Namun kenapa masa lalu penguasa berusia senja itu dikaitkan dengan geliat terorisme di Afghanistan dan Bosnia? Inilah kisahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bantuan Sipil Menuai Teror
Sebelum berkuasa, Salman ibn Abd al-Aziz Al Saud, sering dipercaya mengelola dana sumbangan Arab Saudi. Namun berulangkali aliran dana dari Riyadh mendarat di kantung kelompok teror seperti Al-Qaida. Salman mengaku bertindak dengan tulus dan bersikeras "bukan tanggungjawab kerajaaan, jika pihak lain menyalahgunakan dana donasi Arab Saudi buat terorisme."
Foto: Getty Images/AFP/S.Loeb
Menghadang Soviet di Hindukush
Tudingan terhadap Salman pertamakali dilayangkan oleh bekas perwira Dinas Rahasia AS CIA, Bruce Riedel. Dia yang kini juga penasehat pemerintah buat urusan Timur Tengah mengklaim Salman ikut mengumpulkan dana untuk Mujahiddin Afghanistan saat invasi Uni Sovyet di dekade 1980an. Selain itu ia juga menyuplai dana buat mempersenjatai kelompok muslim dalam perang Kosovo.
Foto: picture-alliance/dpa
Duit buat Mujahiddin
Persinggungan Salman dengan terorisme berawal dari perintah Raja Khalid mengumpulkan donasi untuk Mujahidin Afghanistan. Menurut Riedel, sumbangan pribadi dari kerajaan untuk kelompok perlawanan di Afghanistan mencapai 25 juta Dollar AS per bulan. Pengamat Timur Tengah AS, Rachel Bronson, pernah menulis Salman membantu merekrut gerilayawan buat kelompok Abdul Rasul Sayyaf, mentor Osama bin Laden
Foto: picture-alliance/dpa
Simpati buat Bosnia
Tahun 1992 Salman diangkat oleh Raja Fahd untuk mengepalai lembaga bantuan Saudi High Commission for Relief for Bosnia and Herzegovina (SHC). Melalui lembaga tersebut ia mengumpulkan donasi untuk membantu warga muslim Bosnia, hingga ditutup tahun 2011. Pada 2001 SHC telah mengumpulkan dana kemanusiaan senilai 600 juta Dollar AS. Namun sebagian ditengarai disalahgunakan buat persenjataan.
Foto: picture-alliance/dpa/Barukcic
Razia Sarajevo
Pada 2001 NATO mencurigai adanya aliran dana Saudi yang digunakan buat membeli senjata dan merazia kantor cabang SHC di Sarajevo. Di sana mereka menemukan berbagai dokumen teror, termasuk foto sebelum dan sesudah serangan Al-Qaida, instruksi buat memalsukan lencana Kementerian Luar Negeri AS dan peta gedung-gedung pemerintahan di Washington.
Foto: picture alliance/ZB/B. Pedersen
Donasi Kompori Perang
Razia Sarajevo merupakan bukti pertama aktivitas gelap SHC di luar bantuan kemanusiaan. Antara 1992 dan 1995, Uni Eropa melacak jejak donasi dari akun pribadi Salman senilai 120 juta dari SHC ke organisasi bantuan bernama Third World Relief Agency (TWRA). Data CIA menyebut TWRA menghabiskan sebagian besar dana sumbangan untuk mempersenjatai gerilayawan dalam perang di Balkan.
Foto: Sebastian Bolesch
Kesaksian Sang Pembelot
2015 silam, Zacarias Moussaoui, pembelot Al-Qaida memberi kesaksian di PBB yang menyebut SHC dan TWRA merupakan sumber dana terbesar buat Al-Qaida di Bosnia, termasuk untuk membiayai pembentukan sayap militer berkekuatan 107 orang. Menurutnya SHC "membiayai dan menyokong operasi Al-Qaida di Bosnia."
Foto: AP
Hingga ke Somalia
Sebab itu Amerika Serikat memasukkan SHC dalam daftar hitam terorisme. Dinas Rahasia Pertahanan (DIA) juga pernah menuding SHC mengirimkan senjata kepada Mohamed Farrah Aidid, gembong teror Somalia yang dikenal lewat film Black Hawk Down. Padahal saat itu Somalia mengalami embargo senjata PBB sejak Januari 1992.
Foto: John Moore/Getty Images
Bumerang Teror
Aktivitas kemanusiaan Salman yang secara tidak langsung menghidupi Al-Qaida justru menjadi bumerang. Pada 2003 Arab Saudi mengalami gelombang terorisme oleh bekas gerilayawan yang pulang dari medan Jihad. Saat itu Salman mengumumkan di media bahwa para bekas Mujahiddin itu "didukung oleh ekstrimis Zionisme yang bertujuan menghancurkan Islam." (Sumber: Foreign Policy, NYTimes, Guardian, JPost)
Foto: Reuters/Saudi Press Agency
9 foto1 | 9
Latar belakang dan kondisi geobudaya yang beraneka ragam ini turut membentuk pribadi warga Saudi yang beraneka ragam pula.
Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa, misalnya, Saudi adalah sumber terorisme dan radikalisme global-internasional yang dilakukan oleh kelompok "Islam ekstrim”. Terorisme dan radikalisme, seperti ditulis Mark Juergensmeyer di berbagai karyanya (antara lain Terror in the Mind of God, Global Rebellion, dsb) tidak mengenal suku-bangsa, ideologi, dan agama.
Sejak lama dunia mengkhawatirkan paham Wahabisme sebagai wadah terorisme global. Ajaran puritan itu diyakini tidak cuma menjadi rumah ideologi, tapi penganutnya juga ikut membiayai tindak terorisme di Timur Tengah.
Foto: Reuters/C. Barria
Wahabisme Telurkan Radikalisme?
Sejak 2013 silam parlemen Eropa mewanti-wanti terhadap paham Wahabisme. Bahkan Dewan Fatwa Malaysia menilai faham tersebut kerap melahirkan pandangan radikal dan bisa berujung pada tindak terorisme. Pasalnya Wahabisme menganut prinsip pemurnian Islam. Bentuknya yang cenderung eksklusif dan intoleran terhadap ajaran lain membuat penganut Wahabisme rentan terhadap radikalisasi.
Foto: Reuters
Sumber Ideologi
Kebanyakan kelompok teror dari Nigeria, Suriah, Irak hingga ke Pakistan mengklaim Wahabisme atau Salafisme sebagai ideologi dasar. Al-Qaida, Islamic State, Taliban, Lashkar-e-Toiba, Front al Nusra dan Boko Haram adalah kelompok terbesar yang jantung ideologinya merujuk pada paham Islam puritan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Propaganda dari Riyadh
Hingga kini pemerintah Arab Saudi sudah mengucurkan dana hingga 100 miliar dolar AS untuk mempromosikan paham Wahabisme ke seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Uni Soviet cuma menghabiskan dana propaganda Komunisme sebesar 7 miliar dolar AS selama 70 tahun sejak dekade 1920-an. Pakar keamanan mencurigai, sebagian dana dakwah itu disalahgunakan untuk membiayai terorisme.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier
Dana Gelap di Musim Haji
Pada nota rahasia senat AS dari tahun 2009 yang bocor ke publik, calon presiden AS Hillary Clinton menyebut hartawan Arab Saudi sebagai "donor terbesar" kelompok terorisme di seluruh dunia. Biasanya teroris memanfaatkan musim haji untuk masuk ke Arab Saudi tanpa mengundang kecurigaan aparat keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/M. Al-Shaikh
Bisnis Perang
Penyandang dana teror terbesar di Arab Saudi tidak lain adalah hartawan berkocek tebal. Dengan mengandalkan uang minyak, mereka secara langsung atau tidak langsung menyokong konflik bersenjata di Pakistan atau Afganistan. Hal tersebut terungkap dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor di Wikileaks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Karimi
Sumbangan buat Laskar Tuhan
Kelompok teroris tidak jarang menggunakan perusahaan atau yayasan untuk mengumpulkan dana perang. Lashkar-e-Toiba di Pakistan misalnya menggunakan lembaga kemanusiaan Jamaat-ud Dakwa, untuk meminta sumbangan. Kedoknya adalah dakwah Islam. Salah satu sumber dana terbesar biasanya adalah Arab Saudi.
Foto: AP
Senjata dari Emir
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Islam yang menyokong terorisme. Menurut catatan Pentagon yang dipublikasikan majalah The Atlantic, Qatar membantu Jabhat al-Nusra dengan perlengkapan militer dan dana. Kelompok teror tersebut sempat beroperasi sebagai perpanjangan tangan Al-Qaida di Suriah. Jerman juga pernah melayangkan tudingan serupa terhadap pemerintah Qatar ihwal dana untuk Islamic State
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jebreili
Dinar untuk al Nusra
Tahun 2014 silam Washington Post memublikasikan laporan yang mengungkap keterlibatan Kuwait dalam pembiayaan kelompok teror di Suriah, seperti Jabhat al Nusra. Laporan yang berlandaskan kesaksikan perwira militer dan intelijen AS itu menyebut dana sumbangan raksasa senilai ratusan juta dolar AS.
Foto: Reuters/H. Katan
Dukungan "tak langsung"
Harus ditekankan tidak ada bukti keterlibatan kerajaan al-Saud dalam berbagai aksi teror di seluruh dunia. Namun pada serangan teror 11 September 2001 di New York, AS, komite bentukan senat menemukan bahwa pelaku memiliki hubungan "tidak langsung" dengan kerajaan dan "mendapat dukungan dari kaum kaya Saudi dan pejabat tinggi di pemerintahan."
Foto: AP
Pencegahan Setengah Hati
Sejauh ini pemerintah Arab Saudi terkesan setengah hati membatasi transaksi keuangan gelap untuk pendanaan terorisme dari warga negaranya. Dalam dokumen rahasia Kementerian Pertahanan AS yang bocor ke publik, Riyadh misalnya aktif melumat sumber dana Al-Qaida, tapi banyak membiarkan transaksi keuangan untuk kelompok teror lain seperti Taliban atau Lashkar-e-Toiba.
Foto: picture-alliance/dpa/Saudi Press Agency
Bantahan Riyadh
Namun Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, membantah hubungan antara ideologi Wahabi dengan terorisme. "Anggapan bahwa Saudi membiayai ekstremisme atau Ideologi kami menyokong ekstremisme adalah omong kosong. Kami aktif memburu pelaku, uang dan dalang di balik tindak terorisme," tukasnya.
Foto: Reuters/C. Barria
11 foto1 | 11
Aksi-aksi terorisme dan radikalisme ada dimana-mana di jagat raya ini, bukan monopoli Saudi. Pelaku terorisme juga dari berbagai macam suku-bangsa, ideologi, dan agama, bukan melulu Muslim, Sunni, atau Saudi. Bahkan, kontras dengan persepsi publik luar pada umumnya, Saudi justru sering menjadi target / sasaran amuk kaum teroris (simak misalnya studi Thomas Hegghammer, Jihad in Saudi Arabia). Itulah sebabnya di bawah komando Putra Mahkota Muhammad Bin Nayef, sejak beberapa tahun terakhir, Saudi gencar memerangi terorisme domestik sekaligus mengsosialisasikan program counterterrorism serta rehabilitasi dan pasifikasi kelompok radikal-teroris.
Menganggap masyarakat Saudi melulu sebagai pengikut Salafi-Wahabi konservatif-radikal juga keliru mengingat ada banyak kelompok Muslim dan faksi Islam di kerajaan ini. Pengikut Salafi-Wahabi pun bukan berarti "by default” ekstrimis-intoleran karena banyak dari mereka yang moderat dan toleran dengan keanekaragaman. Meskipun mazhab Hanbali menjadi mazhab resmi negara, tetapi masyarakat Muslim bebas mempraktekan aneka mazhab, termasuk Syafii, Maliki, dan Hanafi sebagai rumpun utama mazhab Sunni. Itu terbukti, misalnya, dari aneka ragam tata-cara orang salat di masjid yang sangat warna-warni dan merefleksikan kemajemukan mazhab.
Perlu juga dicatat, ada lebih dari 30% penduduk di Saudi adalah kaum migran dari berbagai negara dan agama: Filipina, India, Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Amerika, negara-negara Eropa, dlsb. Mereka tentu saja tidak semuanya Muslim tapi juga ada yang Hindu, Katolik, Protestan.
Warga Arab Saudi juga banyak yang mengikuti aliran Syiah (sekitar 10–15%), baik Itsna Asyariyah, Ismailiyah, maupun Zaidiyah. Menarik untuk dicatat bahwa warga Syiah Arab (di Saudi maupun kawasan Arab Teluk pada umumnya) tidak selamanya setuju dengan warga Syiah Iran yang beretnik Persi. Identitas etnik (Arab–Persi) kadang lebih kental ketimbang identitas keagamaan (Sunni–Syiah).
Perempuan Muslim Terkaya Sedunia
Sebagian mereka kaya antara lain karena upaya sendiri. Tapi ada juga yang mewarisi kekayaan orang tua, dan beberapa dari mereka kaya karena menikah dengan pria kaya. Inilah sembilan perempuan muslim terkaya di dunia.
Foto: picture-alliance/ dpa
Putri Ameerah al Taweel dari Arab Saudi
Putri Ameerah al Taweel lahir 6 November 1983. Dia istri Pangeran al Waleed bin Talal, yang termasuk keluarga kerajaan Arab Saudi. Pangeran al Waleed (58 tahun) adalah seorang pengusaha, dan menurut majalah Forbes menduduki ranking ke-26 dalam daftar pria terkaya dunia.
Foto: picture-alliance/AP Images/E. Agostini
Ratu Rania dari Yordania
Ratu Rania adalah istri Abdullah II ibn al Hussein, yang naik tahta Raja Yordania tahun 1999. Ratu Rania lahir 31 Agustus 1970. Foto: Ratu Rania ketika ikut demonstrasi menentang Islamic State (06/02/15), yang membakar hidup-hidup pilot Yordania, Muath al-Kassasbeh.
Foto: picture-alliance/epa/J. Nasrallah
Putri Majeedah Nurul Bolkiah dari Brunei Darussalam
Princess Hajah Majeedah Nuurul Bulqiah adalah putri ke dua Sultan Hassanal Bolkiah. Dia lahir 16 Maret 1976 dan memiliki seorang putra sebelum menikah dengan Khairul Khalil Juni 2007. Khalil juga dari keluarga bangsawan, dan menjabat asisten eksekutif dalam kantor Perdana Menteri.
Foto: picture-alliance/dpa
Putri Hajah Hafizah Sururul Bolkiah dari Brunei Darussalam
Putri ke empat Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah ini lahir 12 Maret 1980. Ayahnya, yang disebut orang terkaya dunia tahun, 1997 punya Rolls-Royce yang dilapis emas 24k, di samping 7.000 mobil lainnya. Dia juga punya residensi terbesar di dunia: istana dengan 1.700 kamar. Foto: Putri Hajah Hafizah Sururul Bolkiah dalam upacara pernikahan dengan Pengeran Haji Muhammad Ruzaini, tahun 2012.
Foto: Getty Images/AFP
Sultanah Nur Zahirah dari Terengganu, Malaysia
Sultanah Nur Zahirah adalah istri Raja al Wathiqu Billah Tuanku Mizan Zainal Abidin. Sultanah lahir 7 Desember 1973 dan berasal dari keluarga kaya. Diperkirakan kekayaan keluarganya mencapai 15 milyar Dolar.
Foto: Getty Images/AFP/S. Nizal
Sheikha Mozah Binti Nasser al Misnad dari Qatar
Dia istri kedua dari tiga istri Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, yang pernah menjadi Emir Qatar. Sheikha Mozah lahir tahun 1959. Diperkirakan, kekayaan suaminya sampai 7 milyar Pound Sterling.
Foto: picture alliance/abaca
Sheikha Hanadi Binti Nasser Bin Khaled al Thani dari Qatar
Sheikha Hanadi adalah pengusaha real estate, investor, manajer bank dan salah satu perempuan paling sukses di Qatar. Kekayaannya diperkirakan lebih dari 15 milyar Dolar. Foto: Sheikha Hanadi bersama pelatih sepak bola Jerman Jupp Heynckes, dua pemain Jerman (Mario Gomez, Philipp Lahm) serta putranya Jassim (4/1/2013).
Foto: picture-alliance/dpa/P. Kneffel
Putri Lalla Salma dari Maroko
Putri Lalla Salma lahir 10 Mei 1978. Ayahnya seorang guru. Dengan suaminya Raja Muhammed VI dari Maroko dia punya dua anak. Walaupun jadi "first Lady", Putri Lalla Salma tidak menonjolkan diri di depan publik. Suaminya diperkirakan punya kekayaan sekitar 2,5 milyar Dolar.
Foto: Getty Images
Sheikha Maitha binti Mohammed bin Rashid al Maktoum dari Dubai
Sheikha Maitha dari Dubai (kanan) adalah seorang atlet Tae Kwan Do dan karate, lahir tanggal 5 Maret 1980. Ayahnya Sheikh Muhammad bin Rashid al Maktoum, yang jadi perdana menteri dan wakil presiden Uni Emirat Arab (UEA), sekaligus Emir Dubai. Ketika mewakili UEA dalam Asian Games tahun 2006, Sheikha Maitha memenangkan medali perak dalam cabang karate +60 kg.
Foto: Getty Images/AFP/J. Yeon-Je
9 foto1 | 9
Itulah sebabnya dalam menyikapi konflik geopolitik Saudi–Iran, warga Syiah di Saudi (dan kawasan Arab Teluk lain) lebih memilih pro-Saudi ketimbang Iran atas dasar kesamaan etnis (sesama Arab) bukan faksi keislaman (sesama Syiah).
Semangat kesukuan dan isu perempuan
Hal lain yang juga luput dari amatan publik luar adalah masalah tribalisme atau "semangat kesukuan”. Dalam konteks masyarakat di kawasan Jazirah dan Teluk Arab, masalah kesukuan ini yang jauh lebih penting ketimbang persoalan skisma keagamaan (Sunni-Syiah, misalnya). Masalah konflik komunal dan aneka urusan individual-sosial seperti perkawinan, pekerjaan, pendidikan, perpolitikan, perekonomian, dlsb, lebih banyak ditentukan oleh faktor kesukuan ini bukan keagamaan/keislaman.
Benar yang dikatakan oleh Ibnu Khaldun pada abad ke-14 di dalam Kitab al-Ibar bahwa masalah ashabiyah atau "fanatisme kesukuan” merupakan ciri dominan masyarakat Arab, baik sebelum maupun sesudah era keislaman. Hingga dewasa ini, "sukuisme” dan jaringan antar-suku masih sangat kuat dan memegang peranan penting dalam sistem sosial-politik-perekonomian di Tanah Arab, khususnya Yaman dan kawasan Arab Teluk.
Hak-hak azasi perempuan adalah masalah lain yang sering disoroti oleh para kritikus Saudi.
Padahal, perkembangan emansipasi perempuan sudah sangat pesat disini. Meskipun tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan gerakan feminisme di Barat karena struktur sosial dan budaya masyarakat Arab yang patriarkhi, tetapi perkembangan peran perempuan di sektor publik tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejak beberapa dekade silam, terutama sejak Abdullah bin Abdulaziz Al Saud memegang tapuk pemerintahan (baik pada waktu menjadi putra mahkota maupun raja menggantikan kakaknya, Raja Fahd) yang dikenal sangat moderat-toleran, Saudi sudah membuka diri terhadap aneka perubahan menyangkut hak-hak sosial-politik-publik kaum hawa ini.
Di Balik Gemerlap Putri-putri Arab Saudi
Kerap jadi sorotan, karena dipandang jelita, punya harta melimpah dan bagai hidup dalam dongeng. Bagaimana kehidupan putri-putri Arab Saudi ini?
Foto: Getty Images/F. Nel
Bertemu pangeran
Setelah orangtuanya bercerai, Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi dibesarkan ibu dan kakek-neneknya di Riyadh. Ia menikah dengan Pangeran Alwaleed Bin Talal, keponakan mantan Raja Arab Saudi, sekaligus saudara tiri Raja Arab Saudi saat ini Salman bin Abdulaziz al-Saud, almarhum Abdullah bin Abdulaziz Al Saud. Keduanya bercerai pada tahun 2013.
Foto: Getty Images/F. Nel
Bergerak di bidang kemanusiaan
Harta melimpah tak membuat Putri Ameerah binti Aidan bin Nayef Al-Taweel Al-Otaibi sering berleha-leha. Putri Ameera pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Yayasan Al Waleed bin Talal yang bergerak dalam bidang kemanusiaan, seperti mengatasi kemiskinan, edukasi dan pemberdayaan pemuda dan perempuan. Perempuan kelahiran 1983 ini merupakan lulusan terbaik Universitas New Haven.
Foto: Getty Images/D. Berehulak
Melawan tabu
Selain terkenal gemar beramal dan membantu orang tidak mampu, Putri Ameerah juga disorot karena kenekatannya memerangi diskriminasi jender. Ia mendorong kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki, misalnya menentang larangan bagi perempuan untuk menyetir kendaraan di Arab Saudi. Ia juga berjuang agar perempuan di negerinya tak lagi jadi warga kelas dua.
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz merupakan istri Sultan bin Fahad bin Nasser bin Abdulaziz, keturunan mantan Raja Arab Saudi, Aziz bin Abdul Rahman Al Saud. Mereka dikaruniai tiga orang anak, seorang anak perempuan dan sepasang putra kembar. Juli 2016 lalu Condé Nast International mengumumkan Putri Deena Aljuhani Abdulaziz sebagai pemimpin editor majalah fesyen Vogue Arabia.
Foto: Getty Images for Burberry/S. C. Wilson
Si rambut pixie
Putri Deena Aljuhani Abdulaziz diakui sebagai salah satu ikon fesyen dunia. Berteman dengan banyak desainer top, sosialita satu ini terkenal trendi. Jika banyak putri digambarkan berambut panjang, ia setia berambut pendek, melengkapi gayanya yang mengikuti perkembangan mode dunia. Kadang tampil dengan rok mini, lain waktu ia muncul dengan gaya musisi rock.
Foto: Getty Images/V. Boyko
Berbisnis di bidang fesyen
Banyak bergaul dengan desainer internasional, Putri Deena pun terjun ke dunia fesyen, dengan membuka butik internasional dengan merek dagang D’NA. Ia berujar: "Memang benar bahwa wilayah kami adalah konservatif karena lingkungannya, tetapi perempuan Arab tidak berbeda dari rekan-rekan mereka di seluruh dunia, bahwa kita ingin merasa diberdayakan dan terlihat cantik."
Foto: Getty Images/C. Ord
Putri pengemplang
Majalah Vanity Fair mengungkap, Putri Maha binti Mohammed bin Ahmad al-Sudairi pada tahun 2009 habiskan Rp. 200-an milyar /hari kala belanja di Paris. 2012, sepupu Pangeran Alwaleed bin Talal ini dilaporkan menunggak tagihan US$ 7 juta di Hotel Shangri-La, dimana ia menginap 5 bulan dan menyewa 41 kamar. Ditambah lagi, utang dari butik-butik. Utang-utang itu akhirnya dilunasi Arab Saudi.
Foto: vanityfair
Marah karena difoto diam-diam?
Sementara itu, media memberitakan putri Hassa pernah melarikan diri ke Paris tahun 2016, setelah diduga memerintahkan pengawalnya untuk membunuh seorang pelukis yang juga dekorator. Metro dan Newscrunch memberitakan,anak perempuan raja Salman itu marah, pelukis itu memotrtnya dengan ponsel di apartemennya. Ed: ap/yf
Foto: newscrunch
8 foto1 | 8
Juga dihantui problem sosial
Sebagai sebuah negara, seperti negara-negara lain, Saudi tentu saja juga tidak luput dari berbagai masalah domestik dan problem sosial seperti kriminalitas, pengangguran, kemiskinan, kekerasan, iliterasi, dlsb. Itu lumrah. Tidak benar dan tidak valid, asumsi yang mengatakan bahwa Saudi adalah kawasan yang seratus persen damai, adem-ayem, subur-makmur tanpa kejahatan, zero kemiskinan, dan nir-kekerasan. Hanya para pemimpi dan penghayal saja yang mengatakan demikian.
Tetapi sekali lagi, masalah sosial-domestik ini adalah perkara wajar di berbagai negara bukan eksklusif Saudi saja. Pemerintah Saudi terus berusaha mengatasi berbagai masalah sosial-domestik ini. Misalnya, sejak beberapa dekade terakhir, pemerintah Saudi gencar melakukan berbagai program dan menerapkan aneka kebijakan untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran warganya, khususnya generasi muda, dengan menerapkan secara bertahab kebijakan / program Saudisasi agar memberi peluang kerja buat warga Saudi serta memangkas kuantitas kaum migran yang merebut pangsa pasar kerja domestik, khususnya di sektor swasta.
Pemerintah Saudi juga gencar memajukan kualitas pendidikan bagi warganya (baik laki-laki maupun perempuan) yang potensial dengan menggelontorkan banyak beasiswa untuk studi di luar negeri, khususnya di negara-negara Barat yang dinilai maju di dunia pendidikan-akademik, di berbagai disiplin keilmuan. Usai belajar, diharapkan mereka kembali ke Saudi untuk berkontribusi membangun negara agar menjadi lebih baik, maju, dan modern di segala bidang.
Berbagai upaya untuk menanggulangi aksi-aksi kekerasan dan tindakan kriminalitas domestik, termasuk "perang melawan teroris”, juga terus dikumandangkan oleh pemerintah Saudi untuk menciptakan kawasan yang aman dan stabil sehingga bisa melapangkan jalan bagi pembangunan ekonomi, perkembangan industri, dan kemajuan teknologi. Wallahu ‘alam bishawwab.
Penulis: Sumanto Al Qurtuby
Dosen Antropologi dan Direktur Scientific Research in Social Sciences, King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, serta Senior Scholar di National University of Singapore. Ia telah menulis lebih dari 17 buku dan ratusan karya akademik, baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis
Kehancuran Mekkah dan Madinah
Sejak menguasai dua kota suci, Mekkah dan Madinah, kerajaan al Saud secara sistematis menghancurkan berbagai situs bersejarah Islam. Langkah itu tidak cuma digerakkan oleh kepentingan bisnis haji, tapi juga keyakinan
Foto: picture-alliance/dpa/afp/Naamani
Ambisi Haji
Sejak jatuhnya harga minyak, pemerintah Arab Saudi ingin lebih cepat mengembangkan wisata Haji sebagai salah satu pondasi perekonomian. Salah satu proyek terbesar adalah perluasan Masjid al Haram di Mekkah dan pembangunan berbagai hotel berbintang di sekitarnya. Namun proyek tersebut bergulir dengan mengorbankan berbagai situs bersejarah dari era kelahiran Islam.
Foto: picture-alliance/dAP Photo/K. Mohammed
Makam Khadijah
Isteri pertama nabi Muhammad S.A.W, Khadijah binti Khuwaylid dimakamkan di kompleks pemakaman Jannatul Mualla di Mekkah. Namun tahun 1925, kompleks tersebut dibuat rata dengan tanah oleh Raja Ibn Saud. Termasuk yang menghilang adalah kubah yang menaungi makam Khadijah R.A.
Benteng Ayjad
Benteng yang tampak pada sisi kiri gambar dibangun tahun 1780 oleh kesultanan Utsmaniyah untuk melindungi Kabah dari serangan kelompok bandit yang kebanyakan berfaham Wahabi. Tahun 2002 kerajaan Arab Saudi menghancurkan benteng historis itu untuk membangun hotel berbintang lima, Mecca Royal Hotel Clock Tower. Langkah tersebut mengundang kecaman dunia. Namun Riyadh bergeming
Foto: public domain
Rumah Khadijah
Tidak cuma makam Khadijah yang dibuldozer kerajaan Arab Saudi, rumahnya yang terletak di dekat bukit Marwah juga lenyap pada saat perluasan Masjid al Haram. Kini lokasi tersebut diyakini telah menjadi toilet umum. Menurut catatan sejarah, nabi Muhammad tinggal selama lebih dari 20 tahun di rumah isteri pertamanya itu.
Foto: Fayez Nureldine/AFP/Getty Images
Maqbaratul Baqi'
Pemakaman historis ini antara lain menjadi pembaringan terakhir buat sejumlah keluarga nabi Muhammad dan juga khalifah ketiga, Uthman bin Affan. Kompleks pemakaman Al-Baqi' terutama dipercantik pada era kekhalifahan bani Umayyah. Tapi tahun 1926 raja Ibnu Saud memerintahkan pembongkaran musoleum dan makam, serta membuat kompleks al-Baqi' rata dengan tanah.
Foto: public domain
Petaka di Gunung Uhud
Termasuk makam yang dihancurkan adalah milik Hamza ibn ‘Abdul-Muttalib, paman nabi Muhammad yang meninggal dalam perang Uhud. Kompleks bersejarah di utara Mekkah itu kini dipagar. Pemerintah Arab Saudi juga menutup enam masjid di sekitar gunung Uhud, di mana nabi Muhammad diklaim pernah beribadah. Masjid ke tujuh, milik khalifah Abu Bakar as-Siddiq, dirubuhkan dan kini menjadi rumah ATM
Foto: Public Domain
Daftar Panjang
Daftar situs bersejarah Islam yang hancur oleh monarki Arab Saudi antara lain rumah kelahiran cucu nabi Muhammad, Hassan dan Hussein, makam Amina binti Wahab, ibu nabi Muhammad, kompleks makam Banu Hashim dan berbagai masjid atau makam yang dikhawatirkan bakal dijadikan tempat ziarah kaum Syiah.
Foto: Getty Images/AFP
Bayang-bayang Wahabisme
Penghancuran situs bersejarah Islam oleh kerajaan Arab Saudi tidak cuma digerakkan oleh motivasi bisnis semata, melainkan juga oleh faham Wahabisme yang melarang ziarah makam. Majelis Ulama Arab Saudi misalnya ikut berperan sebagai konsultan dalam berbagai proyek konstruksi di Mekkah dan Madinah.