Polisi federal Jerman menyatakan jumlah pengungsi anak-anak yang hilang di Jerman telah meningkat dua kali lipat sejak awal tahun ini. Sebagian besar anak-anak itu berusia antara 14-17 tahun.
Iklan
Kantor Polisi Kriminal Jerman menjelaskan hingga tanggal 1 Juli 2016, tercatat 8991 anak-anak pengungsi tanpa pendamping yang dilaporkan hilang.
Seperti dilansir harian Jerman "Neue Osnabrücker Zeitung" menunjukkan, jumlah migran yang tidak ada lagi kontak dengan pihak berwenang sudah lebih dua kali lipat lebih tinggi daripada tahun lalu, ketika pada Januari 2016, dinyatakan 4.749 pengungsi diketahui menghilang. Sebagian besar dari mereka yang menghilang berusia remaja, 867 dari mereka berusia di bawah 13 tahun.
Di tengah kekhawatiran bahwa para migran muda ini rentan menjadi korban geng-geng kriminal, BKA mengatakan tidak punya bukti nyata hal semacam itu terjadi dalam jumlah besar. "Dalam banyak kasus, tidak seperti anak-anak yang menghilang tanpa rencana, beberapa di antara mereka ingin mengunjungi orang tua mereka, saudara atau teman di kota-kota lain di Jerman atau bahkan negara-negara Eropa lainnya," kata seorang juru bicara polisi.
Otoritas kepolisian mengatakan ada kemungkinan kenaikan jumlah ini terjadi, karena dalam beberapa kasus anak-anak muda tersebut mendaftar lebih dari sekali ke pihak berwenang Jerman, misalnya setelah pindah ke daerah baru.
Polisi mengakui sulit untuk menjaga data penghitungan migran yang tiba karena banyak yang datang tanpa surat-surat identitas dan karena mereka mengeja nama dengan beberapa cara.
Pemeran Utama bagi Solusi Krisis Pengungsi
Krisis pengungsi di Eropa kini capai titik tergawat. Jerman dengan politik Pintu Terbuka dipuji sekaligus dikritik picu arus migran tak terkendali. Inilah aktor utama yang bisa jadi solusi krisis pengungsi Eropa.
Foto: DW/D. Cupolo
Angela Merkel, Jerman
Kanselir Jerman, Angela Merkel dipuji sekaligus dikritik tajam dalam krisis pengungsi. Kini arus pengungsi ke Jerman memang turun. Tapi itu bukan hasil politik Merkel, melainkan karena 10 negara lain sudah menutup pintu perbatasannya. Politik pintu terbuka Merkel dinilai bisa runtuhkan Uni Eropa, jika dalam waktu dekat tidak bisa tercapai kesepakatan politik bersama Eropa.
Foto: Reuters/F. Lenoir
Jean-Claude Jüncker, Uni Eropa
Presiden Komisi Eropa yang juga PM Luxemburg, Jean-Claude Jüncker menjadi sasaran kritik anggota Uni Eropa, karena ragu dan tidak tegas menangani krisis pengungsi. Informasi gelombang pengungsi yang siap masuk Eropa sudah diberikan dinas rahasia awal tahun silam. Tapi Uni Eropa tidak bertindak tepat dan biarkan krisis berlarut. Kini Jüncker harus mainkan peran kunci dalam KTT pengungsi.
Foto: Reuters/V. Kessler
Werner Faynmann, Austria
Kanselir Austria Werner Faymann adalah tokoh utama yang mengritik tajam kebijakan pintu terbuka Jerman yang sebelummya tidak dikonsultasikan matang dengan negara tetangga. Austria kewalahan terima serbuan pengungsi yang ingin masuk Jerman. Faynmann menggelar konferensi dengan 10 negara Balkan dan negara lain di rute pengungsi serta memaksa untuk penetapan batasan maksimal kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Alexis Tsipras, Yunani
Realita bahwa Yunani jadi korban utama kebijakan Jerman tak bisa ditutupi. Jutaan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara lainnya terus mengalir ke Yunani via Laut Tengah. PM Yunani Tsipras mengeluh, negaranya yang masih dirundung krisis berat, tanggung beban tak adil dalam krisis ini dan makin kewalahan tangani pengungsi. Yunani kini kirim balik sebagian pengungsi ke Turki.
Foto: Reuters/A.Konstantinidis
Ahmet Davutoglu, Turki
PM Turki Ahmet Davutoglu adalah tokoh utama lainnya dalam solusi krisis pengungsi. Uni Eropa sudah tegaskan, kerjasama dengan Turki adalah tema sentral. Tapi taruhannya amat tinggi. Turki dnjanjikan kompensasi 3 milyar Euro. Presiden Turki, Erdogan yang lebih berkuasa dibanding Davutoglu lecehkan janji bantuan Uni Eropa terlalu kecil. Ia juga ancam kirim gelombang tsunami pengungsi ke Eropa.
Foto: Reuters/U. Bektas
5 foto1 | 5
Angka melonjak
Pada bulan Februari 2016, lembaga polisi Eropa, Europol memperkirakan sedikitnya 10.000 anak-anak pengungsi hilang setelah tiba di Eropa. Baru-baru ini, menurut mereka, jumlahnya jauh lebih tinggi.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) memperingatkan bahwa dalam beberapa bulan yang lalu anak-anak dari zona konflik merupakan " kelompok paling rentan di antara para pengungsi." Mereka dikirim ke Eropa, dengan rencana untuk bergabung dengan orangtua mereka kemudian hari. Dalam perjalanan, mereka dicemaskan menjadi mangsa penjahat.
Tekanan pada pemerintah Jerman
Meskipun menerima banyak kritik, Jerman telah dipuji karena upayanya membantu anak-anak migran mengintegrasikan diri di negera ini.
Badan urusan Migrasi dan Pengungsi Jerman (BAMF) berharap jumlah pencari suaka akan jauh lebih sedikit pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2015.
"Kami sedang mempersiapkan diri menyambut 250.000 hingga 300.000 pengungsi tahun ini," ujar Frank-Juergen Weise, kepala kantor BAMF, kepada harian "Bild am Sonntag".
ap/vlz(bildamsonntag/afp/epd/kna)
Kenapa Indonesia Tidak Ramah Pengungsi?
Studi Amnesty International mengungkap sikap sebagian masyarakat Indonesia yang cendrung menolak keberadaan pengungsi. Untuk itu Amnesty menyodorkan lima pertanyaan seputar pengungsi. Inilah jawaban responden Indonesia:
Foto: Reuters/Beawiharta
Indonesia Terbawah
Cina menduduki peringat pertama dalam indeks keramahan terhadap pengungsi yang dirilis Amnesty International. Sementara Indonesia mendarat di posisi buncit bersama Thailand, Polandia dan Rusia. Indeks tersebut merangkum berbagai pertanyaan terkait keterbukaan sikap masyarakat terhadap keberadaan kaum terbuang di negeri dan lingkungannya.
Foto: Reuters/R. Bintang
Keterbukaan
Apakah orang yang melarikan diri dari perang dan presekusi boleh masuk ke negara Anda? Cuma sekitar 72% responden asal Indonesia bersedia menerima masuk pengungsi ke negaranya. Jumlah tersebut termasuk yang paling rendah di dunia. Spanyol dan Jerman misalnya mencatat skor 97%. Sebaliknya cuma 33% penduduk Rusia yang menerima kedatangan pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/D. Dilkoff
Hak Berlindung
Apakah pengungsi yang lari dari perang dan presekusi harus diberikan akses mendapat suaka di negeri lain? Sebanyak 73% penduduk Indonesia mendukung hak berlindung buat pengungsi. Jumlah tersebut serupa dengan rata-rata dunia. Sebaliknya di negeri jiran Thailand cuma 27% yang mengamini. Jerman dan Spanyol lagi-lagi berada di posisi teratas dengan skor 97%.
Foto: Reuters
Peran Pemerintah
Apakah pemerintah di negara Anda harus lebih banyak berbuat membantu pengungsi? Sebanyak 70% responden asal Indonesia mendukung peran pemerintah yang lebih aktif dalam membantu pengungsi. Sebaliknya dukungan paling rendah berasal dari Rusia (26%), Thailand (29%) dan India (41%)
Foto: Reuters/G. Moutafis
Pengungsi di Rumah Sendiri
Apakah Anda bersedia menampung pengungsi di rumah sendiri? Lagi-lagi Cina membuktikan diri sebagai bangsa yang ramah terhadap pengungsi dengan sekitar 46% responden mengaku siap menyediakan kamar bagi pengungsi di rumahnya sendiri. Sebaliknya tidak sampai 1% penduduk Indonesia yang bersedia melakukan hal tersebut. Skor serupa dicatat Rusia.
Foto: picture-alliance/dpa/M.Djurica
Realita
Hingga tahun lalu badan pengungsi PBB, UNHCR, mencatat terdapat sekitar 5277 pengungsi di Indonesia dan hingga 8000 pencari suaka. Kebanyakan adalah korban pelanggaran HAM di Myanmar, Afghanistan, Somalia, Iran dan Irak. Indonesia kerap menjadi stasiun sementara pengungsi yang ingin hijrah ke Australia.