1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sekjen NATO Rasmussen Kunjungi Kosovo

Dewi Gunawan-Ladener14 Agustus 2009

Dalam pembicaraannya, dibahas pula rencana memperkecil pasukan keamanan KFOR.

Sekjen baru NATO Anders Fogh Rasmussen dalam kunjungan kerja sehari ke Kosovo.Foto: AP

Yang terlihat pada negara termuda di Eropa itu adalah peningkatan rasa percaya diri di bidang politik. Bertepatan dengan kunjungan sekjen baru NATO Anders Fogh Rasmussen, presiden Kosovo Fatmir Sejdiu bahkan menyebut negaranya yang diguncang krisis, sebagai faktor stabilitas di masa depan. Dikatakannya: "Saya dapat membayangkan, bahwa suatu saat Kosovo akan mampu berpartisipasi dalam misi perdamaian NATO secara aktif. Tetapi itu baru dapat dibicarakan di masa depan."

Selama ini NATO mengawasi keamanan di Kosovo, tetapi tidak akan terlalu lama lagi. Satu setengah tahun setelah proklamasi kemerdekaan secara sepihak dari Serbia, nampak ada ketenangan, walau pun konflik sebenarnya masih membara. Serbia memang masih menolak untuk mengakui tetangganya yang memisahkan diri itu, tetapi sementara ini sudah menganggapnya sebagai masalah yang perlu diselesaikan lewat jalan diplomatik dan bukan lagi secara militer.

Tugas yang harus dijalankan ke 14.000 tentara NATO di Kosovo tidak banyak lagi. Kadang kala terdapat demonstrasi di Mitrovica, sebuah kota kecil di utara Kosovo, yang mayoritas penduduknya warga Serbia dan juga mendapat dukungan politik dari negara itu. Tetapi kehidupan bersama antara warga Kosovo yang berbahasa Albania dan warga minoritas Serbia mulai nampak. Setidaknya itu adalah harapan sekjen NATO, Rasmussen. Dia berjanji kepada pemerintah Kosovo untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan keamanan yang masih rapuh di wilayah itu.

Sampai akhir tahun ini sebanyak 4.000 dari seluruhnya 14.000 tentara akan ditarik. Dan tidak lama lagi, kiranya tentara NATO yang terakhir akan memadamkan lampu di markas lapangan di Kosovo. Sebab sementara ini Kosovo sudah memiliki pasukan keamanan sendiri. Negara yang terus diamati dengan kejengkelan oleh Serbia, kini sedang membangun angkatan bersenjatanya sendiri. Kosovo hendak mengembangkan diri dari negara penerima-bantuan untuk menjadi anggota NATO dan UE. Bagi Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen, hal itu diperlukan dan bukan hanya karena menyangkut Kosovo. Kata Rasmussen: "Itu akan mendatangkan stabilitas, keamanan dan juga kesejahteraan perkembangan, bila kita menjamin perspektif Euro-Atlantik bagi semua negara di kawasan ini."

Andreas Meyer-Feist / Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Asril Ridwan