Kecaman Sekjen PBB Antonio Guterres atas invasi Rusia disampaikan saat berpidato di Sidang Umum PBB pada Rabu (22/02). Dalam sidang tersebut, Kyiv mendorong sebuah resolusi untuk "perdamaian abadi" di Ukraina.
Iklan
Saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB pada Rabu (22/02), Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Tidak hanya menggambarkan invasi tersebut sebagai "penghinaan terhadap hati nurani kolektif kita”, Guterres juga mengatakan bahwa invasi tersebut merupakan pelanggaran terhadap piagam PBB dan hukum internasional.
"Seperti yang saya katakan sejak hari pertama, serangan Rusia ke Ukraina menantang prinsip dan nilai dari sistem multilateral kita,” katanya.
Linimasa Setahun Perang di Ukraina dalam Foto
Pada 24 Februari 2022 pagi, Rusia menginvasi Ukraina. Menurut PBB, ribuan tentara dan warga sipil telah tewas. Linimasa peristiwa mengejutkan terekam dalam foto-foto berikut ini.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP/Getty Images
Hari yang gelap bagi jutaan orang
Pada 24 Februari 2022 pagi, banyak warga Ukraina terbangun karena ledakan seperti ini di ibu kota, Kyiv. Rusia telah melancarkan invasi besar-besaran, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain sejak Perang Dunia II. Tak lama berselang, Ukraina mengumumkan darurat militer. Bangunan sipil menjadi sasaran dan kasus kematian pertama dilaporkan segera setelah itu.
Foto: Ukrainian President s Office/Zuma/imago images
Penembakan terus-menerus
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang "operasi militer khusus" dan mengatakan dia akan merebut wilayah timur Donetsk dan Luhansk. Penduduk kota Mariupol di Oblast Donetsk berlindung di ruang bawah tanah selama berminggu-minggu. Banyak yang mati di bawah reruntuhan. Serangan udara Rusia di teater, tempat ratusan orang berlindung pada Maret 2022, dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.
Foto: Nikolai Trishin/TASS/dpa/picture alliance
Eksodus massal
Perang di Ukraina telah menyebabkan pengungsian besar-besaran yang tak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 8 juta orang telah meninggalkan negara itu. Polandia sendiri telah menampung 1,5 juta orang, lebih banyak dari negara Uni Eropa lainnya. Jutaan orang, terutama dari timur dan selatan Ukraina, terpaksa mengungsi dari perang.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP
"Adegan" horor di Bucha
Hanya dalam beberapa minggu, tentara Ukraina berhasil mengusir pasukan militer Rusia dari daerah di utara dan timur laut negara itu. Rencana Rusia untuk mengepung ibu kota, Kyiv, gagal. Setelah wilayah dibebaskan, dugaan kekejaman Rusia menjadi jelas. Gambar warga sipil yang disiksa dan dibunuh di Bucha, dekat Kyiv, menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat melaporkan ada 461 kematian.
Foto: Carol Guzy/ZUMA PRESS/dpa/picture alliance
Kehancuran dan kematian di Kramatorsk
Jumlah korban sipil di Donbas meningkat pesat. Pejabat mengatakan kepada penduduk sipil untuk mundur ke daerah yang lebih aman, tetapi rudal Rusia juga menargetkan mereka saat berusaha melarikan diri, termasuk di Kramatorsk. Lebih dari 61 warga tewas dan 120 lainnya terluka di stasiun kereta api pada April 2022, di saat ribuan orang berharap bisa menyelamatkan diri.
Selama serangan udara Rusia, jutaan orang Ukraina mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan. Bagi orang-orang yang dekat dengan garis depan dalam jangkauan artileri, ruang bawah tanah telah menjadi rumah kedua. Di Kyiv (seperti yang terlihat di atas) dan Kharkiv, stasiun kereta bawah tanah menjadi tempat berlindung yang aman.
Foto: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
Risiko nuklir tinggi di Zaporizhzhia
Pada minggu-minggu pertama setelah invasi, Rusia menduduki sebagian besar wilayah selatan dan timur Ukraina, termasuk dekat Kyiv. Pertempuran meluas ke lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di tenggara, yang sejak saat itu berada di bawah kendali Rusia. Badan Energi Atom Internasional mengirim para ahli ke PLTN tersebut dan menyerukan zona aman di sekitar area itu.
Foto: Str./AFP/Getty Images
Jumlah korban tewas tidak jelas
Jumlah pasti korban tewas akibat perang masih belum jelas. Menurut PBB, setidaknya 7.200 warga sipil telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, bahkan jumlah yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Jumlah pasti tentara Ukraina yang tewas juga tidak pasti. Pada Desember 2022, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak memperkirakan jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Foto: Raphael Lafargue/abaca/picture alliance
Kiriman senjata dari Barat untuk Ukraina
Pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina telah menjadi topik hangat sejak awal perang, tetapi mulanya Kyiv hanya menerima sedikit. Peluncur roket HIMARS buatan AS benar-benar membantu pertahanan. Mereka telah mengizinkan militer Ukraina untuk menghentikan pasokan amunisi ke artileri Rusia dan kemungkinan besar juga berkontribusi pada keberhasilan serangan balik Ukraina.
Foto: James Lefty Larimer/US Army/Zuma Wire/IMAGO
Harapan bisa segera masuk Uni Eropa
Pesan video harian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, di mana dia melaporkan kondisi negara dan perang yang sedang berlangsung, dilihat oleh jutaan orang. Zelenskyy tidak hanya mampu menyatukan penduduk negaranya, tetapi juga mendapatkan dukungan Barat. Integrasi Eropa telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya dan Ukraina sekarang berada di jalur menuju keanggotaan Uni Eropa. (ha/hp)
Foto: Kenzo Tribouillard/AFP
10 foto1 | 10
Guterres juga menyinggung tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia.
"Kami telah mendengar ada ancaman implisit terkait penggunaan senjata nuklir. Apa yang disebut sebagai penggunaan senjata nuklir taktis sama sekali tidak dapat diterima. Sekarang waktu yang tepat untuk mundur dari tindakan tersebut,” tambahnya.
Menanti sikap PBB tentang invasi Rusia
Pidato Guterres tersebut disampaikan menjelang pemungutan suara atas resolusi yang didukung Kyiv terkait seruan "perdamaian adil dan abadi” di Ukraina.
Draf resolusi tersebut menegaskan kembali "komitmen PBB atas kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas wilayah Ukraina.” Draf resolusi itu juga menuntut Rusia untuk "segera, sepenuhnya, dan tanpa syarat menarik semua pasukan militernya dari wilayah Ukraina.”
Pemungutan suara atas resolusi tersebut kemungkinan besar berlangsung pada Kamis (23/02).
Iklan
Apa respons Rusia?
Rusia telah menyampaikan penolakan atas draf resolusi tersebut. Mereka menyebut resolusi itu "tidak seimbang dan anti-Rusia,” dan mendesak Majelis Umum PBB untuk memilih tidak dalam pemungutan suara.
Dalam argumennya, Moskow mengatakan bahwa mereka tengah melawan sesuatu yang mereka sebut sebagai "perang proksi” dengan Barat, mengacu pada negara-negara Barat yang menyuplai senjata untuk Ukraina dan menjatuhkan sanksi atas Rusia.
"Barat telah… dengan berani mengabaikan kekhawatiran kami dan terus mendekatkan insfrastruktur militer NATO ke perbatasan kami,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzya di hadapan Majelis Umum PBB.
"Mereka siap menjerumuskan seluruh dunia ke jurang perang,” tambah Nebenzya.
Nebenzya mengaku bahwa Rusia "tidak punya pilihan lain” selain meluncurkan apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus” di Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.
Seruan pengadilan khusus untuk kejahatan agresi Rusia
Menjelang Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (23/02), ibu negara Ukraina Olena Zelenska, juga menyerukan adanya sebuah pengadilan internasional untuk mengadili Rusia.
Hal tersebut ia sampaikan melalui sebuah video di hadapan para diplomat top global.
Warga Ukraina telah terbunuh selama setahun penuh di depan mata dunia, "di kota, desa, apartemen, rumah sakit, dan gedung teater,” katanya dalam video tersebut.
"Saya rasa Anda akan setuju … terlepas dari apa negara dan kebangsaan kami, kami berhak untuk tidak dibunuh di rumah kami sendiri,” tambahnya.
Zelenska meminta PBB untuk membentuk sebuah pengadilan khusus atas kejahatan agresi Rusia.