1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Pendidikan

Sekolah di Jerman Dianjurkan untuk Mulai Dibuka Kembali

14 April 2020

Jerman dapat mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan kegiatan sosial di tengah wabah corona. Ilmuwan menganjurkan sekolah-sekolah untuk kembali dibuka.

Ruang kelas yang kosong setelah kebijakan pematasan - wabah corona di jerman
Foto: picture-alliance/dpa/K. Nietfeld

Akademi Ilmu Pengetahuan Jerman, Leopoldina, mengatakan pemerintah dapat mulai membuka kembali beberapa sekolah dasar dan menengah sambil memperhatikan aturan kebersihan untuk membantu membatasi penyebaran virus corona jenis baru.

Akademi sains Leopoldina yang cukup disegani di Jerman mengatakan pada hari Senin (13/04) bahwa pembukaan kembali sekolah-sekolah dapat membantu menormalkan kembali kegiatan publik.

Namun akademi ini juga memperingatkan bahwa tingkat infeksi baru perlu dijaga agar tetap berada pada level yang dapat dikontrol. Akademi yang berbasis di kota Halle ini juga mengatakan bahwa pemerintah harus mewajibkan penggunaan masker di tempat tertentu.

“Pembukaan kembali lembaga pendidikan harus dilakukan sesegera mungkin, selangkah demi selangkah dan dibedakan berdasarkan tingkatannya,” tulis Leopoldina dalam pernyataan mereka. Laporan dari lembaga tersebut telah digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dan diskusi antara pemerintah federal dan negara-negara bagian di Jerman tentang pelonggaran pembatasan kontak dan aktivitas.

Sebagai informasi, Jerman tidak mengenal sistem sekolah di rumah atau homeschooling sehingga semua anak usia sekolah wajib belajar di sekolah-sekolah.

Selain itu, akademi ini juga menyarankan pemerintah agar secara bertahap mengembalikan aktivitas normal dengan mengatakan bahwa toko-toko, restoran dan kantor pemerintahan dapat dibuka kembali. Namun demikian, perjalanan pribadi dan bisnis serta sebagian besar acara publik masih harus dipulihkan secara bertahap.

Prasyarat untuk kelonggaran pembatasan

Leopoldina menuliskan bahwa prasyarat untuk melonggarkan pembatasan adalah bahwa infeksi baru harus stabil pada tingkat rendah, sistem kesehatan tidak kelebihan beban, serta orang-orang yang terinfeksi dapat diidentifikasi sambil mengamati langkah-langkah perlindungan.

Para peneliti di Leopoldina juga merekomendasikan diwajibkannya penggunaan masker dalam kasus-kasus tertentu. “Memakai perlindungan mulut-hidung harus dijadikan langkah tambahan di area-area tertentu, seperti dalam angkutan umum.”

Lembaga ini juga mendukung penggunaan data ponsel secara sukarela untuk mendapatkan gambaran lebih akurat tentang potensi penyebaran virus corona.

Sedangkan di bidang ekonomi, para ahli memperingatkan pentingnya keterlibatan pemerintah untuk menyelamatkan dunia usaha. Bantuan ini hanya boleh diberikan dalam “keadaan sangat darurat.” Dalam jangka menengah, mereka percaya bahwa stimulus pemerintah diperlukan untuk merangsang ekonomi. Stimulus ini bisa berupa keringanan pajak atau investasi publik.

Di tingkat Uni Eropa, Leopoldina menggarisbawahi bahwa krisis harus dihadapi dengan solidaritas Uni Eropa yang bisa berbentuk penjaminan likuiditas dari Bank Sentral Eropa, maupun dukungan finansial dari anggaran UE dan Bank Investasi Eropa.

Tingkat kepatuhan warga tinggi

Pada hari Rabu (15/04) Kanselir Jerman Angela Merkel bersama pemerintah negara bagian, yang bertanggung jawab dalam menegakkan aturan terkait pembatasan, akan membahas langkah yang akan diambil oleh Jerman setelah tanggal 19 April.

Pada 22 Maret lalu, pemerintah telah memutuskan pembatasan kebebasan pergerakan secara komprehensif. Pembatasan ini pada awalnya direncanakan berlangsung selama dua minggu tetapi diperpanjang hingga 19 April.

Warga Jerman dilaporkan memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap pembatasan. Dari survei kantor berita dpa, 78 persen responden mengatakan mereka mematuhi pembatasan secara penuh, 18 persen mematuhi sebagian, hanya 2 persen yang tidak mematuhi sama sekali. ae/yf (dpa, reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait