1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Siswa di Jerman Bergulat dengan Cuaca Panas dan Masker

13 Agustus 2020

Sekolah-sekolah telah dibuka kembali di Jerman. Di negara bagian Nordrhein Westfalen, seluruh siswa diwajibkan mengenakan masker di sekolah, sebuah aturan yang tidak semua orang anggap baik.

Coronavirus | Bonn | Sekolah dibuka kembali di Nordrhein-Westfalen
Sekolah dibuka kembali di Nordrhein-Westfalen (NRW). Para siswa wajib mengenakan masker.Foto: DW/P. Hille

Ini adalah hari pertama Christopher Niiaddysai di sekolah barunya. Anak berusia 15 tahun itu kini berada di kelas 11. Para guru sekarang harus memperlakukannya layaknya orang dewasa, dan dalam dua tahun, jika semua berjalan lancar, dia bisa mengikuti ujian kelulusan sekolah. Saat dia dan kedua temannya berjalan menuju gerbang sekolah mereka di Bonn, raut wajah mereka memancarkan harapan besar. Trotoar di sekeliling mereka tampak masih berkilauan akibat badai semalaman dan musim panas yang sudah tiba.

Niiaddysai berhenti sejenak di depan gerbang untuk mengenakan masker putih. Seperti teman-temannya, dia akan memakainya sepanjang hari. Semua siswa sekolah menengah di negara bagian barat Nordrhein Westfalen (NRW) – total sekitar 2 juta siswa – harus mengenakan masker di halaman sekolah, saat pelajaran, bahkan di lorong sekolah. Semuanya dilakukan untuk meredam penyebaran virus corona.

Christopher Niiaddysai (kanan) dalam perjalanan ke sekolah.Foto: DW/P. Hille

Pakai masker sepanjang hari

“Ini mengganggu,” kata Niiaddysai merujuk pada masker yang ia gunakan. “Saya sulit bernapas. Ini juga membuat sulit untuk belajar, sulit untuk berkonsentrasi,” tambahnya.

Masker akan tetap menjadi kewajiban setidaknya hingga akhir bulan. Dia dan banyak siswa lainnya berharap setidaknya mereka bisa melepaskannya selama pelajaran berlangsung. 

Amelie Gerhardt, siswi lain yang kini berusia 16 tahun berkata, “Saya bisa hidup dengan harus memakai masker di halaman. Tapi jauh lebih menyenangkan jika kita bisa membalas senyum kepada orang lain, bisa melihat satu sama lain ketika berbicara.” Hal terpenting adalah menjaga jarak, kata Gerhardt. Sebelum masuk lebih jauh ke dalam area sekolah, dia membersihkan tangannya dengan cairan disinfektan.

Di dalam sekolah, Kepala Sekolah Ursula Dreeser menjelaskan langkah-langkah pencegahan yang ia ambil bersama rekan-rekannya. Di antaranya, pintu masuk yang berbeda untuk kelas yang berbeda, membuka jendela secara teratur, dan menjaga jarak di seluruh area sekolah dan halaman.

Keputusan pemerintah negara bagian untuk mewajibkan masker baru muncul beberapa hari yang lalu. NRW adalah satu-satunya dari total 16 negara bagian di Jerman yang memberlakukan aturan tersebut. Dreeser pun mengaku terkejut. “Saya kaget soalnya saya tidak bisa membayangkan orang-orang harus menanggungnya,” katanya kepada DW. "Orang-orang mungkin harus naik bus atau kereta api dengan mengenakan masker, mungkin sempat melepasnya sebentar di antara halte bus dan sekolah, lalu dipasang lagi untuk sisa hari itu,” tambahnya.

Kepala sekolah Ursula Dreeser masih belum bisa menjelaskan apa pengaruh masker pada proses belajar mengajar.Foto: DW/P. Hille

Mengandalkan masker

Dreeser menambahkan bahwa masih belum jelas apa pengaruh masker terhadap kemampuan belajar siswa. “Anda merasa panas dan berkeringat dan mungkin membuat suasana hati Anda buruk. Di sisi lain, kita tidak tahu apa yang benar. Dan perlindungan lebih daripada infeksi,” ujarnya. Dreeser pun menegaskan bahwa dia akan memberlakukan aturan pemakaian masker. Menteri pendidikan negara telah menerapkan hukuman keras bagi orang-orang yang menolak memakai masker: mulai dari pengusiran.

Dreeser pun keluar untuk menyapa siswanya, apa pun untuk mengembalikan sedikit normalitas.

Beberapa kilometer di sekolah menengah lain, seorang guru matematika Stephen Grothe membagikan lembar latihan kepada siswa kelas 6, berisi soal-soal pembagian: 384 dibagi 4, 882 dibagi 7, 975 dibagi 5. Masih banyak lagi daftar latihan panjang yang ada di meja Grothe. “Mungkin kalian tidak melakukan banyak latihan pengurangan dan pembagian selama liburan,” kata Grothe, sambil berjalan mondar-mandir melewati siswanya yang mengenakan masker.

Guru matematika Stephan Grothe mengatakan tidak ada pilihan lain selain memakai masker.Foto: DW/P. Hille

Menebak siapa di balik masker?

Kepada DW, Grothe mengakui bahwa masker membatasi murid-muridnya. “Ini tantangan bagi semua yang terlibat,” katanya. “Tapi saya tidak bisa melihat pilihan lain. Ini untuk kesehatan semua orang dan ada bukti ilmiah bahwa itu efektif dan masuk akal.”

Grothe mengakui tidak ada alasan baginya untuk melonggarkan aturan tersebut, terutama mengingat adanya peningkatan kasus infeksi baru-baru ini. Dia mengakui bahwa sejak para siswa kembali dari liburan, terkadang butuh beberapa detik baginya untuk mengenali siapa yang berada di balik masker yang dikenakan murid-muridnya. Di momen yang sama, para siswa terlihat serius mengerjakan soal matematika yang diberikan. 

Sinar matahari mulai masuk melalui jendela dan suhu perlahan naik. Jika suhu lebih tinggi dari 27 derajat Celcius, anak-anak diperbolehkan pulang.

Mengerjakan soal matematika dengan mengenakan masker

Meski harus mengenakan masker, banyak siswa yang senang bisa kembali ke sekolah. Sekolah sebelumnya telah ditutup selama beberapa bulan sebelum liburan dan belajar dilakukan dari rumah. “Saya senang bisa duduk di samping teman saya lagi,” kata Rosa Holzwarth (11 tahun). Dia memakai masker berwarna biru pucat tapi mengatakan tidak terlalu suka memakainya.

Santara Corine, teman Rosa yang duduk di sampingnya juga mengatakan hal serupa. Santara tinggal 15 kilometer jauhnya di negara bagian Rhineland-Palatinate. “Saya bersekolah di sini jadi saya harus memakai masker sepanjang hari. Padahal tetangga saya tidak diwajibkan (memakai masker). Ini menjengkelkan, membuat Anda jadi berharap sekolah di sana saja,” ujarnya.

Rosa dan Corine yang berusia 11 tahun mengaku senang bisa kembali ke sekolah, meskipun keduanya tidak suka memakai masker.Foto: DW/P. Hille

Aturan atau pengecualian?

Langkah-langkah yang diambil untuk memerangi virus corona berbeda-beda dari satu negara bagian ke negara bagian dan sekolah ke sekolah. Beberapa sekolah telah memberlakukan sistem satu arah agar siswa tidak harus saling berpapasan satu sama lain. Yang lain mencoba mengadakan pelajaran sebanyak mungkin di luar ruangan.

Christopher Niiaddysai dan teman-temannya dari kelas 11 terlihat berkumpul di sekitar pohon linden tua di halaman sekolah. Tiga guru baru saja menyambut siswa baru dengan membentuk setengah lingkaran di sekeliling mereka. Para guru kemudian menjelaskan aturan penggunaan masker di sekolah. Jika jarak ke orang berikutnya cukup jauh, tidak apa-apa melepas masker. Christopher Niiaddysai tidak perlu diberi tahu dua kali. Ia mundur beberapa langkah, kemudian melepas masker dari wajahnya dan menarik napas dalam-dalam. Siapa yang tahu kapan lagi dia akan mendapatkan kesempatan melepas masker berikutnya? (Ed:gtp/rap)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait