Beberapa pelatih menetapkan larangan berhubungan seks bagi para pemain pada turnamen penting. Hingga kini, masih banyak yang percaya bahwa dengan abstain, performa di lapangan hijau akan lebih baik.
Iklan
Ini bukan bahan diskusi baru. Namun, hubungan antara seks dan performa pemain sepak bola kembali menjadi perbincangan setelah pelatih timnas Meksiko Miguel Herrera mengatakan kepada harian Reforma bulan lalu, ia mengharapkan semua pemainnya tidak melakukan hubungan seks saat berada di Brasil untuk mengikuti turnamen Piala Dunia 2014.
Pernyataaan Herrera menyebabkan perdebatan besar di media. Ia lalu mengklarifikasi, bahwa ia tidak melarang seks sama sekali, dan hanya meminta pemainnya untuk tidak 'bersikap berlebihan'. Kurang lebih sama dengan tuntutan pelatih Brasil Luis Felipe Scolari, yang memperingatkan pemainnya untuk tidak melakukan gerakan 'akrobat' di tempat tidur. Lain lagi dengan pemain bintang Carlos 'El Pibe' Valderrama. Ia secara blak-blakan mengatakan, timnya bisa berprestasi lebih baik saat Piala Dunia 1990, jika saja para pemainnya tidak dipaksa untuk abstain.
Sperma seperti doping?
Teori yang menghubungkan seks dengan performa atletik berasal dari jaman Yunani Kuno yang percaya akan pentingnya untuk menahan sperma pria agar tetap agresif saat bertarung di arena. Namun, hanya ada sedikit bukti ilmiah yang mendukung teori, bahwa sikap abstain punya pengaruh seperti pemicu prestasi.
10 Pemain Siap Bersinar di Brasil
Ronaldo dan Messi cukup menjual untuk membuat Piala Dunia 2014 salah satu turnamen terbaik di dunia, tapi ada 10 permata tersembunyi yang tidak akan menyia-nyiakan momen ini untuk menunjukkan talenta mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Kwadwo Asamoah (Ghana)
Juventus berjuang di berbagai front untuk merebut lebih banyak trofi musim ini – dan Asamoah berperan penting. Meski sudah membela Ghana dalam 60 laga, pemain berusia 25 tahun ini melejit ke level baru musim ini setelah bersinar sebagai bek sayap kiri ketimbang posisi sebelumnya. Apabila Ghana mengulang prestasi tahun 2010, Asamoah akan memegang kunci.
Foto: Marco Bertorello/AFP/Getty Images
Paul Pogba (Perancis)
Sir Alex Ferguson jarang menyebut nama Pogba. Atas keputusan Fergie-lah sang pemain muda Perancis bergabung dengan Juventus dan muncul sebagai salah satu trisula lini tengah terbaik. Menang Piala Dunia U-20 dan delapan laga bersama timnas Perancis meningkatkan reputasi Il Polpo Paul. Pogba menjadi secercah kualitas bagi Les Blues sepanjang kualifikasi.
Foto: Marco Bertorello/AFP/Getty Images
Adam Lallana (Inggris)
Tanpa memandang diri sebagai favorit juara di Brasil, kamp Inggris tetap punya keyakinan. Adam Lallana mencerminkan keyakinan ini setelah melewati musim cemerlang bersama Southampton. Ketenangan dan keanggunannya mengatasi bola sebagai playmaker lini tengah membawanya menerobos timnas pada musim 2013-14.
Foto: Getty Images
Miralem Pjanic (Bosnia dan Herzegovina)
Sang konduktor orkestra, menurut media Italia, Miralem Pjanic krusial bagi AS Roma. Mereka telah berbuat banyak pada Serie A di bawah asuhan Rudi Garcia, dan kemungkinan besar merayakan Scudetto kalau bukan karena dominasi Juventus. Pjanic adalah seorang playmaker sejati: fasih mengoper, visi yang luas dan mampu mengontrol arus dan tempo di lini tengah.
Foto: Getty Images
Yoichiro Kakitani (Jepang)
Kakitani menjadi satu nama lagi dari ban berjalan gelandang serang Jepang. Kemampuannya mirip mantan pemain BVB Kagawa atau Keisuke Honda: cepat, dinamis, tangkas berpikir dan mengoper. Sementara bermain untuk Cerezo Osaka, pemain berusia 24 tahun ini akan berusaha menambah koleksi caps pada Piala Dunia Brasil dan terus melambungkan Samurai Blue.
Foto: Getty Images
Kevin de Bruyne (Belgia)
Bagian dari ‘generasi emas’ Belgia, Kevin de Bruyne, bisa dibilang paling mencolok. Debut menawan di Bundesliga bersama Werder Bremen berujung pada transfer ke Wolfsburg yang haus posisi di Liga Champions. Pemain 23 tahun ini berkembang di sayap kanan, sesuai dengan posisi yang diberikan pelatih timnas Belgia Marc Wilmots.
Foto: Getty Images
Lucas Moura (Brasil)
Pemain sayap yang satu ini sudah beberapa tahun membela Brasil, meski baru berusia 21 tahun. Kini sosok penting bagi juara klub Perancis PSG, Moura adalah salah satu penyerang Brasil yang ingin merebut posisi dalam pool akhir Scolari. Ia masih harus membuktikan harga transfernya, namun kalau Moura sedang panas, bakatnya tak diragukan lagi.
Foto: picture-alliance/dpa
James Rodriguez (Kolombia)
Setiap mata mencermati Kolombia. Timnas Amerika Selatan ini melaju menuju Piala Dunia dan berada di atas angin. Bintang Monako, Rodriguez, mengambil alih beban dari Radamel Falcao yang cedera sepanjang musim. Pemain berusia 22 tahun ini memiliki kualitas playmaker cemerlang dan mengantongi banyak assist. Ia bisa dibilang bakat muda paling bersinar dari Kolombia.
Foto: Getty Images
Eduardo Vargas (Chile)
Fans Jerman menyaksikan sepak terjang Vargas saat laga persahabatan yang didominasi Chile di Stuttgart. Vargas yang tengah dipinjamkan ke Valencia menjadi salah satu andalan timnas Chile yang flamboyan dan agresif di lini depan. Vargas akan kembali ke Napoli musim depan, namun Piala Dunia mungkin membuka jendela baru bagi penyerang 24 tahun ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Jordy Clasie (Belanda)
Bakat alamiah pemain Feyenoord yang satu ini berhasil menutupi kekurangannya pada tinggi badan. Di lini tengah ia menjadi jangkar bagi klubnya yang tengah berjaya di Eredivisie dan sudah mulai menancapkan diri dalam susunan timnas Belanda. Tak lama lagi Clasie meraih tonggak 100 laga untuk Rotterdam pada usia 22 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Studi yang dipublikasi di Journal of Sports Medicine and Physical Fitness tahun 1995 mengatakan, performa pada tes treadmill tidak terpengaruh oleh hubungan seks yang dilakukan 12 jam sebelumnya. Para pakar sepakat, bersetubuh tidak terlalu melelahkan bagi manusia sehat.
Tahun 2013, para peneliti dari University of Montreal menemukan, rata-rata pria membakar 100 kalori saat berhubungan seks atau sama dengan 20 menit berkebun. Dan memang, bagi banyak atlet justru bercinta sebelum pertandingan penting bisa mengurangi stres dan membuat tidur lebih lelap sehingga saat bangun tubuh menjadi lebih bugar.
Hanya atlet pria
Banyak tim-tim Eropa termasuk Jerman dan Spanyol menerapkan larangan seks yang ketat di malam sebelum pertandingan. Para istri dan kekasih hanya boleh berkunjung ke hotel di hari-hari tanpa jadwal pertandingan.
Ada juga pendapat, bahwa masalah seks yang diperdebatkan mencerminkan seksisme dan kurangnya sikap dewasa pada atlet pria. Demikian Pamela Peeke, mantan atlet yang juga bekerja sebagai penasehat medis tim basket NBA Washington Wizards. Perempuan juga memproduksi testoteron, namun tingkatannya jauh lebih rendah dari pria. Tidak ada yang mempermasalahkan apakah atlet perempuan berhubungan seks atau tidak sebelum bertanding. "Ada semacam asumsi umum, bahwa pria tidak bisa 'menahan' diri", tandas Peeke.