RS di Suriah Hadapi Serangan Sistematis Selama Perang
Lewis Sanders IV | Brigitta Schülke-Gill
10 Maret 2021
Rumah sakit di Suriah telah diserang secara sistematis selama perang saudara yang telah berlangsung 10 tahun. Ini merupakan strategi untuk melumpuhkan fasilitas medis di daerah yang dikuasai pemberontak.
Iklan
Rumah Sakit Gua Kafr Zita sengaja dibangun di lereng gunung, dengan harapan bisa lolos dari serangan udara. Fasilitas medis itu didirikan pada 2015, lokasinya jauh dari fasilitas militer dan daerah pemukiman di utara kota Hama, kota terbesar keempat di Suriah.
Berada di lokasi yang tak mudah dijangkau, dimaksudkan untuk memastikan kelangsungan layanan medis bagi warga sipil setelah sejumlah rumah sakit utama dihancurkan. Namun, fasilitas medis yang terletak di gua tersebut juga beberapa kali diserang sampai pada akhirnya para pemberontak bisa diusir dari daerah itu.
Awal bulan ini, rumah sakit itu benar-benar dihancurkan oleh pasukan Rusia. Pemberitaan media Rusia melaporkan, tindakan itu bertujuan untuk mencegah teroris memanfaatkan fasilitas medis.
Tetapi kelompok kemanusiaan, seperti Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, menganggapnya sebagai upaya untuk menghilangkan bukti bahwa rumah sakit telah diserang beberapa kali selama enam tahun terakhir.
"Pemerintah Rusia bertujuan ... untuk menghapus konsekuensi mengerikan dan bukti kekejaman serta kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Rusia dalam pemboman biadab mereka di rumah sakit ini," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Rumah Sakit Gua Kafr Zita bukan satu-satunya fasilitas medis yang diserang selama konflik bersenjata berlangsung di Suriah.
Idlib Hadapi Bencana Kemanusiaan
Pasukan Suriah yang disokong Rusia lancarkan pemboman kawasan Idlib, Suriah. Aliran pengungsi kini bergerak ke perbatasan Turki. PBB peringatkan kemungkinan terjadinya "pertumpahan darah."
Foto: picture-alliance/AA/E. Hacioglu
Melarikan diri
Jalan-jalan dipenuhi kendaraan yang bergerak dari kawasan Idlib di Suriah Utara menuju perbatasan Turki. Pasukan rezim Assad maju dari selatan dan timur, disokong sekutu Rusia dan Iran. Sebagian kelompok pemberontak didukung Turki, yang juga menempatkan serdadunya di daerah itu.
Foto: Reuters7K. Ashawi
"Kengerian berlipat ganda"
Hampir satu juta orang sudah berada di pengungsian sejak Desember. Menurut petugas urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, "kengerian sudah berlipat ganda" dalam dua pekan belakangan ini. Pertempuran semakin sengit dalam beberapa hari terakhir. Tentara Presiden Assad desak warga keluar dari provinsi Idlib dalam upaya menguasai daerah terakhir yang masih di tangan pemberontak.
Foto: Reuters/K. Ashawi
Dibom hingga luluh lantak
Maaret al Numan dan daerah sekitarnya jadi kawasan yang paling didera serangan. Kota itu dibom hingga luluh lantak dan ditinggalkan penduduknya. Jalan bebas hambatan M5 dari Damaskus menuju perbatasan dengan Turki melewati kawasan ini dan Aleppo. Para pengungsi berusaha mencapai perbatasan, tapi perbatasan sudah ditutup.
Foto: picture-alliance/AA/M. Said
Menunggu di perbatasan
Sekitar 100 orang, di antaranya 35 anak, tewas dalam paruh pertama Februari saja. Demikian keterangan PBB, yang juga mengatakan bahwa keselamatan warga sipil dengan sengaja tidak dipedulikan. Keluarga ini lari ke perbatasan dengan Turki beberapa bulan lalu. Mereka tinggal di kamp pengungsi Kafr Lusin, dengan harapan Turki akan membiarkan mereka masuk.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
500.000 anak menderita
Dari sekitar satu juta orang yang melarikan diri, diperkirakan separuhnya anak-anak. Dan sebagian besar dari separuh lainnya perempuan. Di dekat perbatasan tidak cukup banyak gubug untuk menampung mereka, sehingga sebagian tinggal di tenda-tenda. Orang-orang tidur hanya beralas karton, kadang dalam suhu di bawah nol.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Hanya sedikit makanan dan obat-obatan
Yang memiliki tenda biasanya tinggal di sana bersama lusinan anggota keluarga. Di banyak kamp pengungsi obat-obatan tidak ada lagi, sementara makanan dan pakaian sudah semakin berkurang. Menurut dokter yang bertugas, anak-anak menderita kekurangan makanan, dan sebagian bahkan terancam mati kelaparan. Sebagian orang sudah mati kedinginan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Mengungsi di sekolah
Banyak anak di daerah itu tidak bisa bersekolah lagi. Jadi banyak bangunan sekolah sudah dialihfungsikan. Kadang, bahkan kamp pengungsi jadi sasaran pemboman.
Foto: Getty Images/B. Kara
Berusaha selamat
Jika ingin menyeberangi perbatasan lewat rute ilegal, orang harus membayar mahal. Tidak semua orang bisa membayar. Penyelundup manusia meminta uang sekitar 29 juta Rupiah. Dan mereka yang nekad mempertaruhkan nyawa, karena penjaga perbatasan Turki memiliki kamera pencitraan termal yang bisa membantu mereka melacak pengungsi yang berusaha melintasi perbatasan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Ingin hidup yang bermartabat
Menurut PBB, situasi di Idlib bisa jadi bencana kemanusiaan terbesar di abad ke-21. Tidak ada yang tahu apakan akan ada gencatan senjata. Sementara bagi para pengungsi, siapa yang yang mengakhiri perang tidak terlalu penting. Mereka memerlukan keamanan, dan ingin hidup secara terhormat, juga untuk anak-anak mereka. (Ed.: ml/ap)
Foto: Getty Images/B. Kara
9 foto1 | 9
Kampanye 'disengaja' oleh Rusia
Berdasarkan data yang diterima DW dari Arsip Suriah, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengkurasi dokumentasi visual pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik Suriah, menunjukkan bahwa rumah-rumah sakit di seluruh Suriah telah menjadi sasaran serangan lebih dari 400 kali selama satu dekade terakhir. Lebih dari 90% dokumentasi serangan terhadap rumah sakit memiliki karakteristik penargetan yang disengaja.
Selain itu, penghancuran fasilitas medis telah menjadi bagian dari kampanye strategis rezim Suriah dan pasukan Rusia di wilayah yang dikuasai pemberontak, demikian menurut Arsip Suriah.
Dalam laporan tersebut pihak-pihak yang terlibat diidentifikasi sebagai "pelaku utama" dari serangkaian serangan, termasuk serangan udara, bom barel, dan penembakan artileri.
"Basis data ini sangat penting untuk memastikan bahwa kami menunjukkan niat, dampak, dan strategi serangan terhadap fasilitas medis," kata Hadi al Khatib, pendiri dan Direktur Arsip Suriah kepada DW.
"Mayoritas serangan ini dan mayoritas pola ini terjadi antara pasukan Suriah dan Rusia."
Kementerian Pertahanan Rusia dan Kedutaan Besar Suriah di Berlin tidak menanggapi permintaan komentar sebelum ada publikasi resmi. Namun, otoritas Rusia dan Suriah secara konsisten membantah keterlibatan mereka dalam serangan semacam itu.
Iklan
Beban pembuktian
Libby McAvoy, seorang petugas urusan hukum yang terlibat dalam proyek tersebut menegaskan, data itu diorganisir secara terarah, dengan mempertimbangkan hukum internasional.
Setidaknya 216 serangan adalah serangan berulang terhadap fasilitas medis, yang jumlahnya hampir setengah dari yang didokumentasikan. Data mengenai serangan berulang dapat digunakan sebagai indikator penargetan yang disengaja, yang dianggap sebagai kejahatan perang menurut hukum internasional.
McAvoy berharap materi yang dikumpulkan bersama rekan-rekannya suatu hari nanti dapat digunakan oleh tim hukum dan penyelidik untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku.
Namun tantangan tetap ada. Meskipun data telah disiapkan untuk digunakan dalam kerangka gugatan hukum, setiap upaya untuk meminta pertanggungjawaban pelaku akan membutuhkan lebih dari sekedar dokumentasi visual.
"Video hanya bisa diklaim sebagai salah satu bagian dari gambar puzzle," kata McAvoy. "Tetapi karena konflik Suriah didokumentasikan dengan baik, itu menjadi bagian penting dari gambaran keseluruhan."
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Fasilitas medis selalu jadi sasaran utama
Para pengamat meyakini bahwa pada akhirnya rezim Suriah, yang didukung oleh pasukan Rusia akan mengalihkan perhatiannya untuk merebut kembali provinsi Idlib di Suriah utara, yang dianggap sebagai benteng terakhir pasukan pemberontak.
Al Khatib khawatir pasukan Suriah dan Rusia akan terus menargetkan serangan ke rumah sakit. Apa pun yang terjadi di Idlib ke depannya, fasilitas medis akan menjadi sasaran pertama, katanya kepada DW. "Dan kami ingin dapat menunjukkannya dengan harapan dapat mencegah serangan serupa itu di masa mendatang." (ha/as)