1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

RS di Suriah Hadapi Serangan Sistematis Selama Perang

Lewis Sanders IV | Brigitta Schülke-Gill
10 Maret 2021

Rumah sakit di Suriah telah diserang secara sistematis selama perang saudara yang telah berlangsung 10 tahun. Ini merupakan strategi untuk melumpuhkan fasilitas medis di daerah yang dikuasai pemberontak.

Rumah Sakit Arbin
Potret Rumah Sakit Arbin yang rusak setelah pasukan rezim Bashar Assad melakukan serangan udara di atas zona deeskalasi di distrik Arbin, Ghouta TimurFoto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance

Rumah Sakit Gua Kafr Zita sengaja dibangun di lereng gunung, dengan harapan bisa lolos dari serangan udara. Fasilitas medis itu didirikan pada 2015, lokasinya jauh dari fasilitas militer dan daerah pemukiman di utara kota Hama, kota terbesar keempat di Suriah.

Berada di lokasi yang tak mudah dijangkau, dimaksudkan untuk memastikan kelangsungan layanan medis bagi warga sipil setelah sejumlah rumah sakit utama dihancurkan. Namun, fasilitas medis yang terletak di gua tersebut juga beberapa kali diserang sampai pada akhirnya para pemberontak bisa diusir dari daerah itu.

Rumah Sakit Gua Kafr Zita dibangun di lereng gunung pada 2014, setelah rumah sakit utama dihancurkan oleh serangan rezimFoto: Veli Gurgah/AA/picture alliance

Awal bulan ini, rumah sakit itu benar-benar dihancurkan oleh pasukan Rusia. Pemberitaan media Rusia melaporkan, tindakan itu bertujuan untuk mencegah teroris memanfaatkan fasilitas medis.

Tetapi kelompok kemanusiaan, seperti Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, menganggapnya sebagai upaya untuk menghilangkan bukti bahwa rumah sakit telah diserang beberapa kali selama enam tahun terakhir.

"Pemerintah Rusia bertujuan ... untuk menghapus konsekuensi mengerikan dan bukti kekejaman serta kejahatan yang dilakukan oleh pasukan Rusia dalam pemboman biadab mereka di rumah sakit ini," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Rumah Sakit Gua Kafr Zita bukan satu-satunya fasilitas medis yang diserang selama konflik bersenjata  berlangsung di Suriah.

Kampanye 'disengaja' oleh Rusia

Berdasarkan data yang diterima DW dari Arsip Suriah, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengkurasi dokumentasi visual pelanggaran hak asasi manusia dalam konflik Suriah, menunjukkan bahwa rumah-rumah sakit di seluruh Suriah telah menjadi sasaran serangan lebih dari 400 kali selama satu dekade terakhir. Lebih dari 90% dokumentasi serangan terhadap rumah sakit memiliki karakteristik penargetan yang disengaja.

Selain itu, penghancuran fasilitas medis telah menjadi bagian dari kampanye strategis rezim Suriah dan pasukan Rusia di wilayah yang dikuasai pemberontak, demikian menurut Arsip Suriah.

Infografis menunjukkan jumlah serangan terhadap rumah sakit setiap tahun

Dalam laporan tersebut pihak-pihak yang terlibat diidentifikasi sebagai "pelaku utama" dari serangkaian serangan, termasuk serangan udara, bom barel, dan penembakan artileri.

"Basis data ini sangat penting untuk memastikan bahwa kami menunjukkan niat, dampak, dan strategi serangan terhadap fasilitas medis," kata Hadi al Khatib, pendiri dan Direktur Arsip Suriah kepada DW.

"Mayoritas serangan ini dan mayoritas pola ini terjadi antara pasukan Suriah dan Rusia."

Kementerian Pertahanan Rusia dan Kedutaan Besar Suriah di Berlin tidak menanggapi permintaan komentar sebelum ada publikasi resmi. Namun, otoritas Rusia dan Suriah secara konsisten membantah keterlibatan mereka dalam serangan semacam itu.

Beban pembuktian

Libby McAvoy, seorang petugas urusan hukum yang terlibat dalam proyek tersebut menegaskan, data itu diorganisir secara terarah, dengan mempertimbangkan hukum internasional.

Setidaknya 216 serangan adalah serangan berulang terhadap fasilitas medis, yang jumlahnya hampir setengah dari yang didokumentasikan. Data mengenai serangan berulang dapat digunakan sebagai indikator penargetan yang disengaja, yang dianggap sebagai kejahatan perang menurut hukum internasional.

Arsip Suriah telah mendokumentasikan setidaknya 410 serangan terhadap rumah sakit di SuriahFoto: Yusuf Homs/AA/picture alliance

McAvoy berharap materi yang dikumpulkan bersama rekan-rekannya suatu hari nanti dapat digunakan oleh tim hukum dan penyelidik untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku.

Namun tantangan tetap ada. Meskipun data telah disiapkan untuk digunakan dalam kerangka gugatan hukum, setiap upaya untuk meminta pertanggungjawaban pelaku akan membutuhkan lebih dari sekedar dokumentasi visual.

"Video hanya bisa diklaim sebagai salah satu bagian dari gambar puzzle," kata McAvoy. "Tetapi karena konflik Suriah didokumentasikan dengan baik, itu menjadi bagian penting dari gambaran keseluruhan."

Fasilitas medis selalu jadi sasaran utama

Para pengamat meyakini bahwa pada akhirnya rezim Suriah, yang didukung oleh pasukan Rusia akan mengalihkan perhatiannya untuk merebut kembali provinsi Idlib di Suriah utara, yang dianggap sebagai benteng terakhir pasukan pemberontak.

Al Khatib khawatir pasukan Suriah dan Rusia akan terus menargetkan serangan ke rumah sakit. Apa pun yang terjadi di Idlib ke depannya, fasilitas medis akan menjadi sasaran pertama, katanya kepada DW. "Dan kami ingin dapat menunjukkannya dengan harapan dapat mencegah serangan serupa itu di masa mendatang." (ha/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait