1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

211209 Immigration EU Lampedusa

23 Desember 2009

Setahun lalu Lampedusa dibanjiri pengungsi dari Afrika. Sejak beberapa bulan, pulau ini kembali kosong karena para pengungsi ditangkap di Libia dan dikembalikan ke negara asal. Bagaimana nasib kamp pengungsi disana?

Monumen bagi para pengungsi di pulau Lampedusa, Italia.Foto: DW

Di gereja kecil di pulau Lampedusa, diselenggarakan sebuah konser Natal kecil. Pegawai tinggi bagian budaya, Antonio Pappalardo bangga akan hal ini. Ia mengatakan, "Ini adalah yang pertama kalinya di dunia. Untuk pertama kalinya sebuah lagu natal berjudul “Seorang anak kecil dilahirkan” dinyanyikan dalam bahasa daerah. Ini untuk menunjukkan, bahwa orang Lampedusa masih menjadi pusat perhatian dunia.”

Tetapi sementara lagu ini memberikan pesan bahagia, harapan para pengungsi untuk melihat Eropa yang dapat menyelamatkan mereka sudah hilang. Sejak berbulan-bulan, mereka tidak datang lagi. Tetapi ini bukan berarti, bahwa tidak ada lagi orang yang mengungsi dari Afrika, kata Giusy Nicolini, yang bertahun-tahun membela hak asasi manusia di pulau kecil ini.

"Banyak yang meninggal dalam perjalanan. Ada juga yang mencoba mencari jalan alternatif dan kalau masih ada pengungsi yang datang, mereka tidak diurus di Lampedusa, tetapi langsung dikembalikan. Dan mereka yang mati tenggelam dan tidak diketahui siapapun, mereka tidak masuk statistik.”

Para pendatang di Lampedusa tidak pernah mengganggu siapapun. Ini juga ditekankan pastur Don Vincent: "Lampedusa kan selalu menjadi stasiun sementara. Warga disini tidak pernah melihat para pengungsi ini. Mereka diterima di pelabuhan dan langsung dibawa ke kamp, dimana mereka tinggal selama beberapa hari atau beberapa minggu sebelum mereka dipindahkan ke daratan Italia. Satu-satunya pendatang yang masih tersisa dan berkeliaran disini ya saya.”

Don Vincent memiliki sosok tinggi besar dan berkulit hitam kelam. Ia berasal dari Tanzania dan sejak empat tahun hidup di pulau kecil ini. Ia sama sekali tidak bisa membayangkan, apa yang terjadi dengan saudara-saudaranya di Afrika, yang sekarang terjebak di Libia.

Suasana di pulau Lampedusa kembali tenang. Sering ombaknya besar tetapi beberapa perahu sudah berlabuh sejak beberapa bulan, karena mungkin manusia perahu ditangkap kapal-kapal perang di sekitar pesisir Libia. Lebih dari 1000 prajurit dan polisi yang pada puncak gelombang pengungsi awal tahun ini ditempatkan di Lampedusa, kebanyakan sudah ditarik. Salah satu akibatnya adalah, banyak hotel dan rumah makan yang tutup karena tidak ada pengunjung lagi.

Kamp pengungsi, yang beberapa bulan lalu masih dipenuhi hampir 2000 orang, sekarang juga sunyi senyap. Dibalik sebuah gerbang, terlihat seorang petugas penjaga yang dibalut baju tebal karena cuaca dingin. Ia menceritakan situasi disana: „Sekarang tidak ada seorang pendatangpun disini. Dan petugas dikurangi sampai tim penjaga hanya terdiri dari empat atau lima orang. Untuk keadaan darurat, jika ada perahu yang datang lagi.“

Para nelayan di Lampedusa juga sudah siap untuk keadaan darurat, seperti layaknya Paolo yang sekarang ini harus menunggu situasi lebih baik. "Kita tunggu saja apakah perjanjian dengan Libia bertahan lama. Sepertinya, selama kita bisa tetap bisa membuat Gadafi senang, maka manusia perahu tidak akan datang lagi ke kita. Tetapi apa yang akan terjadi kalau Italia tidak melayani Gadafi lagi?“

Karl Hoffmann / Anggatira Rinaldi
Editor: Asril Ridwan