Tanggal 6 Juli, Dalai Lama menginjak usia 80 tahun. Ia merayakannya di berbagai penjuru dunia, namun tidak di Tibet, kampung halamannya.
Iklan
Dalai Lama sudah mulai merayakan ulang tahunnya sejak akhir April lalu. Bersama teman-teman dan sesama peraih penghargaan Nobel Perdamaian Desmond Tutu, ia berpesta di asrama kaum eksil Tibet. 21 Juni, hari kelahirannya berdasarkan kalender bulan Tibet, digelar upacara di lokasi eksilnya di India Utara. Seminggu setelahnya, ia muncul sebagai tamu kejutan pada festival musik Glastonburry di Inggris yang dihadiri lebih dari 100.000 pengunjung. Anak-anak muda tersbeut menyanyikan lagu "Happy Birthday" bagi sang Dalai Lama, sebelum ia berbicara tentang cinta, pengampunan dan toleransi. Pada tanggal 6 Juli, pimpinan spiritual Tibet ini akan berada di Irvine, Kalifornia dalam rangka Global Compassion Summit - konferensi tingkat tinggi tentang tenggang rasa global.
Nasib Buruk
Sejak berumur dua tahun hidupnya telah diatur sepenuhnya sesuai keinginan Buddha. Tenzin Gyatso, begitu nama asli Dalai Lama, mendapat tanggung jawab besar, yaitu memimpin dan mewakili seluruh rakyat Tibet. Itu terjadi tahun 1937. Dua tahun setelahnya, ia menaiki tahta di ibukota Lhasa dengan upacara megah. Sejak saat itu ia menyandang telar kehormatan Dalai Lama, yang dalam Bahasa Mongolia berarti: guru yang sama dengan samudra.
Kemudian terjadilah Perang Dunia II. Selama beberapa waktu wilayah Tibet menjadi daerah yang terlupakan di peta dunia. Sampai negara itu diduduki tentara pembebasan Cina tahun 1950. Dalai Lama mejalankan kewajiban yang dipikulnya. Ia beberapa kali mengadakan pertemuan dengan pemimpin komunis Cina, Mao Zedong, di Beijing, untuk mencari jalan keluar dari konflik Tibet. Tetapi perundingan tidak mendatangkan hasil.
1959 adalah tahun yang menentukan nasib Dalai lama yang masih sangat muda. Rakyatnya berdemonstrasi di ibukota Lhasa untuk kebebasan negara dari kekuasaan Cina. Protes itu ditindak dengan kekerasan oleh militer Cina. Dengan berat hati Dalai Lama meninggalkan negaranya menuju pengasingan di India. Namun demikian ia selalu yakin, bahwa satu waktu nanti rakyatnya akan hidup dalam kebebasan.
Dinilai Separatis
Dalai Lama mengatakan, bukan hanya warga Tibet di luar negeri, melainkan juga yang di dalam negeri harus tegas memperjuangkan hak-hak dasar mereka, jadi seluruh rakyat, terutama generasi muda. Pada dasarnya Tibet bukan ingin memisahkan diri, melainkan ingin menjadi daerah otonomi. Demikian Dalai Lama.
Di Beijing, Dalai Lama dikutuk dan dinilai separatis. Bahkan memasang fotonya di dinding juga dilarang di Tibet. Sedangkan di luar negeri ia disanjung dan dipuji-puji sebagai duta perdamaian. Dengan tak kunjung henti ia menunjukkan kepada dunia nasib buruk rakyat Tibet. Dan 1989 lalu, untuk perannya bagi perdamaian, Dalai Lama mendapat hadiah Nobel.
Dalai Lama - Pemimpin Tibet di Pengasingan
Siapa tidak kenal Dalai Lama? Penerima Nobel Perdamaian itu memimpin Tibet dari pengasingan di India, setelah meletusnya pemberontakan terhadap Cina, 10 Maret 1959. DW mengajak Anda menengok kembali peristiwa tersebut.
Foto: Getty Images
Pejuang Gigih
Pemimpin spiritual Tibet penerima hadiah Nobel Perdamaian yang kharismatik, yang tanpa lelah berjuang dengan gigih menuntut otonomi tanah airnya, Tibet.
Foto: DW
Reinkarnasi
Dalai lama dilahirkan dari keluarga petani di sebuah desa kecil di utara Tibet pada tahun 1935 dengan nama Lhamo Thondub. Dalai Lama harus rela mengorbankan masa kecilnya, karena pada usia 5 tahun ia sudah menerima nama baru - Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso – serta peran baru: Ia diangkat menjadi Dalai Lama ke 14.
Foto: AP
Tahta
Pada usia 13 tahun 6 bulan, Dalai Lama sudah memegang tahta tertinggi pimpinan spiritual Tibet. Sementara pendidikan untuk persiapan menjadi Dalai Lama, ia mulai ketika berusia 6 tahun. Materi yang harus ia kuasai: seni dan budaya Tibet, Bahasa Sansekerta, Kedokteran serta filosofi Budha.
Foto: AP
Hubungan dengan Cina
Setelah tentara Cina menginvasi Tibet tahun 1950, Dalai Lama menandatangani “Perjanjian 17 Pasal” pada tahun 1951. Dan Tibet menjadi negara yang berada di bawah perlindungan Cina. Beberapa waktu kemudian, Dalai Lama menjelaskan, perjanjian ini ia setujui untuk melindungi warga Tibet. Pada tahun 1954, Dala Lama kembali bertemu Mao Zedong di Beijing untuk membicarakan hubungan bilateral Tibet-Cina.
Foto: AP
Melarikan Diri
Situasi di Tibet semakin memburuk di tahun 1959. Perlawanan terhadap pendudukan Cina mencapai puncaknya pada tanggal 17 Maret 1959. Di tengah kerusuhan yang berkecamuk, Dalai Lama berhasil melarikan diri ke India, dengan berjalan kaki. Di sana ia, ia mengadakan konferensi pers, menginformasikan situasi di Tibet.
Foto: AP
Kampung Lama
Sejak mengasingkan diri di India, Dalai Lama tidak pernah sekalipun dapat mengunjungi tanah kelahirannya, Tibet. Kemungkinan besar, ia tidak akan pernah lagi menduduki singgasananya di Istana Potala di Lhasa.
Foto: AP
Kampung Baru
Dharamsala di utara India merupakan tempat perlindungan permanen bagi Dalai Lama. Di India jjuga terdapat pemerintahan Tibet di pengasingan, yang terutama mengurusi warga Tibet yang menyebrang ke India untuk bergabung dengan Dalai Lama.
Foto: DW / Nina Ritter
Perjuangan bagi Tibet
Selama masa pengasingannya, Dalai Lama tidak pernah berhenti untuk memperjuangkan kemerdekaan warga Tibet. Senjata utamanya adalah media massa. Dengan bantuan media, Tibet terangkat menjadi tema internasional. Dengan ini, Dalai Lama terus berusaha untuk menekan Cina secara politis.
Foto: AP
Nobel Perdamaian
Atas jasa-jasanya untuk mencari penyelesaian damai dalam konflik Tibet-Cina, Dalai Lama dianugrahi hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1989. Penghargaan bagi Dalai Lama ini merupakan satu pukulan bagi pihak Cina. Karena dengan hadiah yang diterimanya ini, Dalai Lama mendapatkan lebih banyak perhatian internasional.
Foto: picture-alliance/ dpa
Penghargaan AS
Nobel Perdamaian bukan merupakan satu-satunya penghargaan internasional yang diterima Dalai Lama. Pada tahun 2007, Dalai Lama menerima medali emas Kongres AS, yang diserahkan presiden Amerika Serikat kala itu, George Bush. Medali Kongres merupakan penghargaan tertinggi di Amerika Serikat terhadap warga sipil.
Foto: AP
Simpati Internasional
Di manapun Dalai Lama hadir – di sana pulalah berkumpul masyarakat banyak, seperti ketika ia hadir di Central Park, New York. Dukungan terhadap Dalai Lama bukan saja karena karisma dirinya tapi juga karena usahanya memperjuangkan otonomi bagi Tibet.
Foto: AP
Selalu Mengesankan
Meskipun Dalai Lama menyadari tugas spiritualnya, ia juga terkenal dengan senyum nakalnya dan dengan leluconnya. Pidatonya sering ia sela dengan tawa lebar.