Ayo ikuti kuis DW Inovator. Selamatkan Bumi dengan berkebun di rumah sendiri. Kirim fotonya, menangkah hadiahnya!
Iklan
Selamatkan Bumi, ikuti Kuis DW
00:54
Selamatkan Bumi, ikuti Kuis DW
00:54
This browser does not support the video element.
Produksi dan distribusi bahan pangan di seluruh dunia berkisar 30% dari total emisi CO2 global. Mengurangi kebergantungan kita pada industri makanan merupakan salah satu cara kunci memangkas emisi pangan. Caranya mudah, yakni dengan membudidayakan tanaman pangan di kebun sendiri.
Kirim foto anda melalui laman Facebook dan Twitter kami, DW Indonesia. Lima pemenang undian masing-masing akan mendapat hadiah Apple IPod Nano. Buat mereka yang belum beruntung kami menyediakan paket suvenir Deutsche Welle.
Syaratnya kirim dua buah foto dengan motif kebun dan swafoto (selfie) pemilik di hadapan kebunnya. Kirimkan gambar anda lewat laman Facebook dan Twitter kami, atau ke alamat email Indonesia@dw.com paling lambat 31 Desember 2017. Pemenangnya akan kami umumkan pada akhir Januari 2018.
Tren Urban Farming di Berbagai Metropolitan Dunia
Urban Farming atau sering disebut Pertanian Perkotaan kini merambah di berbagai metropolitan. Dari Berlin sampai Bangkok, penduduk kota mulai berkebun di atas atap dan dinding.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
Kebangkitan urban farming
Balkon, dinding, atap - semua jenis ruang perkotaan dapat diubah menjadi zona pertanian mini. Penduduk Bumi akan mencapai 10 miliar orang pada tahun. 2/3nya akan tinggal di kota-kota. Kebutuhan nutrisi untuk milyaran orang di era perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar abad ke-21. Di situlah urban farming bisa membantu.
Foto: Imago/UIG
Menghijaukan kota
Penduduk kota merindukan alam. Itu sebabnya, berkebun di perkotaan cepat jadi tren. Antara lain untuk meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan ikatan sosial dalam masyarakat. Urban farming meningkatkan perekonomian lokal dengan menciptakan lapangan kerja dan mendukung ketahanan pangan yang lebih besar.
Foto: Imago/AFLO/Yoshio Tsunoda
Kebun bisa mendinginkan kota
Perkebunan perkotaan membantu membatasi dampak iklim yang memanas dengan mendinginkan kota, sekaligus meningkatkan keanekaragaman hayati di lingkungan perkotaan. HK Farm di Hong Kong, yang didirikan Maret 2012, adalah jaringan taman atap di sekitar Yau Ma Tei, salah satu lingkungan tertua di Hong Kong yang sudah lebih seabad tidak melihat kegiatan pertanian.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
Kebun atap membantu perbaikan nutrisi
Brooklyn Grange mengoperasikan perkebunan atap terbesar di dunia di New York City. Mereka menanam lebih dari 22 ton produk organik setiap tahunnya. Mereka juga mengelola lebih dari 30 sarang lebah madu di atas atap di seluruh kota. Ini dimulai 2010 dengan tujuan menciptakan model berkelanjutan untuk pertanian perkotaan, menghasilkan sayuran untuk masyarakat dan menjaga ekosistem.
Foto: Imago/UIG
Mengubah lahan terbuang menjadi kebun organik
Prinzessinnengärten diluncurkan sebagai proyek percontohan tahun 2009 di distrik Kreuzberg, Berlin. Sampah dibersihkan dan dibuat pot-pot sayuran organik. Dan sekarang ada ruang bagi penduduk setempat untuk mengetahui lebih banyak tentang perlindungan iklim.
Foto: Prinzessinnengärten/Marco Clausen
Sawah di atap gedung
Di atas atap the Roppongi Hills business and shopping complex di Tokyo ada sawah. Di sini, orang bisa menanam padi. Di tempat lain di Tokyo, tumbuh semangka, tomat dan cabe. Community members can participate in threshing events, cooking projects, and sake-making courses.
Foto: Imago/AFLO/Yoshio Tsunoda
Memberi makan komunitas
Kebun komunitas Elliniko, di pinggiran kota Athena, adalah salah satu "taman gerilya" yang telah muncul di seluruh Yunani. Terletak di bandara tua yang ditinggalkan pada tahun 2001, para sukarelawan menanam buah dan sayuran untuk membantu warga yang kekurangan.
Foto: Heidi Fuller-love
7 foto1 | 7
Syarat dan ketentuan:
1. Dengan mengikuti kuis dan menyerahkan gambar, peserta menyetujui publikasi foto, nama lengkap dan kota tempat tinggal oleh Deutsche Welle (alamat email tidak dipublikasikan)
2. DW berhak mengecek keaslian, mengolah atau mengubah gambar secara digital untuk keperluan editorial. DW juga berhak memublikasikan gambar yang dikirimkan. Komentar yang ditautkan oleh netizen tidak mewakili pandangan atau opini manajemen dan staf Deutsche Welle. Semua peserta kuis serta merta menyerahkan hak publikasi gambar tak terbatas kepada Deutsche Welle. Selain itu peserta juga menyetujui publikasi gambar untuk semua orang yang tertera di dalam gambar. Peserta juga diharuskan memiliki hak cipta foto. Artinya gambar harus dibuat oleh peserta kuis.
3. Dengan ikut serta dalam kuis, peserta mengizinkan Deutsche Welle untuk menyimpan semua data pribadi dan gambar milik peserta kuis untuk keperluan customer service dan marketing. Semua data pribadi yang diserahkan pada Deutsche Welle akan dirahasiakan. Data pribadi anda tidak akan bisa diakses secara umum atau oleh pihak ketiga. Hanya dalam situasi khusus DW memublikasikan data peserta kuis, misalnya atas perintah pengadilan.
4. Deutsche Welle berhak mengubah atau mengoreksi syarat dan ketentuan kuis, atau menunda semua aktivitas yang berkaitan dengan kuis tanpa pemberitahuan lebih lanjut.
5. Kuis ini terbuka untuk semua orang, kecuali pegawai Deutsche Welle. Keikutsertaan anak di bawah usia 18 tahun hanya diizinkan dengan persetujuan orangtua atau wali.
6. Setiap peserta hanya boleh mengikuti mengirimkan dua gambar. Hanya gambar yang sesuai dengan syarat dan ketentuan yang akan diterima.
7. Peserta harus memiliki akses internet, alamat Email atau nomor telepon yang dapat dihubungi sewaktu-waktu.
8. Pemenang kuis tidak berhak menukar hadiah. Pembayaran uang tidak diizinkan sebagai pengganti hadiah.
9. Keputusan Deutsche Welle terkait pemenang kuis bersifat final dan tidak bisa diubah.