Selamatkan Pasokan Gas, Jerman Nasionalisasi Uniper
22 September 2022
Pemerintah Jerman mengambil alih perusahaan gas Uniper dengan membeli 99% sahamnya. Importir gas terbesar Jerman itu terancam bangkrut karena sebelumnya bergantung pada impor gas dari Rusia.
Iklan
Pemagang saham mayoritas Uniper, perusahaan energi Fortum milik negara Finlandia, hari Rabu (21/09) mengumumkan telah menandatangani perjanjian pengalihan saham kepada pemerintah Jerman yang nantinya akan mengakuisisi 99% sahamnya.
Uniper terancam bangkrut karena terhentinya pasokan gas dari Rusia dan harus memenuhi kewajibannya terhadap pelanggan dengan membeli gas di pasar bebas yang mahal. Karena terikat kontrak, Uniper tidak bisa menaikkan harga jual gasnya kepada pelanggan. Setiap hari Uniper mengalami kerugian sampai 100 juta euro.
Kementerian Ekonomi Jerman menerangkan dalam sebuah pernyataan, pemerintah memutuskan untuk mengambil 99% saham Uniper guna menciptakan "struktur kepemilikan yang jelas untuk mengamankan Uniper dan pasokan energi untuk perusahaan-perusahaan swasta, perusahaan daerah, dan konsumen."
Akuisisi saham itu memerlukan proses panjang untuk memenuhi berbagai persyaratan, termasuk persetujuan dari sidang umum pemilik saham Uniper dan persetujuan dari Komisi Eropa, kata pernyataan itu. Proses akuisisi itu kemungkinan memakan waktu sampai tiga bulan.
Selamatkan pasokan dan distribusi gas untuk musim dingin
Jerman telah melakukan upaya keras untuk menghemat konsumsi gas. Tangki penyimpanan saat ini diperkirakan sudah 90% penuh. Menteri Ekonomi Robert Habeck menyatakan optimistis bahwa musim dingin akan dilewati tanpa masalah besar.
Iklan
"Secara keseluruhan, kami telah mengatasi situasi dengan cukup baik," kata Robert Habeck hari Rabu (21/09) kepada wartawan di Berlin. "Tetapi bagi Uniper, situasinya menjadi jauh lebih dramatis dan jauh lebih buruk," tambahnya.
"Negara akan ... melakukan segala hal yang diperlukan untuk menjaga perusahaan tetap stabil di pasar setiap saat," kata Robert Habeck. Media Jerman menyebut akuisisi uniper sebagai "nasionalisasi” perusahaan gas swasta.
Bagaimana Perang Putin Mempengaruhi Ekonomi Dunia
Efek perang Rusia terhadap Ukraina dirasakan di seluruh dunia. Harga makanan dan bahan bakar meningkat di mana-mana. Di beberapa negara kerusuhan pecah akibat naiknya harga barang kebutuhan utama.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Belanja Semakin Mahal di Jerman
Konsumen di Jerman merasakan kenaikan biaya hidup. Konsekuensi dari perang di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia mulai terasa. Pada bulan Maret, tingkat inflasi Jerman mencapai level tertinggi sejak 1981. Pemerintah Jerman ingin segera mengembargo batubara Rusia, tetapi masih memperdebatkan pelarangan impor gas dan minyak dari Rusia.
Foto: Moritz Frankenberg/dpa/picture alliance
Antrian Mengisi Bahan Bakar di Kenya
Antrian panjang mobil di SPBU Nairobi. Di Kenya, warga juga merasakan dampak perang di Ukraina. Bahan bakar kian mahal, dan pasokannya terbatas, belum lagi krisis pangan. Duta Besar Kenya untuk PBB Martin Kimani dalam sidang Dewan Keamanan menyatakan keprihatinannya, dan membandingkan situasi di Ukraina timur dengan perubahan yang terjadi di Afrika setelah berakhirnya era kolonial.
Foto: SIMON MAINA/AFP via Getty Images
Siapa Amankan Suplai Gandum ke Turki?
Rusia adalah produsen gandum terbesar di dunia. Karena larangan ekspor dari Rusia, harga roti sekarang naik di banyak tempat, termasuk di Turki. Sanksi internasional telah mengganggu rantai pasokan. Ukraina juga merupakan salah satu dari lima pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi perang dengan Rusia membuat mereka tidak dapat mengirimkan barang dari pelabuhannya di Laut Hitam.
Foto: Burak Kara/Getty Images
Harga Gandum Melonjak di Irak
Seorang pekerja tengah menumpuk karung-karung tepung tergu di pasar Jamila, pasar grosir terpopuler di Baghdad. Harga gandum telah meroket di Irak sejak Rusia menginvasi Ukraina, karena kedua negara tersebut menyumbang setidaknya 30% dari perdagangan gandum dunia. Irak tetap netral sejauh ini, tetapi poster-poster pro-Putin sekarang telah dilarang di negara itu.
Foto: Ameer Al Mohammedaw/dpa/picture alliance
Unjuk Rasa di Peru
Para demonstran bentrok dengan polisi di ibukota Peru, Lima. Mereka memprotes kenaikan harga pangan, satu di antara rangkaian kenaikan harga. Krisis semakin diperburuk dengan adanya perang di Ukraina. Presiden Peru, Pedro Castillo memberlakukan jam malam dan keadaan darurat untuk sementara. Tapi jika peraturan tersebut dicabut, protes akan terus berlanjut.
Foto: ERNESTO BENAVIDES/AFP via Getty Images
Keadaan Darurat di Sri Lanka
Di Sri Lanka, warga turun ke jalan untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Beberapa hari lalu, ada yang mencoba menyerbu kediaman pribadi Presiden Gotabaya Rajapaksa. Memuncaknya protes terhadap kenaikan biaya hidup, kekurangan bahan bakar, dan pemadaman listrik, mendorong presiden mengumumkan keadaan darurat nasional, sekaligus meminta bantuan pengadaan sumber daya dari India dan Cina.
Warga di Skotlandia juga memprotes kenaikan harga makanan dan energi. Di seluruh Inggris, serikat pekerja telah mengorganisir demonstrasi untuk memprotes kenaikan biaya hidup. Brexit telah mengakibatkan kenaikan harga di banyak area kehidupan, dan perang di Ukraina makin memperburuk keadaan.
Foto: Jeff J Mitchell/Getty Images
Harga Ikan Goreng di Inggris Melonjak
Warga Inggris punya alasan untuk khawatir terkait hidangan nasional tercinta mereka "fish and chips". Sekitar 380 juta porsi goreng ikan dan kentang dikonsumsi di Inggris setiap tahun. Tetapi sanksi keras saat ini, berarti harga ikan putih dari Rusia, minyak goreng dan energi, semuanya melonjak naik. Pada Februari 2022, tingkat inflasi Inggris mencapai 6,2%.
Foto: ADRIAN DENNIS/AFP via Getty Images
Peluang Ekonomi bagi Nigeria?
Seorang pedagang di Ibafo, Nigeria, tengah mengemas tepung untuk dijual kembali. Nigeria telah lama ingin mengurangi ketergantungannya pada makanan impor, dan membuat ekonominya lebih tangguh lagi. Orang terkaya di Nigeria Aliko Dangot, baru-baru ini membuka pabrik pupuk terbesar di negara itu, dan berharap memiliki banyak pembeli. Apakah itu sebuah peluang? (kp/as)
Foto: PIUS UTOMI EKPEI/AFP via Getty Images
9 foto1 | 9
Mengapa Uniper harus diakuisisi?
Uniper selama ini berfungsi sebagai perantara antara pemasok Rusia dan konsumen Jerman. Namun, setelah Rusia menginvasi Ukraina dan memotong pasokan gas ke Eropa menyusul sanksi Barat, perusahaan tersebut terpaksa harus membeli gas dari tempat lain dengan harga lebih tinggi, tanpa bisa menaikkan harga gasnya yang harus disalurkan kepada konsumen sesuai kontak awal.
Uniper adalah salah satu yang terlibat dalam pembangunan jatingan pipa gas Nord Stream 2, yang sudah selesai dibangun, tapi tidak diaktifkan sebagai bagian dari paket sanksi Jerman terhadap Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina.
Situasi Uniper menjadi makin sulit, ketika pada awal bulan ini raksasa energi Rusia Gazprom mengatakan pasokan gas ke Eropa melalui pipa Nord Stream 1 harus dihentikan karena ada masalah teknis. Namun, Gazprom tidak mengatakan sampai kapan masalah teknis itu ada dan kapan kegiatan pemasokan gas bisa dilanjutkan. Perusahaan Siemens yang memasok peralatan dan teknologi pipa gas untuk Gazprom mengatakan, tidak ada masalah yang mereka ketahui yang mengakibatkan pengiriman gas harus dihentikan.