Ilmuwan Berharap Dapat Selamatkan Badak dari Kepunahan
Jessie Wingard
13 September 2019
Sekelompok ilmuwan internasional berharap bisa menyelamatkan badak putih utara dari ambang kepunahan. Dengan hanya tersisa 2 ekor badak betina di seluruh dunia mereka mengubahnya menjadi sub-spesies sebagai penyelamatan.
Iklan
Para ilmuwan berharap spesies yang memiliki hubungan erat dengan badak putih selatan, yang menjadi jenis sub-spesies badak paling melimpah di dunia, bisa hamil dengan menggunakan dua sel telur yang didapat dari dua badak putih utara yang masih tersisa, dan sperma yang dibekukan yang didapat dari empat ekor badak putih utara jantan sebelum mereka mati. Demikian pernyataan sebuah konsorsium ilmu pengetahuan internasional, Rabu (11/09).
Titik balik dalam reproduksi
"Ini adalah embrio yang sangat berpotensial untuk dikembangbiakkan menjadi seekor bayi badak. Kedua embrio telah disimpan di dalam cairan nitrogen. Kami telah mencapai sebuah kehidupan baru, sebuah harapan untuk spesies ini,” kata Thomas Hildebrandt ketua projek di Institut Leibniz untuk Penelitian Kebun Binatang dan Satwa Liar, rekan kerja konsosium projek tersebut, kepada Deutsche Welle.
Ikut App Kencan Tinder untuk Cegah Kepunahan
Siapa bilang Tinder hanya bagus untuk manusia dalam mencari teman kencan? Badak jantan satu-satunya dari spesies badak putih utara ikut app kencan ini sebagai langkah terakhir untuk mencegah kepunahan spesiesnya.
Foto: imago/Amka Agency International
43 Tahun, Tinggi 183, Berat 2,5 Ton
Nama: Sudan. Ciri lain: berkeriput. Tapi tak apa, bukankah cinta tak kenal batasan apapun? "Saya lain daripada yang lain", begitu katanya di Tinder. Dan benar, ia satu-satunya hewan jantan dari spesies badak putih utara yang masih hidup. Tempat tinggal perjaka yang mencari teman kencan ini di padang rumput taman nasional Ol Pejeta Conservancy, di kaki Mount Kenya yang puncaknya ditutupi salju.
Foto: DW/Andrew Wasike
Teman Senasib: Najin dan Fatu
Perburuan ilegal dan hilangnya habitat menyebabkan spesies Ceratotherium Simum Cottoni berada di tepi jurang kepunahan. Di seluruh dunia hanya tinggal tiga ekor yang hidup. Sayangnya, badak betina Fatu tidak bisa bunting lagi karena sudah terlalu tua. Sementara badak betina Najin tidak bisa bunting karena kelainan pada uterus.
Foto: DW/Andrew Wasike
Memikat Hati Para Perawatnya
Sudan selalu tampak antusias, jika perawatnya datang dengan seember penuh wortel. Tapi ia tidak bisa dibilang fit. Bagi badak, ia sudah berusia lanjut. Kaki belakangya lemah, jadi walaupun ada badak betina yang bisa bunting, Badak jantan ini sulit bisa berhubungan seksual normal dengan badak itu.
Foto: DW/Andrew Wasike
Mencari Uang untuk Membangun Keluarga
Ferstilisasi In Vitro (IVF) jadi harapan terakhir. Pakar konservasi sudah berusaha membuat bunting badak putih selatan dengan sperma Sudan. Tapi kualitas spermanya tidak bagus lagi, eksperimen gagal. Kini mereka berharap, lewat app Tinder bisa menggalang cukup uang untuk membiayai riset, agar Sudan dan Najin bisa punya anak. Foto: badak putih betina (Ceratotherium simum) dengan anaknya.
Foto: imago/Amka Agency International
Tinder dan Usapan Yang Menolong
Dana yang diperlukan antara 9-10 juta Dolar, kata Richard Vigne, manager Ol Pejeta Conservancy, kepada DW. Hanya dengan mengusap layar, pengguna Tinder yang melihat profil Sudan akan dibawa ke laman pemberian sumbangan. Idenya: memodifikasi sperma Sudan secara genetis agar kualitasnya membaik, kemudian membuahi sel telur dari Najin. Telur kemudian ditanam pada seekor badak putih selatan betina.
Foto: DW/Andrew Wasike
"Fans" Membludak di Tinder
Kabar baiknya, kampanye di Tinder dapat respons membludak, hingga situs konservasi di internet ambruk. Profil Sudan bisa dibaca di 190 negara, dalam 40 bahasa. Sejak 25 April sudah digalang lebih dari 100.000 Dolar. Vigne berharap, kampanye di Tinder bisa menyadarkan orang, bahwa nasib badak Sudan dan spesiesnya juga dialami ribuan spesies lain di dunia. Penulis: Andrew Wasike (ml/as)
Foto: DW/A. Wasike
6 foto1 | 6
Ilmuwan dari Kenya, Itali, Ceko, dan Jerman masih memperbaiki prosedur implantasi sebelum kedua embrio ditransfer kepada ibu pengganti, namun berharap seekor badak putih utara dapat lahir dalam rentang waktu tiga tahun ke depan.
Dua badak betina yang tersisa, Najin sang ibu dan anaknya Fatu, hidup di sebuah lokasi konservasi di Kenya. Badak jantan terakhir, ayah Fatu yakni Sudan, mati pada bulan Maret tahun 2018 silam.
Karena alasan genetik Najin dan Fatu tidak dapat berkembang biak.
Sementara Najin dan Fatu tidak bisa melakukannya, namun keturunannya masih harus bergantung kepada mereka "untuk menambah pengetahuan bagaimana seekor badak putih utara berperilaku dengan keturunan mereka,” tambah Hildebrandt. (rap/ml)