Seluk Beluk Jemaah Tabligh yang Diduga Percepat Wabah Corona
2 April 2020
Pemerintah India, Pakistan, Bangladesh dan Indonesia bergerak melacak anggota Jemaah Tabligh lantaran dugaan penularan COVID-19. Organisasi Islam puritan itu tetap menggelar acara akbar di tengah wabah Corona.
Iklan
Komunitas Jemaah Tabligh, salah satu organisasi Islam terbesar di Asia Selatan, di ibukota India, New Delhi diduga menjadi kantung penyebaran virus corona usai menggelar acara akbar yang disambangi ribuan orang.
Otoritas India melaporkan berhasil melacak 128 kasus COVID-19 yang berkaitan dengan acara tersebut. Tujuh peserta sudah dinyatakan meninggal dunia.
Kepolisian India akhirnya menutup paksa kantor pusat organisasi di area pemukiman muslim di New Delhi, Nizamuddin. Acara yang digelar antara 13 dan 15 Maret itu dihadiri oleh setidaknya 7.600 warga muslim India dan 1.300 wisatawan asing, termasuk dari Malaysia dan Indonesia.
Polisi menemukan sekitar 2.000 orang masih menetap di asrama milik organisasi Jemaah Tabligh ketika hendak menutup paksa. Menteri Kesehatan New Delhi, Satyendra Jain mengklaim pihaknya menemukan sebanyak 24 orang penghuni asrama positif tertular virus corona, demikian laporan Aljazeera.
Harian The Hindu mengabarkan, Kementerian Dalam Negeri India akan memasukkan ratusan pengunjung asal Indonesia ke dalam daftar hitam imigrasi. “Mereka datang ke sini dengan visa wisata. Tapi mereka malah berpartisipasi dalam konferensi agama. Ini adalah pelanggaran aturan keimigrasian,“ kata seorang pejabat Kemendagri di New Delhi.
Abaikan kebijakan pemerintah India
Pemerintah India sudah mengambil kebijakan dramatis buat menghadang penyebaran virus Corona. Pada 11 Maret, ketika angka penularan masih berjumlah belasan, Kementerian Luar Negeri sudah mencabut semua visa kunjungan dari luar negeri, dan dua hari kemudian menghentikan arus kunjungan dari Bangladesh, Nepal, Bhutan dan Myanmar.
Namun arahan untuk membatalkan acara besar atau kumpulan orang dalam jumlah besar, diabaikan sebagian tokoh agama, termasuk Kepala Jemaah Tabligh, Maulana Saad. Dia dikabarkan memerintahkan jemaahnya untuk tidak menaati arahan pemerintah. “Jika Anda berpikir akan meninggal dunia jika berkumpul di Masjid, maka saya katakan tidak ada tempat yang lebih mulia untuk meninggal dunia,“ kata dia dalam sebuah rekaman audio yang bocor ke media, lapor India Today.
Kepolisian New Delhi mengaku sedang menyiapkan dakwaan kriminal terhadap petinggi Jemaah Tabligh lantaran dianggap membahayakan keselamatan orang lain. Saat ini India mencatat 32 angka kematian dari 1.251 kasus penularan Covid-19.
Siapa Jemaah Tabligh?
Jemaah Tabligh adalah organisasi Sunni yang didirikan di utara India oleh Maulana Mohammed Ilyas Kandhlawi pada tahun 1926. Organisasi ini tumbuh subur sebelum pemisahan India dan Pakistan, dan kini memiliki pengikut di 80 negara.
Organisasi memiliki kantor pusat di New Delhi, Markaz, berupa gedung bertingkat lima berisikan sebuah masjid dan asrama yang mampu menampung 5.000 orang. Sebagian anggotanya adalah pendakwah yang berkeliling negeri secara rutin.
Jemaah Tabligh mengimpikan masyarakat Madani serupa di era Nabi Muhammad. Organisasi puritan ini menolak ajarannya dikaitkan dengan salah satu Madzhab Sunni. Meski mendakwahkan damai, gerakan ini ikut membidani kelahiran sel teror di beberapa negara.
Mantan Presiden Pakistan, Farooq Ahmad Khan Leghari dan Mohammed Rafiq Tarara diyakini sebagai simpatisan Jemaah Tabligh, termasuk juga mantan Presiden India, Dr. Zakir Hussain.
Berjejak di Nusantara
Menurut Farish Ahmad Noor, Guru Besar Studi Islam di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Jemaah Tabligh tiba di Indonesia pada 1955. Dalam bukunya, Islam on the Move: The Tablighi Jama'at in Southeast Asia, gerakan ini tercatat menggunakan Masjid Jami Kampung Jeruk sebagai markas pertama di Indonesia.
Hingga kini masjid tersebut masih digunakan oleh Jemaah Tabligh.
Ironisnya akhir Maret silam Pemerintah DKI Jakarta mengisolasi sekitar 182 jemaah di masjid tsb lantaran adanya dugaan penularan virus corona. Dalam sebuah uji cepat, ditemukan tiga orang anggota jemaah mengidap COVID-19. Sebagian yang dikarantina merupakan warga negara asing.
CNN Indonesia melaporkan hingga akhir Maret silam sebanyak 73 WNA masih mengisolasi diri di dalam masjid. Menurut berita harian Kompas, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyatakan, simpatisan Jemaah Tabligh asal Indonesia yang berada di luar negeri akan ditempatkan dalam status orang dalam pemantauan (ODP).
Pemerintah mencatat saat ini ada 1.456 anggota Jemaah Tabligh yang tersebar di seluruh Indonesia. Diketahui, 731 orang tengah berada di India. Salah satu pusat penyebaran gerakan ini adalah Pesantren Al-Fatah di Temboro, Jawa Timur, yang juga berfungsi sebagai episentrum dakwah di Asia Tenggara, terutama di Thailand dan Malaysia, tulis Farish Noor dalam bukunya tersebut.
Uniknya, meski banyak dikaitkan dengan gerakan terror di Asia Selatan, Jemaah Tabligh, menikmati kedekatan dengan organisasi besar Islam di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Sekjen MUI pusat Amirsyah Tambunan misalnya mengatakan, ideologi Tabligh tidak jauh berbeda dengan sikap MUI secara umum.
Hal serupa dikatakan Hidayat Nurwahid, saat itu masih menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ketika diwawancara Farish Noor. “Ada banyak spekulasi soal Tabligh. Apa mereka itu teroris? Atau ekstremis? Saya kira semua itu omong kosong, karena Tabligh tidak politis dan sebabnya tidak berbahaya buat siapapun,” kata dia.
rzn/as (dari berbagai sumber)
Solidaritas dan Humor Warga Dunia Menghadapi Krisis Virus Corona
Masyarakat dunia berikan dorongan semangat untuk hadapi krisis virus corona global. Humanitas terbukti bisa bersatu saat wabah. Solidaritas ditunjukkan mulai dari menyerukan #stayathome sampai memburu boneka beruang.
Foto: picture-alliance/abaca/IPA/P. Tenagli
Memburu boneka beruang
Karena sekolah dan taman kanak-kanak ditutup selama berminggu-minggu, anak-anak mulai bosan. Untuk tetap menghibur mereka, ribuan orang Belgia dan Belanda menaruh boneka beruang yang imut di depan jendela - ini saatnya untuk melihat beruang! Banyak beruang terdaftar di peta interaktif sehingga orang tua dapat merencanakan acara keluarga di sepanjang rute yang memiliki boneka beruang paling banyak.
Orang lanjut usia menjadi kelompok risiko tinggi terinfeksi COVID-19 dibanding orang yang lebih muda. Untuk melindungi mereka, supermarket di banyak negara menawarkan waktu khusus bagi warga lanjut usia, yang memungkinkan mereka berbelanja dengan relatif aman.
Foto: picture-alliance/ZUMA Wire/P. Dambarage
Mencerahkan kehidupan sehari-hari
Turki mengambil cara yang berbeda, karantina diberlakukan untuk manula di atas 65 tahun atau yang punya riwayat sakit kronis - demi melindungi mereka. Zulkif Cengiz (25 tahun) memainkan beberapa lagu untuk menghibur para manula yang tinggal di rumah di kota Merzin. Di negara lain, orang bernyanyi di depan panti jompo karena penghuninya tidak dapat menerima pengunjung demi hindari penularan virus.
Foto: picture-alliance/AA/M. U. Uysal
Pendekatan positif
Setelah lockdown, orang Italia diwajibkan untuk tinggal di apartemen mereka selama berminggu-minggu. Langkah-langkah darurat tetap diberlakukan sampai setidaknya pertengahan April. Tapi mereka belum putus asa. Poster dengan motif pelangi berwarna-warni dan slogan: "Andra tutto bene" ("Semuanya akan baik-baik saja") bergantungan di jendela dan dari balkon di seluruh negara.
Foto: picture-alliance/abaca/IPA/P. Tenagli
'Italia, kami bersama kamu'
Solidaritas di Beslan, barat daya Rusia. Oang menyalakan lilin untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan Italia, salah satu negara yang paling terpukul oleh pandemi. Di Paraguay, Polandia, dan Bosnia-Herzegovina, bangunan diterangi dengan warna bendera Italia, hijau, putih, dan merah. Di Cina, bus triwarna dioperasikan yang pegangan dan sandaran kursinya bertuliskan, "Bergembiralah, Italia."
Foto: picture-alliance/TASS/O. Smolskaya
Harapan di cakrawala
Swiss juga mengirimkan pesan solidaritas. Sesuai dengan moto "cahaya adalah harapan," pesan-pesan berwarna cerah dipancarkan dari Matterhorn, gunung Swiss yang sangat simbolis. Tapi "#hope" berganti dengan "#stayathome" - Seruan untuk menyikapii pandemi secara serius dan tidak keluar rumah.
Foto: picture-alliance/Keystone/V. Flauraud
Mari kita berpura-pura kita sedang liburan
Pandemi itu membuat Adas Vasiliauskas kehilangan pekerjaan rutinnya. Jangan putus asa, pikir fotografer Lithuania itu. Sebagai gantinya, ia menggunakan pesawat tanpa awak untuk mengambil foto bagaimana orang Lithuania menghabiskan waktu di rumah selama karantina. Sepertinya menyenangkan: berjemur di atap, berolahraga di balkon, berdandan atau memimpikan liburan berikutnya.
Kehidupan publik juga berhenti di Bangladesh. Ketika orang tidak lagi keluar untuk makan itu menjadi sebuah masalah bagi hewan yang mencari makan di tempat sampah dan makanan sisa. Relawan di ibu kota, Dhaka, memberi makan anjing-anjing liar. Di Jerman, Asosiasi Kesejahteraan Hewan telah memperingatkan bahwa merpati di kota-kota juga menghadapi kelaparan.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/S. M. Rahman
Tunjukkan penghargaan
Staf medis di banyak negara telah bekerja keras tanpa jeda selama berminggu-minggu. Di Eropa, orang berdiri di jendela terbuka dan balkon pada malam hari untuk bertepuk tangan kepada dokter dan perawat. Warga Pakistan mengibarkan bendera putih sebagai tanda terima kasih kepada staf medis. Tetapi ada tanda penghargaan yang lebih efektif yaitu dengan tinggal di rumah demi perlambat penyebaran virus.
Foto: picture-alliance/Zuma/PPI
Masker buatan sendiri
Di seluruh dunia, relawan menjahit masker sederhana. Maskernya mungkin tidak selalu melindungi pemakainya dari infeksi, tetapi jika diikat dengan benar di mulut dan hidung, masker dapat membantu mencegah penyebaran virus. Masker yang dibuat oleh para wanita Armenia-Suriah ini akan didistribusikan di kalangan menengah ke bawah di Aleppo.
Foto: Getty Images/AFP
Memerangi infeksi melalui seni
Membantu dengan melakukan hal yang kita mahir, diterapkan kolektif seniman grafiti Kru RBS di Senegal. Dengan karya seni mereka di dinding di Dakar, mereka menunjukkan kepada masyarakat bagaimana mereka dapat membendung penyebaran virus corona. Bersin di bagian dalam lengan Anda adalah salah satu aturan penting untuk melindungi orang lain.
Foto: Getty Images/AFP/Seyllou
Selera humor
Reuben Ward berjalan di sekitar ibukota Amerika Serikat, Washington D.C., berpakaian seperti Tyrannosaurus Rex yang menakutkan dan besar. "Itu adalah cara menghibur untuk mengalihkan perhatian mereka sejenak dari virus corona dan menghibur mereka," kata pria 29 tahun itu. Pesannya: Sekalipun situasinya serius, Anda juga perlu menjaga selera humor.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Martin
Gangguan manis
Di Jerman, humor terkait virus corona cenderung dikaitkan dengan makanan. Misalnya cokelat berbentuk antibodi virus corona, kue yang berbentuk seperti gulungan kertas toilet dan kelinci cokelat Paskah lengkap dengan masker wajah. Tapi bukan Jerman jika tidak ada sesuatu untuk dikeluhkan: Para kritikus menilai barang dagangan itu mencerminkan selera buruk.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Meyer
Bonus kertas toilet
Kertas toilet laku keras di banyak negara. Sebuah restoran di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, memberi bonus satu gulung kertas toilet untuk setiap pesanan yang dibawa pulang seharga lebih dari $ 25 (Rp 416.000). "Ketika pelanggan mengambil pesanan mereka, Anda mendengar tawa tulus dan itu yang terbaik saat ini," kata pemiliknya kepada FOX 9. Ini juga jadi strategi pemasaran yang cerdas.
Foto: picture-alliance/CBG/Cover Images
Badut atau presiden?
Reaksi masyarakat terhadap krisis juga ada yang berupa sindiran. Aira Ocrespo bukan satu-satunya yang mengkritik Presiden Brasil, Jair Bolsonaro karena pendekatannya yang lemah terhadap pandemi COVID-19. Senimaan ini menyindir, hidung badut merah adalah satu-satunya perlindungan wajah yang dikenakan presiden untuk melawan virus corona. (Ed:fs/as)