Dewan Perwakilan AS mengeluarkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang mendukung HAM dan demokrasi di Hong Kong, pada Rabu (20/11). Pemerintah Cina menanggapinya dengan geram dan siapkan tindakan balasan.
Iklan
Dewan Perwakilan Amerika Serikat (AS) meloloskan dua Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk mendukung Hak Asasi Manusia (HAM) di Hong Kong, pada Rabu (20/11). Dua RUU itu yakni tentang HAM dan demokrasi Hong Kong, serta pelarangan eskpor amunisi untuk alat pengendali massa kepada otoritas keamanan Hong Kong.
Dewan Perwakilan AS, yang diwakili oleh 417 suara berbanding 1, sepakat mendukung suara demonstran pro-demokrasi Hong Kong, yang setelah terjadi unjuk rasa selama hampir enam bulan.
Setelah diloloskan Dewan Perwakilan AS, RUU ini nantinya tinggal ditandatangani Presiden AS, Donald Trump. Pihak Gedung Putih belum memberikan pernyataan apakah presiden akan menyetujui RUU tersebut, namun suara mayoritas di Kongres akan menjadi pertimbangan Trump.
RUU ini mewajibkan Departemen Luar Negeri AS untuk meninjau rutin setiap tahun apakah status perdagangan yang diberikan oleh AS kepada Hong Kong, telah memenuhi syarat untuk disebut sebagai pusat keuangan dan perdagangan khusus.
RUU kedua yang juga diloloskan oleh Dewan Perwakilan AS adalah pelarangan penjualan alat pengendali massa, seperti gas air mata, semprotan merica, peluru karet dan pistol setrum, yang biasa digunakan oleh pasukan keamanan Hong Kong.
Pemerintah Cina menanggapinya dengan geram. Mereka menganggap RUU ini menyulut hubungan dagang antara AS dan Cina, yang selama berbulan-bulan telah mengalami pelambatan dalam pertumbuhan ekonomi global. Sikap AS juga membahayakan kesepakatan dagang yang telah dinegosiasikan bersama Cina.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik, di luar Jepang turun 1,2%, Kamis (21/11) pagi. Sementara indeks Hang Seng, Hong Kong merosot 1,5%.
Pemerintah Cina mengutuk keras tindakan Kongres AS yang mengeluarkan RUU untuk mendukung HAM dan demokrasi Hong Kong. Kementerian Luar Negeri Cina mengatakan bahwa bila RUU itu ditandatangani dan sah menjadi Undang-Undang (UU), maka Cina bersumpah akan mengambil tindakan tegas untuk membalas tindakan AS. Cina merespons hal ini untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan negaranya.
RUU ini juga akan berpengaruh terhadap pejabat-pejabat yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM di Hong Kong. Mereka yang dapat dikenakan sanksi lewat UU HAM dan demokrasi Hong Kong.
Hong Kong telah dilanda demokrasi berkepanjangan, selama hampir enam bulan sejak Juni 2019. Unjuk rasa oleh demonstran pro-demokrasi muncul karena adanya RUU yang memungkinkan pelaku kriminal di ekstradisi ke Cina. Meskipun RUU ini akhirnya telah dibatalkan, namun gelombang protes berkembang menjadi tuntutan demokrasi utuh untuk warga Hong Kong.
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)