RUU yang akan membuat hak aborsi legal di seluruh Amerika Serikat gagal disahkan di Senat. Pada Rabu (11/05), hasil pemungutan suara memutuskan untuk membatalkan hak aborsi nasional.
Iklan
Pada Rabu (11/05), Senat Amerika Serikat gagal meloloskan RUU yang akan membuat keputusan penting Roe v Wade menjadi hukum negara. Pembatalan ini menenggelamkan upaya legislatif untuk menjadikan hak aborsi legal di seluruh AS.
Senat terdiri dari 50 anggota Partai Demokrat dan 50 anggota Partai Republik. Hampir seluruh anggota Demokrat mendukung Undang-undang Perlindungan Kesehatan Perempuan yang menjamin hak aborsi nasional. Sementara semua anggota Republik solid menentang tindakan itu. Hasil voting berakhir dengan selisih tipis, 51 suara menentang dan 49 suara mendukung RUU tersebut. RUU itu diperkirakan tidak akan disahkan. Namun, Ketua Fraksi Mayoritas Demokrat Senat Chuck Schumer pada Rabu (11/05) tetap mengupayakan pemungutan suara setelah draf opini tentang dokumen Roe v Wade bocor pada pekan lalu.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Joe Biden mengatakan, "Partai Republik di Kongres memilih untuk menghalangi hak orang Amerika untuk membuat keputusan paling pribadi tentang tubuh, keluarga, dan kehidupan mereka sendiri."
Sejatinya RUU itu diyakini akan memperluas perlindungan, membatalkan banyak undang-undang negara bagian yang menurut Partai Demokrat dan para pendukung hak aborsi telah melanggar keputusan asli tahun 1973. Secara umum, tujuan utama undang-undang tersebut adalah untuk mengkodifikasikan Roe v Wade ke dalam undang-undang federal, yang berarti akan lebih sulit bagi Mahkamah Agung untuk membatalkannya.
Nantinya, undang-undang juga akan menetapkan bahwa penyedia layanan kesehatan memiliki hak untuk menyediakan layanan aborsi dan pasien berhak untuk menerima aborsi.
Tidak seperti kebanyakan rekan mereka, Senator Republik Susan Collins dari Maine dan Lisa Murkowski dari Alaska mendukung hak aborsi. Namun, mereka menentang undang-undang yang diusulkan Demokrat, dengan mengatakan undang-undang itu terlalu ekspansif dan dapat mengancam beberapa kebebasan beragama yang ingin dilindungi oleh negara.
Aborsi di Argentina – Menentang Tabu
Presiden Argentina Alberto Fernandez ajukan undang-undang (RUU) yang melegalkan aborsi ke kongres. Dulu karena ilegal, beberapa perempuan yang terpaksa menggugurkan kandungan, melakukannya sendiri dengan nekad.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Pria menderita juga
Aborsi bukan hanya masalah perempuan, sebagai karya yang ditunjukkan fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice. Pedro, 24 tahun, mendukung keputusan pacarnya untuk melakukan aborsi pada tahun 2012. Dia tidak bisa berbicara dengan teman-temannya tentang hal itu. "Kami merasa seperti penjahat."
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Untuk kebebasan pribadi
Dulu meski dilarang, setiap tahun sekitar setengah juta perempuan menjalani prosedur, seperti yang dilakukan Camilla. Setelah aborsi, dia membuat tato di lehernya, dengan tulisan: "Libertad ", yang artinya: kebebasan.
Foto: Goméz Verdi, Franz, Meurice
Aborsi di Tahun Baru
Mara, dulu hamil pada usia 21 tahun. Keluarga pacarnya mengancam, "Jika kamu melakukan aborsi, kami akan melaporkanmu." Tapi kemudian, pacarnya meninggalkan dia dalam keadaan berbadan dua. Setelah hampir hamil 12 minggu, dia menceritakan nasibnya pada ibunya dan melakukan aborsi di klinik ilegal, pada Malam Tahun Baru 2002.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di rumah
Gantungan baju, jarum rajut, pukulan di perut - kurangnya informasi dan tidak ada pilihan lain menyebabkan banyak perempuan nekad melakukan aborsi sendiri. Hal ini sering berakibat fatal.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
100 kematian setiap tahun
Menurut data dari Departemen Kesehatan Argentina, setiap tahun antara 60.000 dan 80.000 perempuan dengan komplikasi akut dan perdarahan akibat aborsi, dirawat di rumah sakit dan diinapkan dalam apa yang disebut "kamar syok". Sekitar 100 perempuan meninggal dunia akibat luka atau prosedur aborsi Yang salah. Kasus-kasus seperti ini sangat umum di daerah-daerah termiskin di negara itu.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi untuk dua puluh juta
Bisnis aborsi ilegal berkembang. Dokter memungut biaya sekitar 20 juta Rupiah untuk prosedur ilegal ini. Salah satu kritikus dari praktik ilegal ini adalah ahli bedah German Cardoso--anggota asosiasi yang dokter Argentina. Ia berkomitmen untuk melegalkan aborsi. Dia sendiri melakukan prosedur itu. Biayanya bervariasi, disesuaikan dengan pendapatan pasien.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Bantuan dari perempuan untuk perempuan
"Ambil rosario Anda keluar dari indung telur kita! " demikian tuntut asosiasi perempuan Argentina "La Revuelta", salah satu dari banyak LSM yang memperjuangkan legalisasi aborsi. Di provinsi Patagonian dari Neuquen, mereka memberi nasihat dan menemani perempuan yang ingin melakukan aborsi.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Tidak ada pedoman
Eluney, 21 tahun usianya. Gadis dari Neuquenini ditemani oleh badan amal La Revuelta ketika terpaksa melakukan aborsi. "Saya ingin memutuskan sendiri kapan harus menjadi seorang ibu," katanya. Namun, jika aborsi kimia tidak dilakukan dengan benar, maka bisa berbahaya. Dokter sering menjual obat tanpa informasi tentang bagaimana obat-obatan itu harus digunakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Aborsi di Penjara
Terpaksa bekerja sebagai pelacur, Sonia Sanchez lima kali aborsi - semua dilakukan di penjara. Dia ditahan untuk kasus ‘prostitusi ilegal". Ia dihamili oleh pelanggan yang membayar pemilik rumah bordil untuk melakukan seks tanpa kondom. Pada tahun 2012, aborsi dilegalkan, khusus untuk kasus pemerkosaan atau jika mengancam nyawa perempuan hamil.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
Dalam keheningan
"Ini tubuh saya," kata Monica. Fotografer Lisa Franz, Guadalupe Gomez Verdi dan Lea Meurice ingin menggunakan proyek foto mereka untuk memecah keheningan persoalan aborsi di Argentina, hal yang selama ini tabu untuk dibicarakan.
Foto: Lisa Franz, Guadalupe Gómez Verdi, Léa Meurice
10 foto1 | 10
Harapan Demokrat dan pertentangan Republik
Langkah Demokrat selanjutnya masih belum jelas. Schumer mengatakan pada Selasa (10/05), "Kami akan terus berjuang dan kami akan mengejar jalan terbaik ke depan."
Iklan
Meski kalah, Demokrat berharap pemungutan suara tersebut akan membantu mendongkrak lebih banyak kandidat mereka menang dalam pemilihan paruh waktu 8 November mendatang, sehingga undang-undang pro-aborsi dapat didukung oleh calon legislator yang akan mulai menjabat pada Januari 2023.
Sementara itu, Partai Republik mengecam RUU tersebut sebagai langkah radikal yang akan melampaui dari apa yang dijamin Roe. Senator Ben Sasse mengatakan akan sangat tercela secara moral untuk meminta penyedia layanan, seperti rumah sakit Katolik, untuk melakukan tindakan aborsi.
Di Amerika Serikat, tidak ada undang-undang yang mengizinkan atau melarang aborsi. Namun, aborsi diizinkan setidaknya sampai janin berusia sekitar 24 minggu. Dasar untuk ini adalah keputusan penting dari Mahkamah Agung AS tahun 1973 "Roe v Wade".