1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seniman Documenta Tolak Sensor dan Gugat Kekerasan

29 Juli 2022

Sementara tuduhan antisemitisme terhadap documenta15 di Kassel belum berhenti, sekelompok seniman merilis surat yang menggugat kekerasan yang terjadi terhadap beberapa seniman di Kassel.

Buku brosur yang dituduh memuat antisemitisme di documenta15
Buku brosur yang dituduh memuat antisemitisme di documenta15Foto: Uwe Zucchi/dpa/picture alliance

Surat yang dipublikasi di portal seni Belanda "Metropolis M" bertanggal 18 Juli 2022 dan dikirimkan para seniman dan kolektif seni ke dewan pengawas documenta15. Dalam surat itu mereka juga mengungkapkan kekecewaan, karena dewan pengawas dinilai mengabaikan laporan mereka tentang aksi kekerasan dan rasisme yang terjadi pada beberapa seniman.

Para seniman juga menolak penyensoran dan penyelidikan secara umum terhadap karya-karya yang seni yang ditampilkan. "Kami sangat kecewa karena Anda memilih untuk mengabaikan rasisme dan kekerasan yang dialami para seniman dan pengarah artistik serta tim selama delapan bulan terakhir," tulis mereka.

Serangan-serangan ini telah menciptakan iklim permusuhan dan rasisme terhadap para seniman, yang menyebabkan mereka menghadapi lebih banyak serangan lagi. Pada 13 dan 17 Juni 2022 misalnya, setelah 5 hari diawasi oleh seorang perempuan di dalam mobil, gereja St. Kunigundis tempat pameran karya Atis Rezistans|Ghetto Biennale (Haiti/Internasional) digerebek seorang pria yang mengancam dan meneriaki para seniman. Dia juga merekam dengan teleponnya, dan videonya beredar.

Selanjutnya mereka menulis: "Banyak terjadi insiden terdokumentasi lainnya, serta diskriminasi rasis, Islamofobia, dan transfobik institusional. Artis dan anggota tim yang bekerja untuk documenta15 masih mengalami berbagai tingkat pelecehan dan intimidasi, hingga hari ini.

Gambar-gambar yang dituduh memuat antisemitismeFoto: Uwe Zucchi/picture alliance/dpa

Tuduhan antisemistisme baru

Sementara itu, tuduhan antisemitisme baru muncul terhadap buku brosur dari kolektif Aljazair "Archives des luttes des femmes en Algérie". Brosur berjudul "Présence des Femmes" dari tahun 1988 itu memuat gambar-gambar seniman Suriah Burhan Karkoutly, yang pada tahun itu menyoroti peristiwa Intifada I di Palestina.

Dalam gambar itu terlihat serdadu Israel yang digambarkan sebagai robot-robot beringas. Dalam gambar lain ada senjata ditodongkan kepada seorang anak muda Palestina, pada gambar berikutnya seorang serdadu Israel menjewer seorang bocah. Pada gambar lain terlihat seorang perempuan sedang menendang perut serdadu Israel yang digambarkan berhidung bengkok.

Menurut laporan media, seorang pengunjung documenta kemudian memberitahukan adanya gambar-gambar antisemitis itu kepada penjaga documenta. Kasus itu juga dilaporkan kepada organisasi biro informasi antisemitisme Recherche- und Informationsstelle Antisemitismus (RIAS) di negara bagian Hessen.

Namun panitia documenta15 menolak tuduhan itu dan mengatakan, tidak ada "yang secara hukum relevan” dalam gambar-gambar itu.

Dirjen Interim documenta15 Alexander FahrenholtzFoto: KSB/Falk Wenzel

Seniman documenta tolak sensor

Para seniman documenta menggugat, bahwa dewan pengawas tidak cukup banyak berkonsultasi dengan mereka "meskipun telah menyatakan komitmennya untuk saling menghormati, berperilaku baik, dan loyal kepada ruangrupa, sebagaimana dinyatakan dalam kontrak (klausul 12.1 kontrak antara Documenta GmbH dan ruangrupa).”

"Dalam email yang dikirimkan kepada manajemen pada tanggal 25 Juni 2022, kami meminta agar lembaga segera menghentikan pemeriksaan ulang atas karya kami dan membuka semua tempat dan karya seni agar karya seni kami dapat dinikmati dan dilihat oleh masyarakat tanpa gangguan,” tulis para seniman dalam suratnya. Mereka menolak pembentukan sebuah komisi penyelidik secara sepihak oleh dewan pengawas tanpa berkonsultasi lebih dulu dengan mereka.

"Kami di sini untuk tinggal dan ingin menjaga pameran ini tetap terbuka, tetapi dengan jaminan kebebasan artistik. Kami yakin bahwa karya seni dapat berbicara sendiri dan kami percaya pada atensi penonton untuk terlibat dengan kompleksitas karya seni sebagai warga negara yang bertanggung jawab, tanpa pengawasan negara. Kami di sini untuk percakapan yang terbuka dan tulus serta pertukaran kolektif."

Surat itu ditandatangani oleh lebih 50 seniman dan keloktor seni, termasuk tim ruangrupa. Di dalam suratnya mereka meminta dewan pengawas documenta15 merilis permohonan maaf secara publik atas kekerasan dan intimidasi yang dialami beberapa seniman di ajang documenta15.

hp/as (dpa, edp, afp, MetropolisM)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait