Serangan bom nuklir 70 tahun yang lalu menjadikan Jepang sebagai korban. AS bersikeras, langkah tersebut harus ditempuh agak perang bisa berakhir. Tapi haruskah senjata nuklir menjadi solusi? Komentar Alexander Freund.
Iklan
Lebih dari 200.000 orang meninggal - 90.000 diantaranya tewas seketika. Kota Nagasaki bisa dibilang hanya bernasib buruk, karena bukan merupakan sasaran sesungguhnya. Nagasaki hanya terpilih karena ada awan gelap yang menutupi langit di atas target utama, Fukuoka.
Kini seluruh dunia tahu nama kedua kota Jepang ini. Hiroshima dan Nagaski. Setelah menjatuhkan bom atom ke Hiroshimo, kopilot pesawat Enola Gay mengatakan: "Oh Tuhan, apa yang telah kami lakukan?"
Saat bom dijatuhkan ke Nagasaki, beberapa hari setelah Hiroshima diserang, seluruh dunia sudah mengetahui kekuatan bom tersebut. Ini menjadi kejahatan perang yang tidak termaafkan. Amerika membela strategi ini dengan mengatakan perang di Pasifik akan berlangsung lebih lama tanpa serangan bom tersebut dan jutaan nyawa akan melayang dalam invasi ke kepulauan Jepang. Menurut AS, Jepang hanya bersedia menyerah setelah serangan bom nuklir.
Walau keterangan tersebut tidak sesuai dengan pendapat beberapa pakar sejarah, fakta yang tersisa adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak bisa dibenarkan. AS hanya ingin mencoba sistem persenjataan baru dan memamerkan kekuatannya, tidak hanya kepada Jepang tetapi juga Rusia.
Sejak Hiroshima dan Nagasaki, setiap negara adidaya, termasuk negara yang menganggap dirinya sebagai negara berkuasa, ingin memiliki senjata nuklir. Termasuk Rusia, Inggris, Perancis, Cina, India dan Pakistan.
Satu hal yang tidak bisa dilupakan, serangan bom nuklir juga memungkinkan Jepang mengambil peran sebagai korban. Ini citra yang dipilih oleh Jepang dan bukan sebagai negara yang dahulu bersikap secara kejam kepada negara-negara tetangganya di Asia.
Sang korban sebenarnya juga lah sang pelaku kejahatan. Hingga kini, Jepang gagal mengkonfrontasi sejarah perangnya dan mengupayakan rekonsiliasi dengan negara-negara tetangga.
Sementara PM Jepang menunjukkan penghormatannya terhadap korban bom atom, ia juga ingin merevisi Konstitusi Jepang tahun 1947 yang ditulis ketika Jepang berada di bawah pendudukan Sekutu seusai Perang Dunia II dan direncanakan untuk menggantikan sistem monarki absolut yang militeristik dengan suatu bentuk demokrasi liberal.
PM Shinzo Abe ingin memperkuat kemampuan militer Jepang untuk bisa menyaingi Cina di kawasan Asia. Ini mungkin bisa dimengerti dari sudut pandang geostrategi, Abe tidak mengharapkan dukungan dari mayoritas warga Jepang.
Bukan kekuatan militer dan pamer kekuatan yang bisa mewujudkan perdamaian dan stabilitas, tetapi rekonsiliasi dan kemakmuran. Kebrutalan perang seharusnya menjadi pelajaran berharga, tidak hanya bagi korban di Jepang dan pelaku kejahatan, tetapi juga semua pemain global.
Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki
Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah. Pihak sekutu sepakat menggunakan bom atom untuk membuat Jepang bertekuk-lutut.
Foto: AP
Apocalypse
6 Agustus 1945 jam 08:16 waktu Jepang. 580 meter di atas pusat kota Hiroshima meledak bom atom. 80 persen wilayah kota luluhlantak akibat ledakan ini. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir membakar penduduk, hewan serta tanaman. Dari puing-puing kota yang porakporanda menguak satu simbol mimpi buruk peradaban manusia: awan cendawan bom atom.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemegang Keputusan
Jerman telah dikalahkan sekutu. Pada bulan Juli 1945 Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan pemimpin Uni Sovyet Josef Stalin mengadakan pertemuan di Potsdam, Jerman, untuk membicarakan langkah-langkah selanjutnya. Di wilayah Pasifik Perang Dunia II masih berkecamuk. Walaupun secara strategis sudah kalah, akan tetapi Jepang menolak untuk menyerah.
Foto: Bundesarchiv-sa
Little Boy
Ketika berada di Potsdam, Presiden AS Truman menerima informasi: percobaan bom atom di gurun New Mexico telah berhasil dan bom atom ke dua yang diberi nama Little Boy sedang dalam perjalanan menuju Pasifik. Truman dan Churchill sepakat menggunakan bom ini untuk melawan Jepang, jika Jepang tetap menolak untuk menyerah tanpa syarat dengan segera.
Foto: gemeinfrei
Enola Gay
Korban dan kerugian besar ditelan pihak Amerika Serikat ketika berusaha menggempur tentara Jepang yang gigih di kepulauan di Pasifik. Para awak pesawat Enola Gay juga merasa yakin dengan misi mereka. Bom atom ini akan menghentikan laju invasi Jepang. Walaupun akan mengorbankan puluhan ribu manusia, tapi bom ini akan menyelamatkan ratusan ribu lainnya. Demikian pendapat awak Enola Gay.
Foto: gemeinfrei
Kerusakan Total
70.000 sampai 80.000 dari jumlah 255.000 penduduk Hiroshima diperkirakan tewas seketika. Gedung-gedung rata dengan tanah, tidak kuat menahan kekuatan bom atom ini. Hanya beberapa bangunan tradisonal yang terbuat dari kayu yang mampu tetap berdiri.
Foto: AP
Saksi Kehancuran
Satu dari sedikit bangunan beton yang masih bertahan adalah gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima. Gedung yang hancur terbakar ini masih menyisakan kubahnya yang tetap berdiri. Di sekitar gedung ini berdiri, 150 meter dari pusat ledakan, tidak ada seorangpun yang selamat.
Foto: picture-alliance/dpa
Korban
Di sekitar pusat ledakan, hampir tidak ada kesempatan bagi penduduk Hiroshima untuk melepaskan diri dari maut. Sebagian besar dari mereka yang berhasil selamat menderita luka bakar yang mengerikan. Dalam beberapa hari, minggu dan bulan setelah pengeboman ini, ribuan orang menyusul menjadi korban tewas akibat radiasi nuklir yang ditimbulkan ledakan bom atom ini.
Yang Tertinggal
Perempuan ini berhasil selamat, luput dari inferno Hiroshima. Gelombang panas yang diakibatkan bola api nuklir telah membakar pakaian yang dikenakannya dan menyisakan corak kimono di kulit tubuhnya.
Foto: AP
Pukulan ke Dua
Hiroshima memang telah hancur lebur, tetapi para panglima perang Jepang belum juga bersedia untuk menyerah tanpa syarat. Penolakan ini kemungkinan dikarenakan, para pemimpin di Tokyo tidak menyadari sepenuhnya kerusakan yang diakibatkan bom atom di kota Hiroshima. Setelah ditunda selama dua hari akibat cuaca buruk, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua, Fat Man, dijatuhkan di Nagasaki.
Foto: picture-alliance/dpa
Berakhir
Kota Nagasaki pun hancur bersama 20.000 warganya yang tewas seketika. Dalam beberapa bulan kemudian, 40.000 orang menyusul tewas, 75.000 orang menderita luka parah. Tanggal 10Agustus 1945, Kaisar Jepang Hirohito mengeluarkan perintah kepada panglima perangnya untuk menyerah kepada Sekutu, dengan satu syarat bahwa kedaulatan kekaisaran harus dipertahankan.
Foto: picture-alliance/dpa
Menyerah
Amerika Serikat tidak menerima syarat ini, dan terus melanjutkan serangan udaranya. Tanggal 14 Agustus, dalam pidato yang disiarkan melalui radio, Kaisar Hirohito menyatakan: mengingat senjata baru yang 'tidak manusiawi’ yang dimiliki lawan, bangsa Jepang akan hancur total jika terus melanjutkan peperangan. Karena itu, Kaisar menyatakan kapituasi Jepang tanpa syarat sesuai yang diminta Sekutu.
Foto: gemeinfrei
Hibakusha
Dengan menyerahnya pasukan Jepang terakhir pada tanggal 12 September 1945, maka berakhirlah Perang Dunia ke 2. Tapi bagi para "Hibakhusa", korban selamat dari bom Hirosima dan Nagasaki, penderitaan belumlah berakhir.
Foto: AP
Korban Selamat
Foto yang diambil pada bulan Juni 2009 ini memperlihatkan salah seorang korban bom atom yang selamat, Tsutomu Yamaguchi, sedang menceritakan kisahnya dalam satu acara di Nagasaki yang diselenggarakan oleh sebuah organisasi perdamaian. Yamaguchi meninggal dunia akibat kanker perut, tanggal 4 Januari 2010, pada usia 93 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Monumen
Gedung kamar dagang dan industri kota Hiroshima yang selamat dari sapuan bom atom 6 Agustus 1945 kini dijadikan monumen untuk mengenang kengerian akibat bom atom.
Foto: picture-alliance/ZB
Peringatan
Sepasang wisatawan di Museum Monumen Perdamaian di Hiroshima berdiri di depan foto raksasa yang memperlihatkan kota Hiroshima yang hancur akibat bom atom 6 Agustus 1945.