Kelompok separatis Papua menyerukan warga Kaledonia Baru agar tidak termakan propaganda dan sebaliknya mendukung pemisahan dari Perancis dalam referendum kemerdekaan pada November 2018 mendatang.
Iklan
Pada tanggal 4 November Kaledonia Baru akan menggelar referendum untuk menentukan kemerdekaan dari Perancis. Etnis Kanak yang mendominasi kepulauan di timur Australia itu kini mendapat dukungan kemerdekaan dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Kepada Radio New Zealand, KNPB menyuarakan agar warga etnis Kanak tidak termakan oleh propaganda Paris untuk mempertahankan status quo Kaledonia Baru. "Saya ingin mengatakan kepada rakyat Kanak, tolong pilih ya untuk masa depan Anda. Karena kalau tidak artinya Anda menyetujui kepunahan tanah air dan bangsa kalian," kata Victor Yeimo, Presiden KNPB.
"Kami bangsa Papua Barat akan mendukung jika kalian memilih ya (merdeka), agar kalian bisa menjadi sebuah bangsa, bangsa yang bebas dan berdaulat," imbuhnya. Meski demikian Yeimo memuji langkah Perancis mengizinkan referendum kemerdekaan buat Kaledonia Baru, sesuatu yang bertolakbelakang dengan situasi di Indonesia.
"Di Indonesia kami tidak bisa melakukannya, karena kolonialisme Indonesia berbeda dengan kolonialisme Eropa, seakan mereka tidak memiliki demokrasi."
Mumi di Suku Dani Papua
Suku Dani di Papua mempunyai metode tersendiri dalam pemakaman jenazah. Di antaranya dengan mengawetkannya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Pengawetan dengan pengasapan
Tradisi pemakaman jenazah di dunia berbeda-beda. Demikian pula tradisi yang dipegang teguh suku Dani di pelosok Papua. Mereka menggunakan metode pengasapan untuk mengawetkan jenazah nenek moyangnya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Sang kepala suku
Di Desa Wogi, Wamena, kepala suku Dani, Eli Mabel tampak mengangkat jasad leluhurnya Agat Mamete Mabel, yang diawetkan. Jenazah yang digendong ini merupakan kepala suku yang pernah memimpin Desa Wogi di Wamena, sekitar 250 tahun yang lalu.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Jasadnya nyaris utuh
Jasad yang diawetkan nyaris utuh meskipun telah dilakukan berabad lalu. Tampak jenazah Agat Mamete Mabel yang diawetkan seperti mumi ini, terlihat kecil, menggelap dan menyusut, akibat proses pengawetan jenazah.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Penghormatan leluhur
Meskipun kini sudah tak lagi melakukan pengawetan jenazah dengan teknik pengasapan, suku Dani masih menyimpan beberapa mumi yang diyakini sudah berusia ratusan tahun. Mereka menyimpannya sebagai bentuk penghormatan mendalam terhadap para leluhur mereka.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Melestarikan tradisi
Suku Dani terus melestarikan tradisi adat mereka. Misalnya perang antarsuku yang merupakan bagian dari seremonial adat. Seperti antara suku Lani dan Yali. Atraksi ini menarik perhatian para wisatawan mancanegara.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Penguasa Lembah baliem
Warga suku Dani dan suku-suku lain di sekitarnya diketahui berada di Lembah Baliem sekitar ratusan tahun lalu. Banyak eksplorasi di dataran tinggi pedalaman Papua dilakukan. Salah satu di antaranya ekspedisi Lorentz pada tahun 1909-1910. Namun kontak pertama dilakukan pakar Amerika Serikat, Richard Archbold, saat melakukan ekspedisi ke bumi Papua pada tahun 1938. Ed ap/vlz (berbagai sumber)
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
6 foto1 | 6
Yeimo merujuk pada Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1962, ketika ABRI memanipulasi jalannya referendum dengan memilih 1,025 perwakilan yang berhak memilih untuk memastikan bergabungnya Papua Barat dengan NKRI. "Kami adalah korban gagalnya proses dekolonialisasi," kata dia.
Kaledonia Baru merupakan negara kepulauan seluas Nusa Tenggara Barat di Samudera Pasifik. Sejak 1853, kepulauan yang dihuni oleh etnis Kanak itu dijajah Perancis.
Antara 1976 dan 1988 konflik antara pemerintah Perancis dan gerakan pembebasan Kanak mencapai klimaks yang ditandai dengan tindak kekerasan dan kerusuhan. Pada tahun 1984 para pemberontak menduduki perkebunan milik warga kulit putih dan membentuk pemerintahan transisi. Namun inisasi damai yang ditawarkan pemerintahan sosial demokrat Perancis pada tahun 1985 dicabut oleh pemerintahan konservatif yang terpilih pada pemilu 1986.
Akibatnya eskalasi konflik di Kaledonia Baru memuncak pada penyanderaan 27 warga kulit putih oleh pasukan pemberontak. Militer Perancis merespon dengan menewaskan 19 simpatisan separatis.
Hubungan antara warga pribumi Kanak dan pemerintah Perancis baru membaik ketika kedua pihak menandatangani Nouméa Accord pada 1998 yang menggariskan transisi kekuasaan dari Paris ke pemerintahan lokal. Perjanjian itu juga menjadi pondasi bagi penyelenggaraan referendum kemerdekaan yang disahkan oleh pemerintahan Emmanuel Macron pada 2017 silam.
rzn/ap (dari berbagai sumber)
Dua Wajah Tentara - NKRI di Bawah Bayang Militer
TNI banyak berjasa menyatukan Indonesia. Tapi kiprah mereka di tiga wilayah justru membuktikan sebaliknya. Pendekatan keamanan yang dianut mabes di Cilangkap justru mendorong separatisme dan mengancam keutuhan NKRI
Foto: AFP/Getty Images/Choo Youn Kong
Ancaman Terhadap NKRI?
Presiden Joko Widodo menjadi kepala negara pertama yang memahami perlunya perubahan di tubuh TNI. Ia memerintahkan pergeseran paradigma di Papua, "bukan lagi pendekatan keamanan represif, tetapi diganti pendekatan pembangunan dengan pendekatan kesejahteraan." Diyakini, kiprah TNI menjaga kesatuan RI justru banyak melahirkan gerakan separatisme.
Foto: Reuters/Beawiharta
Api di Tanah Bara
Sejak Penentuan Pendapat Rakyat 1969 yang banyak memicu keraguan, Papua berada dalam dekapan militer Indonesia. Sejak itu pula Jakarta menerapkan pendekatan keamanan buat memastikan provinsi di ufuk timur itu tetap menjadi bagian NKRI. Tapi keterlibatan TNI bukan tanpa dosa. Puluhan hingga ratusan kasus pelanggaran HAM dicatat hingga kini.
Foto: T. Eranius/AFP/Getty Images
Rasionalisasi Pembunuhan
Tudingan terberat ke arah mabes TNI di Cilangkap adalah rasionalisasi pembunuhan warga sipil di Papua. Theys Hiyo Eluay yang ditemukan mati tahun 2001 silam adalah salah satu korban. Pelakunya, anggota Komando Pasukan Khusus, mendapat hukuman ringan berkat campur tangan bekas Kepala Staf TNI, Ryamizad Ryacudu yang kini jadi Menteri Pertahanan. "Pembunuh Theys adalah pahlawan," katanya saat itu
Foto: Getty Images/AFP/T. Eranius
Merawat Konflik, Menjaga Kepentingan
Berulangkali aksi TNI memprovokasi konflik dan kerusuhan. Desember 2014 silam aparat keamanan menembak mati empat orang ketika warga Paniai mengamuk lantaran salah satu rekannya dipukuli hingga mati oleh TNI. Provokasi berupa pembunuhan juga dilakukan di beberapa daerah lain di Papua. Faktanya nasionalisme Papua berkembang pesat akibat tindakan represif TNI, seperti juga di Aceh dan Timor Leste
Foto: picture-alliance/dpa
Seroja Dipetik Paksa
Diperkirakan hingga 200.000 orang meninggal dunia dan hilang selama 24 tahun pendudukan Indonesia di Timor Leste. Sejak operasi Seroja 1975, Timor Leste secara praktis berada di bawah kekuasaan TNI, meski ada upaya kuat Suharto buat membangun pemerintahan sipil.
Foto: picture-alliance/dpa
Petaka di Santa Cruz
Kegagalan pemerintahan sipil Indonesia di Timor Leste berakibat fatal. Pada 12 November 1991, aksi demonstrasi mahasiswa menuntut referendum dan kemerdekaan dijawab dengan aksi brutal oleh aparat keamanan. Sebanyak 271 orang tewas, 382 terluka, dan 250 lainnya menghilang.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir Kegelapan
Sejak pembantaian tersebut Indonesia mulai dihujani tekanan internasional buat membebaskan Timor Leste. Australia yang tadinya mendukung pendudukan, berbalik mendesak kemerdekaan bekas koloni Portugal itu. PBB pun mulai menggodok opsi misi perdamaian. Akhirnya menyusul arus balik reformasi 1998, penduduk Timor Leste menggelar referendum kemerdekaan tahun 1999 yang didukung lebih dari 70% pemilih.
Foto: picture-alliance/dpa/Choo
Serambi Berdarah
Pendekatan serupa dianut TNI menyikapi kebangkitan nasionalisme Aceh, meski dengan akhir yang berbeda. Perang yang dilancarkan oleh Gerakan Aceh Merdeka, dijawab dengan teror terhadap pendukung dan simpatisan organisasi pimpinan Hasan Tiro itu. Namun berbagai aksi keji TNI justru memperkuat kebencian masyarakat Aceh terhadap pemerintah Indonesia.
Foto: Getty Images/AFP/O. Budhi
Daerah Operasi Militer
Dua kali Jakarta mendeklarasikan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer, antara 1990-1998 dan 2003-2004. Amnesty International mencatat, perang di Aceh sedikitnya menelan 15.000 korban jiwa, kebanyakan warga sipil. TNI dituding bertanggungjawab dalam banyak kasus pelanggaran HAM, antara lain penyiksaan dan pemerkosaan, tapi hingga kini tidak ada konsekuensi hukum.
Foto: picture-alliance/dpa/Saini
Alam Berbicara
Perang di Aceh berakhir dramatis. Di tengah eskalasi kekerasan pada masa darurat militer, bencana alam berupa gempa bumi dan Tsunami menghantam provinsi di ujung barat Indonesia itu. Lebih dari 100.000 penduduk tewas. Tidak lama kemudian semua pihak yang bertikai sepakat berdamai dengan menandatangani perjanjian di Helsinki, 2005.