Separatis Pro-Rusia Vonis Mati Tiga Serdadu Asing Ukraina
10 Juni 2022
Dua warga negara Inggris dan seorang asal Maroko diputus bersalah oleh pengadilan Republik Rakyat Donetsk karena bertempur sebagai “tentara bayaran” untuk Ukraina. Mereka bakal menghadap regu tembak.
Iklan
Putusan Mahkamah Agung Republik Rakyat Donetsk pertamakali dilaporkan kantor berita Rusia, Tass, Kamis (9/6), yang mengutip dakwaan "berpartisipasi dalam aksi permusuhan bersama angkatan bersenjata Ukraina dalam kapasitas sebagai tentara bayaran.”
Akibatnya, kedua warga Inggris, Aiden Aslin, 28, dan Shaun Pinner, 48, yang bermukim dan beristerikan seorang warga Ukraina, mendapat vonis hukuman mati bersama terpidana asal Maroko, Brahim Saadoun.
Menurut dokumen pengadilan, ketiga terdakwa sudah "mengaku bersalah.” Salah seorang tawanan juga "mengakui pernah dilatih untuk melancarkan serangan teror.”
"Bukti-bukti yang diajukan oleh kejaksaan dalam kasus ini memungkinkan pengadilan membuat vonis bersalah," kata Hakim Alexander Nikulin kepada media pasca sidang pembacaan keputusan.
"Putusan kami tidak cuma mengikuti norma dan hukum yang ada, tetapi juga yang paling penting, yakni prinsip keadilan," imbuhnya.
Media-media Rusia melaporkan, ketiganya sudah mengajukan banding dan bisa memohon pengampunan dari Republik Rakyat Donetsk, dengan harapan mendapat pengurangan hukuman menjadi 25 tahun penjara.
Negara Pemasok Senjata ke Ukraina
Perang yang dilancarkan Rusia di Ukraina terus berkobar. PBB berusaha medorong dialog damai. Namun, sejumlah negara NATO mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Senjata apa yang sudah dan akan disuplai ke Ukraina?
Foto: Thomas Imo/photothek/picture alliance
Amerika Serikat, Beragam Senjata
Pentagon memasok beragam persenjataan ke Ukraina senilai 2,5 miliar USD. Antara lain peluru kendali anti pesawat terbang Javelin buatan Inggris (foto). Selain itu, AS merencanakan pengiriman 300 kendaraan lapis baja dan sejumlah meriam artileri yang bisa dikendalikan lewat GPS lengkap dengan amunisinya. Juga Washington akan kirim 11 helikopter transport tipe MI-17 buatan Uni Sovyet.
AS juga mengirim sekitar 300 Drone Switchblade yang dipuji gampang dikendalikan dan tidak perlu stasiun peluncur canggih di darat. Dengan bobot hanya beberapa kilogram Switchblade bisa diangkut dengan ransel dan punya daya jelajah hingga 10 km. Drone sekali pakai ini bisa dikendalikan secara presisi untuk diledakkan menghancurkan target musuh.
Foto: AeroVironment/abaca/picture alliance
Jerman, Tank Gepard
Pemerintah Jerman sudah menyetujui pengiriman senjata berat, berupa tank anti serangan udara jenis Gepard. Dikembangkan tahun 1970-an, tank ini selama tiga dekade jadi tulang punggung sistem pertahanan anti serangan udara Jerman. Dilengkapi meriam kaliber 23mm yang mampu menembus lapis baja, dulu terutama dirancang untuk melumpuhkan helikopter tempur MI-24 buatan Rusia.
Foto: Carsten Rehder/dpa/picture alliance
Turki, Drone Bayraktar
Turki sudah memasok 20 drone tempur Bayraktar TB2 ke Ukraina. Penjualan drone ini pada tahun 2021 mulanya tidak ada kaitannya dengan perang yang dilancarkan Rusia. Tapi seiring perkembangan situasi di Ukraina, drone buatan Turki ini jadi salh satu senjata berat yang dikirim ke Ukraina dari salah satu anggota NATO.
Foto: Mykola Lararenko/AA/picture alliance
Republik Ceko, Tank T-72 M4
Republik Ceko menjadi negara pertama anggota NATO yang mengirim senjata berat ke Ukraina. Bulan Januari 2022 seiring penguatan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, Praha mengirim amunisi dan granat anti panser. Setelah invasi Rusia, Republik Ceko mengirimkan tank tipeT-72 M4 buatan Uni Sovyet (foto) dan panser tipe MBP.
Foto: Jaroslav Ozana/CTK/dpa/picture alliance
Polandia, MIG-29
Polandia merencanakan pengiriman sejumlah pesawat tempur tipe MIG-29 buatan Rusia ke Ukraina lewat negara ketiga. Namun NATO menolak rencana ini, karena dengan itu berarti pakta pertahanan Atllantik Utara akan dianggap terlibat secara langsung dalam perang di Ukraina. Warsawa akhirny hanya mengirim senjata tempur dan amunisinya.
Foto: Cuneyt Karadag/AA/picture alliance
Negara NATO Lain, Akan Kirim Senjata Taktis
Anggota NATO lainnya seperti Inggris, Prancis, Belanda, Belgia dan Kanada sudah menjanjikan pengiriman bantuan persenjataan ke Ukraina. PM Inggris Boris Johnson sesumbar akan mengirim rudal anti armada laut, sementara PM Belanda Mark Rutte menjanjikan akan mengirim panser tempur. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan pengiriman senjata (as/yf)
Foto: U.S. Army/Zuma/imago images
7 foto1 | 7
Rusia saat ini masih memberlakukan moratorium hukuman mati. Tapi hal tersebut tidak berlaku buat wilayah separatis di Ukraina. Menurut laporan media lokal, eksekusi mati akan dilangsungkan oleh regu tembak di lokasi yang dirahasiakan.
Tuduhan tentara bayaran berulangkali dilayangkan Rusia terhadap legiun asing di Ukraina yang kebanyakan datang secara sukarela. Dalih tersebut membebaskan Rusia dari kewajiban menghormati hukum internasional yang melindungi tawanan perang.
Iklan
Ancaman terhadap legiun asing
Sementara itu, pemerintah Inggris mengecam "vonis palsu tanpa legitimasi” oleh separatis pro-Rusia. Ungkapan tersebut dilayangkan Menteri Luar Negeri Liz Truss via akun Twitternya, Kamis (9/6). "Mereka adalah tawanan perang.”
"Kami tentu saja sangat khawatir atas kasus ini. Di bawah Konvensi Jenewa, tawanan perang mendapat imunitas dan mereka tidak boleh diadili karena partisipasi dalam pertikaian bersenjata,” kata seorang juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson.
Dalam sidang yang berlangsung selama tiga hari itu, para tawanan mengaku bersalah "terlibat dalam aksi yang diniatkan untuk merebut kekuasaan dan menjatuhkan ketertiban konstitusonal Republik Rakyat Donetsk.”
April silam, kedua terpidana Inggris tampil di televisi pemerintah Rusia dan meminta PM Johnson menegosiasikan pembebasan. Mereka kini punya waktu selama 30 hari untuk mengajukan banding.
Pemerintah di Moskow berulangkali mewanti-wanti warga barat untuk tidak terlibat. Belum lama ini, Rusia mengklaim telah menghancurkan pusat pelatihan "tentara bayaran asing” di Zhtomyr, di barat Kyiv.
Vonis mati di Donetsk sebabnya dipahami sebagai ancaman kepada warga asing yang bertempur di Ukraina.