1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAfrika

Sepeda Motor Listrik “Made in Africa” Jadi Tren Baru

David Ehl
2 Februari 2023

Sepeda motor listrik jadi tren baru di Afrika. Para inovator Afrika mengembangkan ide-ide transportasi ramah lingkungan dengan harga terjangkau, sambil mempromosikan barang "Made in Africa".

Gerobak listrik buatan Mobility for Africa
Gerobak listrik buatan Mobility for AfricaFoto: Mobility for Africa

Motor dan alat transportasi listrik bisa membawa perubahan besar sampai ke desa-desa Afrika. Seperti alat transportasi roda tiga yang disebut "hamba” oleh penduduk lokal di Zimbabwe. Kendaraan ini dimodifikasi dari sepeda motor, lalu bagian belakang diberi bak barang beroda dua. Jadilah dia semacam gerobak motor listrik untuk angkutan barang maupun orang. Kendaraan ini bahkan pernah digunakan sebagai kabin vaksinasi keliling selama kampanye vaksinasi COVID-19 di Zimbabwe.

Bagi Susan Chapanduka, peternak ayam dan pedagang sayur serta tembakau di Zimbabwe, hamba lebih dari sekadar simbol kemajuan. "Kami dulu menggunakan gerobak dorong atau gerobak yang ditarik sapi untuk pergi ke pasar. Itu melelahkan dan mahal, terutama bagi saya. Saya tidak punya gerobak yang ditarik sapi, jadi saya harus menyewanya," katanya kepada DW.

Dengan hamba, perjalanan ke pasar bagi Susan Chapanduka menjadi lebih cepat dan lebih murah dari sebelumnya. Sekarang, sisa uangnya cukup untuk membayar uang sekolah anak-anaknya dan pupuk tanaman.

Hamba dirakit di ibu kota Zimbabwe, Harare, oleh perusahaan Mobility for Africa. Menurut pendiri perusahaan, Shantha Bloemen, mobilitas listrik juga akan memainkan peran penting dalam memerangi perubahan iklim. "Jika Anda berpikir tentang transportasi hijau dan listrik, tidak berarti Anda harus mengimpor bahan bakar kotor yang mahal. Anda sebenarnya dapat mengubah daerah pedesaan dan membangun ekonomi lokal yang sangat dinamis," katanya kepada DW.

Tiga tahun lalu, Mobility for Africa meluncurkan fase percontohannya di kawasan Wedza untuk membuktikan kepada investor konsep masa depannya. 50 gerobak motor disewakan kepada sekelompok perempuan, salah satunya Susan Chapanuka. Biaya sewanya murah, sekitar 15 dolar (sekitar 225 ribu rupiah) per bulan, ditambah sedikit biaya untuk setiap pengisian baterai.

Pusat pengisian baterai listrik di Zimbabwe. Baterai kosong cukup dilepas dan ditukar dengan baterai yang sudah diisiFoto: JEKESAI NJIKIZANA/AFP

Mobilitas listrik meningkat pesat

Hamba bukan satu-satunya inovasi transportasi listrik di Afrika. Berbagai jenis mobilitas listrik dikembangkan dan semakin populer di banyak kawasan, dengan harga terjangkau. Justru faktor ekonomi yang membuat mobilitas listrik lebih menarik di Afrika, jelas Marah Köberle, pakar mobilitas Afrika di Siemens Foundation di Jerman. "Harga bahan bakar yang lebih tinggi, serta harga baterai dan panel surya yang makin murah mendukung peralihan menuju e-mobilitas,” katanya.

Hal ini terutama berlaku untuk sepeda motor, yang banyak diminati untuk perjalanan singkat dan cepat di banyak kota Afrika. Misalnya di ibu kota Rwanda, Kigali, ada sekitar 26.000 ojek. Untuk memenuhi target iklimnya, pemerintah Rwanda menargetkan ada 30% ojek listrik sampai akhir dekade ini, bekerja sama dengan organisasi-organisasi PBB.

Beberapa startup telah diluncurkan untuk mengganti mesin sepeda motor lama dengan mesin listrik. Teknisi dari Mobility for Africa menggunakan sistem tukar baterai. Artinya setelah baterai habis, pengguna membawanya ke üusat pengisian dan menukarnya dengan baterai yang sudah diisi, dengan membayar ongkos pengisian baterai. Di pusat pengisian, yang digunakan adalah listrik dari tenaga surya.

Tidak perlu ganti oli, perlu servis

Salah satu startup, Rwanda Electric Mobility, sejauh ini telah melengkapi sekitar 125 sepeda motor dengan motor listrik. "Anda tidak perlu oli, motor kami bebas servis, Anda juga tidak punya mata rantai bengkel servis," kata Maxim Mutuyeyezu, kepala departemen teknis.

Marah Köberle dari Siemens Foundation, yang memantau proyek percontohan sepeda motor listrik di Kenya barat, mengatakan beberapa pengemudi dapat meningkatkan penghematan mereka sampai 30% dibandingkan dengan menggunakan mesin berbahan bakar fosil. "Beberapa pengendara sangat antusias, mereka mengatakan ini adalah pertama kalinya dalam hidup mereka merasa dapat menghemat uang," katanya.

Baterai yang digunakan oleh sebagian besar proyek sepeda motor listrik di Kenya, Rwanda, dan wilayah sekitarnya dapat diganti dengan cepat kalau sudah kosong. Jadi pengguna tidak membuang waktu untuk mengisi daya. Baterai yang sudah kosong cukup dilepas dan ditinggalkan di stasiun penukaran untuk diisi penuh lagi.

Baterai listrik itu tetap menjadi milik perusahaan, jadi memurahkan biaya penggunaan motor listrik bagi pengendara. "Baterai masih menjadi bagian termahal dari sepeda motor,” kata Marah Köberle..

Mobilitas listrik memiliki beberapa manfaat praktis dibandingkan motor berbahan bakar fosil: bebas emisi dan tidak merusak iklim maupun kesehatan penduduk setempat. Masih ada keuntungan lain, kata Marah Koeberle: "Pergeseran ke e-mobilitas ijuga memberikan peluang untuk perhatian yang lebih besar pada barang  'Made in Africa'."

(hp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait