Serangan 11 September Bayangi Kunjungan Obama ke Saudi
yf/ap (rtr/dpa)19 April 2016
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama bertolak ke Riyadh, hari Selasa (19/04/16), saat Amerika tengah menggodok rancangan undang-undang yang bisa menuntut pertanggungjawaban Arab Saudi atas serangan 11 September 2001.
Iklan
Menjelang keberangkatannya ke Arab Saudi, Obama mengatakan kepada stasiun CBS News bahwa ia menentang RUU yang akan memungkinkan pemerintah Kerajaan Saudi diseret ke pengadilan Amerika Serikat sehubungan serangan teror pada 11 September 2001.
Secara garis besarnya, RUU yang tengah dirancang ini akan mencopot hak imunitas kedaulatan. Senator AS John Cornyn dari Partai Republik mengatakan bahwa jika undang-undang ini disahkan, maka “siapapun yang meberikan dana atau mendukung serangan teror di wilayah Amerika Serikat, akan dapat ditutntut pertanggungjawaban atas kerugian yang terjadi..
Rancangan undang-undang tersebut telah menyulut kemarahan di Riyadh. Para pejabat Saudi memperingatkan bahwa mereka akan menjual aset mereka senilai ratusan miliar Dollar AS di Amerika Serikat, jika Kongres menyetujui undang-undang ini. Ancaman penjualan aset Saudi di AS ini juga untuk menghindari pembekuan aset oleh pengadilan AS.
Yang Tak Terlupakan
Barang pribadi, puing pesawat, rongsokan mobil, pesan suara yang mengharukan, serta ribuan gambar, memberi peringatan agar peristiwa mengerikan ini tidak akan terulang lagi.
Foto: STAN HONDA/AFP/Getty Images
Lubang di Jantung Amerika Serikat
Kartu dan memorabilia dari mereka yang meninggal dunia di Ground Zero pada 11 September, adalah bagian kecil dari koleksi barang pribadi, foto, pakaian dan rongsokan kendaraan yang ditampilkan di Musem 11 September di New York.
Foto: Getty Images
Mimpi Buruk Berulang
Gambar dan video yang mendokumentasikan tragedi pada hari naas tersebut, menampilkan menara yang roboh dan manusia yang berjatuhan dari atasnya. Suara teriakan korban terdengar di kamar gelap untuk menyajikan pengelaman menyeluruh buat pengunjung.
Foto: STAN HONDA/AFP/Getty Images
Jejak Kejahatan di Menara Utara
Apa yang tersisa dari antena radio dan televisi di menara utara mengingatkan pengunjung pada brutalitas aksi bunuh diri 13 tahun silam. Menara utara adalah yang pertama terkena hantaman pesawat yang merangsek antara lantai 93 dan 99 itu.
Foto: Getty Images
Sepatu Korban
Benda-benda peninggalan seperti sepatu yang diliputi debu milik korban yang mencoba melarikan diri ketika menara kembar runtuh, disusun dan ditampilkan di dalam kotak kaca.
Foto: picture-alliance/Landov
Dari yang Gugur Ketika Bertugas
Sebanyak 441 petugas pemadam kebakaran dan tim medis tewas ketika kedua menara World Trade Center rubuh. Museum 9/11 akan menjadi satu-satunya institusi di Amerika Serikat yang berhak mendokumentasikan dan meneliti dampak serangan mematikan tersebut.
Foto: Imago/Xinhua
Sambungan Terakhir
Dari sekitar 10.000 barang yang dipajang di museum 11 September, telepon umum ini termasuk yang paling menarik. Dari sinilah korban yang terperangkap mencoba meminta bantuan, atau meninggalkan pesan terakhir untuk sanak saudara.
Foto: Reuters
Tangga Korban
Tangga yang mendapat nama "Survivors' Staircase" ini adalah satu-satunya struktur bangunan yang selamat dari kehancuran. Situs ini sempat dideklarasikan lokasi bersejarah paling terancam di Amerika Serikat. Tangga ini sempat dipindahkan dari lokasi aslinya yang kini menjadi tugu peringatan 11 September.
Foto: Reuters
Model Menara Kembar
Museum juga memajang model menara kembar World Trade Center sebelum roboh. Salah satu memorabilia yang dipajang berasal dari sumbangan seorang ibu korban yang bercerita, ia dan putrinya merayakan ulang tahun di sebuah restoran di menara kembar sehari sebelum tragedi.
Foto: STAN HONDA/AFP/Getty Images
Mengenal Pelaku
Selain foto dan laporan latar belakang terkait Al-Qaida dan Osama bin Laden, musem 11 September juga memajang peninggalan pelaku teror yang berjumlah 19 orang. Antara lain sebuah laptop milik seorang teroris.
Foto: STAN HONDA/AFP/Getty Images
9 foto1 | 9
Hanya gertak sambal
Mengomentari ancaman Arab Saudi, Gedung Putih mengatakan tidak yakin bahwa Saudi serius dengan ancamannya. "Saya yakin bahwa Saudi menyadari, seperti halnya kami juga, bahwa kita memiliki kepentingan bersama untuk menjaga stabilitas sistem keuangan global," kata juru bicara Gedung Putih Josh Earnest kepada wartawan.
Tidak jelas apakah dalam kunjungannya di Arab Saudi Obama akan membahas RUU ini dengan Raja Salman dan pejabat Saudi lainnya. Keluarga korban yang tewas dalam serangan September 2001 mendesak Obama untuk mendukung undang-undang dan menempatkan topik ini dalam agenda perjalannya.
Calon kandidat presiden dari Partai Republik, Senator Ted Cruz, telah menyatakan dukungan diberlakukannya undang-undang ini. Dan dukungan serupa diberikan oleh calon kandidat presiden dari Demokrat Hillary Clinton dan Senator Bernie Sanders.
Islam garis keras berkembang karena dana Arab Saudi
Dalam pertemuan pribadi dengan PM Australia Malcolm Turnbull, di sela-sela KTT APEC November 2015 lalu, Obama sempat membahas masalah isu terorisme. Dalam pembicaraan kedua kepala negara ini juga disinggung soal Islam dan Indonesia.
Obama menyatakan kecemasan akan Islam di Indonesia yang tadinya moderat, berubah menjadi lebih fundamentalis. Dan, seperti yang diungkap oleh majalah AS The Atlantic, Obama mengatakan bahwa kucuran uang dan pengiriman Imam dari Arab Saudi merupakan salah satu penyebab berkembangnya fundamentalime di Indonesia.
Sebagian besar dari 19 pembajak 9/11 adalah warga Saudi. Namun tidak ada bukti adanya keterlibatan pejabat maupun pemerintah Saudi dalam serangan teror tersebut.
Pada bulan September 2015 lalu, seorang hakim AS menolak tuntutan yang diajukan keluarga korban serangan 9/11 terhadap Arab Saudi. Pengadilan mengataka, kerajaan Arab Saudi memiliki imunitas kedaulatan atas tuntutan kerugian.
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.