1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Warga Yahudi di Jerman Diimbau Tidak Pakai Kippah

27 Mei 2019

Seorang pejabat di Jerman menyarankan warga Yahudi untuk tidak memakai kippah, atau topi khas Yahudi, di wilayah publik di Jerman guna menghindari serangan bermotif kebencian.

Kippa
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Widak

"Saya tidak menyarankan warga Yahudi untuk memakai kippah kapan pun dan di mana pun di Jerman," ujar Felix Klein dari komisi yang menangani masalah antisemitisme di Jerman dalam sebuah wawancara dengan media lokal Funke, Sabtu (25/05).

Klein mengatakan ia telah "berubah pendapat (terkait masalah ini) dibandingkan dengan sebelumnya."

Jumlah serangan bermotif antisemitisme di Jerman meningkat sebesar 10 persen dari 1.504 kasus pada 2017 menjadi sebanyak 1.646 kasus pada 2018.

Sementara jumlah kasus kekerasan terhadap orang Yahudi menurut angka resmi yang dilaporkan meningkat dari 37 menjadi 62 kasus pada periode yang sama.

Menteri Kehakiman Katarina Barley mengatakan kepada surat kabar Handelsblatt bahwa peningkatan itu "memalukan bagi negara kita" dan menambahkan bahwa polisi "waspada."

Tahun lalu, seorang pria yang memakai topi Bintang Daud dipukuli dan ditendang tepat di pusat kota Berlin. Beberapa minggu sebelumnya juga terjadi insiden serupa di ibukota Jerman menyebabkan kemarahan publik dan memicu perdebatan nasional tentang antisemitisme. Kedua korban diketahui mengenakan kippah atau yarmulkes.

'Prasangka yang mendarah-daging'

Setelah beberapa insiden kekerasan bermotif antisemit, komunitas Yahudi Jerman juga mengimbau pemerintah untuk melembagakan norma antisemitisme bagi kelompok-kelompok yang akan menggalang dana publik.

Komisioner Felix Klein, menyarankan agar polisi, guru, dan pengacara harus lebih terlatih mengenali apa yang termasuk antisemitisme.

Menurut Klein, "pencabutan hambatan dan ketidaksadaran yang meningkat di masyarakat" adalah faktor di balik gelombang antisemit belakangan ini.

"Internet dan media sosial telah berkontribusi besar dalam hal ini - begitu juga serangan terus-menerus terhadap budaya kita," tambahnya.

Claudia Vanoni, pakar hukum tentang antisemitisme, mengatakan bahwa masalah ini masih mengakar kuat di masyarakat Jerman.

"Antisemitisme selalu ada di sini. Tetapi saya berpikir bahwa baru-baru ini, masalah ini kembali menjadi lebih keras, lebih agresif dan mencolok," kata Vanoni kepada kantor berita Agence France-Presse.

Para analis mengatakan munculnya kelompok-kelompok politik sayap kanan di Jerman juga berkontribusi terhadap antisemitisme di negara itu.

Sementara beberapa ahli juga mengaitkan gelombang baru antisemitisme dengan kedatangan jutaan pencari suaka, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Suriah, Afghanistan dan Irak.

ae/hp (dpa, afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait