Warga Yahudi di Jerman Diimbau Tidak Pakai Kippah
27 Mei 2019"Saya tidak menyarankan warga Yahudi untuk memakai kippah kapan pun dan di mana pun di Jerman," ujar Felix Klein dari komisi yang menangani masalah antisemitisme di Jerman dalam sebuah wawancara dengan media lokal Funke, Sabtu (25/05).
Klein mengatakan ia telah "berubah pendapat (terkait masalah ini) dibandingkan dengan sebelumnya."
Jumlah serangan bermotif antisemitisme di Jerman meningkat sebesar 10 persen dari 1.504 kasus pada 2017 menjadi sebanyak 1.646 kasus pada 2018.
Sementara jumlah kasus kekerasan terhadap orang Yahudi menurut angka resmi yang dilaporkan meningkat dari 37 menjadi 62 kasus pada periode yang sama.
Monumen-Monumen Peringatan Yahudi di Berlin
Peristiwa Holocaust sudah hampir delapan dekade yang lalu, tetapi itu tidak dilupakan. Berbagai peringatan besar dan kecil di seluruh ibu kota Jerman, Berlin dibuat untuk memperingati kelamnya kejahatan NAZI.
Peringatan Holocaust
Tugu peringatan di pusat ibu kota Jerman ini dirancang oleh arsitek New York, Peter Eisenmann. Hampir 3.000 blok batu dipasang memperingati enam juta orang Yahudi dari seluruh Eropa yang dibunuh oleh NAZI.
Pelat-pelat peringatan
Pelat kuningan ini sangat kecil, hanya 10 kali 10 sentimeter (3,9 x 3,9 inci). Anda dapat menemukannya di mana-mana di trotoar di Berlin. Ini dibuat untuk memperingati orang-orang yang dulu tinggal di dekat lokasi lempengan ditempatkan, sebelum mereka dideportasi oleh NAZI. Total ada lebih dari 7.000 dari batu semacam ini di Berlin.
Rumah Konferensi Wannsee
Lima belas pejabat tinggi NAZI bertemu di vila ini di Danau Wannsee pada tanggal 20 Januari 1942 untuk membahas pembunuhan sistematis orang Yahudi Eropa yang mereka sebut "solusi akhir untuk Yahudi". Kini rumah tersebut jadi peringatan tentang dimensi genosida yang tak terbayangkan.
Melacak 17 memorial
Mawar putih di trek 17 di stasiun Grunewald ini untuk memperingati lebih dari 50.000 orang Yahudi Berlin yang dikirim ke kamp kematian mereka dari sini. 186 pelat baja menunjukkan tanggal, tujuan dan jumlah orang yang dideportasi. Kereta pertama menuju ke ghetto Litzmannstadt (Łódź) pada tanggal 18 Oktober 1941, kereta terakhir ke kamp konsentrasi Sachsenhausen pada 5 Januari 1945.
Bengkel kerja orang buta Otto Weidt
Hackesche Höfe di Berlin Mitte disebutkan di setiap panduan perjalanan. Ini adalah labirin halaman belakang di mana banyak orang Yahudi tinggal dan bekerja - misalnya di pabrik sikat pengusaha Jerman Otto Weidt. Selama era NAZI, ia mempekerjakan banyak orang Yahudi buta dan tuli dan menyelamatkan mereka dari deportasi dan kematian. Lokakarya orang buta ini sekarang menjadi museum.
Pusat mode Hausvogteiplatz
Jantung metropolis mode Berlin pernah berdetak di sini. Sebuah tanda peringatan yang terbuat dari cermin tinggi mengingatkan banyaknya para perancang busana dan stylist Yahudi yang membuat pakaian untuk seluruh orang Eropa di Hausvogteiplatz. NAZI mengambil alih dari pemiliknya yang beretnis Yahudi. Kerusakan pusat fesyen Berlin ini tak terhindarkan selama Perang Dunia Kedua.
Monumen Peringatan di Koppenplatz
Sebelum masa Holocaust, 173.000 orang Yahudi tinggal di Berlin, pada tahun 1945 tersisa hanya ada 9.000. Monumen "Der verlassene Raum" terletak di tengah kawasan pemukiman Koppenplatz. Ini adalah pengingat warga Yahudi yang diambil dari rumah mereka tanpa peringatan dan tidak pernah kembali.
Museum Yahudi
Arsitek Daniel Libeskind memilih desain dramatis: dilihat dari atas, bangunan itu tampak seperti Bintang Daud yang rusak. Museum Yahudi adalah salah satu museum yang paling banyak dikunjungi di Berlin, menawarkan gambaran sejarah Jerman-Yahudi yang bergolak.
Pemakaman Yahudi di Weissensee
Masih ada delapan pekuburan Yahudi yang tersisa di Berlin. Yang terbesar di distrik Weissensee, dan terdiri dari lebih dari 115.000 kuburan yang jadi kuburan Yahudi terbesar di Eropa. Pada tanggal 11 Mei 1945, hanya tiga hari setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, ibadah Yahudi pertama diadakan di sini.
Sinagoga Baru
Ketika Sinagoga Baru di Oranienburger Strasse pertama kali ditahbiskan pada tahun 1866, itu dianggap sebagai sinagoga terbesar dan paling megah di Jerman. Sinagoga ini terbakar saat Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1995, sinagoga yang direkonstruksi diresmikan. Sejak itu, kubah emas setinggi 50 meter sekali lagi mendominasi pemandangan kota Berlin. Penulis: Kerstin Schmidt (ap/ml)
Menteri Kehakiman Katarina Barley mengatakan kepada surat kabar Handelsblatt bahwa peningkatan itu "memalukan bagi negara kita" dan menambahkan bahwa polisi "waspada."
Tahun lalu, seorang pria yang memakai topi Bintang Daud dipukuli dan ditendang tepat di pusat kota Berlin. Beberapa minggu sebelumnya juga terjadi insiden serupa di ibukota Jerman menyebabkan kemarahan publik dan memicu perdebatan nasional tentang antisemitisme. Kedua korban diketahui mengenakan kippah atau yarmulkes.
'Prasangka yang mendarah-daging'
Setelah beberapa insiden kekerasan bermotif antisemit, komunitas Yahudi Jerman juga mengimbau pemerintah untuk melembagakan norma antisemitisme bagi kelompok-kelompok yang akan menggalang dana publik.
'Selamat Tinggal, Sayangku': Surat Terakhir Korban Holocaust
Di kamp konsentrasi atau ghetto, banyak warga Yahudi yang menulis surat kepada orang yang mereka cintai. Tak lama sebelum mereka dibunuh. Di Yad Vashem, kisah mereka kembali dikenang lewat pameran online.
Bocah lelaki biasa
Lewat pantulan beberapa cermin, Salman Levinson seolah-olah menatap kita dari segala arah. Foto ini dipotret tahun 1937. Salman kecil, yang kerap dipanggil Sima, tumbuh layaknya bocah lelaki seumurannya. Bersama ibunya, Frieda dan ayahnya, Selig mereka tinggal di Riga. Tantenya pada tahun 1936 berimigrasi ke Eretz, Israel dan secara teratur menulis surat untuk Salman.
Rumah dari Riga
Pada ulang tahun ke-9, Salman menulis surat tanda terima kasih pada tantenya, Agnes atas hadiah yang dikirim. Salman menyertakan gambar berjudul "Bait“, dalam bahasa Ibrani artinya “Rumah“. Tak lama berselang, serdadu Jerman menduduki Riga. Agnes tak lagi mendengar kabar dari keponakannya. Ketika perang berkecamuk, Agnes baru mengetahui: keluarga Salman dideportasi ke ghetto Riga, lalu dibunuh.
Wajah para korban
Tempat peringatan holocaust di Israel, Yad Vashem menampilkan surat-surat terakhir milik korban Holokaust- kalimat terakhir para korban sebelum Nazi membunuh mereka. Selain lembaran kertas, ada juga foto para pemilik surat dan keluarga mereka. Foto di atas adalah gambar anak-anak keluarga Keller-Moses saat mereka tinggal di Aachen, Jerman.
Huruf J untuk Yahudi
Paspor Sigfried Keller berstempel huruf "J“ untuk "Jude“, dalam bahasa Jerman artinya Yahudi. Tahun 1938, Nazi mengecap huruf 'J' untuk terpidana hukuman mati. Dari keluarganya, hanya Sigfired yang selamat. Tahun 1942 di Theresienstadt, Ibunya menulis: “Wahai anak-anakku terkasih, hiduplah dengan baik dan doakanlah kami, Allah Maha Pengasih dengan tanganNya akan melindungi kami dan juga kalian.“
Sepuluh dari ribuan surat
Dari ribuan surat yang tersimpan di arsip, Yad Vashem memilih sepuluh surat untuk ditampilkan dalam pameran tersebut. Sebagian dari pemilik surat tidak mengetahui bahwa itu akan menjadi kalimat terakhir mereka sebelum maut menjemput. Seperti halnya, Sigfried Bodenheimer – pada foto berseragam tentara – yang ikut bertempur pada PD I. Tak mungkin ia bayangkan bahwa Nazi akan membunuh keluarganya.
Surat terakhir sebelum ke pengasingan
Sebagian besar penulis surat mencoba menampilkan kesan berani dengan menyembunyikan kondisi mereka yang sebenarnya. Anne Meininger dalam sebuah surat kepada anak-anaknya menuliskan: “Kami berada di sebuah kamp sejak hari Rabu dan saya merasa sangat baik. Kalian tidak perlu khawatir. […] Ketika kita bisa terus saling mendengar kabar satu sama lain. […] Cium sayang dari Ibu kalian terkasih.“
Dari “pembuangan“ ke Israel
Dari sebuah ghetto di Warsawa, Perla Tytelman menulis kepada suaminya, Josef dan putrinya, Rachel: “Saya mengerahkan segala daya upaya agar mampu bertahan hidup demi kalian. […] Rasa rindu di antara kita tidak mengenal batas.“ Perla tewas dibunuh. Rachel dan Josef dapat bertahan hidup dan akhirnya memilih meninggalkan "pembuangan" dan berimigrasi ke Eretz Israel tahun 1947.
Kereta ke Auschwitz
Lukisan "Transport No.2“ karya Paul Kor gambarkan kereta yang membawa ayah Paul ke Auschwitz, kamp kematian. Pameran bertajuk “‘Lebt Wohl, meine Lieben‘. Letzte Briefe aus dem Holocaust 1941-1942“ hadir untuk memperingati peristiwa holocaust. Dalam pameran online itu, kisah sebagian korban seakan memberi wajah yang wakili enam juta orang Yahudi yang dibunuh di seluruh Eropa. (SJ.Hofmann/ts/ap)
Komisioner Felix Klein, menyarankan agar polisi, guru, dan pengacara harus lebih terlatih mengenali apa yang termasuk antisemitisme.
Menurut Klein, "pencabutan hambatan dan ketidaksadaran yang meningkat di masyarakat" adalah faktor di balik gelombang antisemit belakangan ini.
"Internet dan media sosial telah berkontribusi besar dalam hal ini - begitu juga serangan terus-menerus terhadap budaya kita," tambahnya.
Bangunan Kota yang Dirampok dari Yahudi
Distrik Mitte di pusat kota Berlin merupakan lokasi pembangunan yang masif. Tak banyak yang tahu, kebanyakan bangunan di pusat ibukota Jerman ini dirampas dari keluarga-keluarga Yahudi, pemilik aslinya.
Ibukota tanpa pusat sejarah
Distrik Mitte di ibukota Jerman identik dengan pembangunan besar-besaran. Dekat menara TV dan Balai Kota Merah, Rotes Rathaus, berdiri berdekatan. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa sebagian besar properti di daerah ini dulunya dimiliki orang Yahudi. Keuntungan kini diraup dibuat tanpa melibatkan orang-orang yang dulunya pernah memiliki lahan tersebut.
Perencanaan sistematis
Dari 1.200 bangunan di pusat kota Berlin itu, setidaknya 225 di antaranya milik orang Yahudi-Jerman, sebelum tahun 1933. Setelah Hitler menjadi pemimpin Jerman, orang-orang Yahudi secara sistematis dikeluarkan dari "komunitas nasional". Undang-undang yang diskriminatif mengharuskan orang Yahudi mendaftarkan harta benda mereka, yang kemudian disita.
Dilucuti kewarganegaraannya dan dirampok
Salah satu tindakan yang digunakan untuk mendapatkan akses terhadap kepemilikan properti keturunan Yahudi adalah menyangkal kewarganegaraan mereka: mencap mereka sebagai musuh negara, memaksa mereka berimigrasi dan kemudian menyita aset mereka. Mereka yang tidak meninggalkan Jerman pada tahun 1938 menderita saat pogrom Kristallnacht, malam penghancuran bisnis dan rumah Yahudi.
Rasisme terbuka
Setelah tahun 1938, pengambilalihan aset Yahudi di Berlin dibicarakan secara terbuka. Tak seperti kota-kota lain di seluruh Jerman, barang curian tersebut tak jatuh ke tangan swasta, melainkan negaralah yang menjadi penerima manfaat langsung. Fakta ini pernah dipamerkan dalam pameran foto "Robbed Centre" beberapa tahun lalu di Berlin's Ephriam Palace. Bahkan lokasi pameran ini pun hasil jarahan.
Mimpi atas Germania
Apa alasan di balik nasionalisasi bangunan? Arsitek favorit Hitler, Albert Speer, diperintahkan membangun sebuah ibukota kekaisaran baru - Germania. Pusat kota bersejarah itu akan digantikan oleh gedung administrasi yang monumental. Titik pusat Germania akan dijadikan bangunan aula akbar, yang ditunjukkan di sini dalam foto untuk menggambarkan perbandingannya dengan Gerbang Brandenburg.
Sumbu Timur-Barat
Untuk mencapai tujuan ini, Hitler mengangkat arsitek Speer sebagai Inspektur Jenderal Bangunan di Berlin. Semua rumah keturunan Yahudi di ibukota didata dan dilaporkan ke Speer untuk dipertimbangkan apakah negara ingin menggunakan haknya untuk membeli bangunan ini. Jika rumah-rumah itu terletak di poros Timur-Barat yang direncanakan, yang melintasi pusat kota, maka harus diledakkan.
Wertheim department store
Bahkan "Aryanisasi" pribadi terjadi di pusat kota. Satu kasus penting termasuk pusat perbelanjaan Wertheim. Saat pergantian abad, department store ini terkenal seperti Lafayette di Paris. Inilah wajah mal Yahudi itu di tengah lautan swastika selama Olimpiade 1936. Pada tanggal 1 Januari 1937, perusahaan tersebut dinyatakan milik "Jerman".
Temuan seni berharga
Selama penggalian Balai Kota Merah pada tahun 2010, 11 patung yang telah dijelak-jelekkan Nazi sebagai "kemerosotan seni ", ditemukan lagi. Patung-patung itu telah disita pada tahun 1937 dari museum dan koleksi pribadi Jerman dan dilaporkan hilang atau hancur. Sebuah rumah Yahudi pernah berdiri di lokasi penemuan dan keluarga pemiliknya diasingkan.
Celah lubang
Tidak hanya namanya berubah, tapi bekas jalan Königstrasse, di dekat balai Kota merah hampir tak bisa lagi dikenali. Di sebuah lahan kosong ini, rumah No. 50 pernah berdiri( ditandai warna merah di foto). Inilah wajah Berlin saat ‘Arya-nisasi‘ dimulai.
Sebuah kota yang hancur
Banyak kosong telah lama ternganga di mana rumah Yahudi pernah berdiri. Entah rencana untuk Germania telah menyebabkan kehancuran mereka, mereka dibom dalam perang, atau pemerintah komunis Jerman Timur telah menghapus reruntuhan setelah perang.
Ganti rugi minimal
Jerman Timur tidak membayar restitusi setelah Holocaust. Alasannya? Di negara komunis, seharusnya tidak ada properti pribadi. Lebih baik lagi jika negara sudah jadi pemiliknya. Setelah reunifikasi Jerman pada tahun 1990, saat ahli waris pemilik properti asli sekali lagi mencari kompensasi, mereka hanya menerima ganti rugi minimal, itupun jika dibayar.
Ganti rugi yang jatuh nilainya
Mereka yang berhak atas properti ini dibayar berdasarkan estimasi dari penilaian tahun 1990. Akibatnya, ahli waris keluarga Yahudi seringkali hanya dibayari 10 persen dari nilai aslinya. Jika lahannya kosong, nilai restitusinya sama rendahnya. Dalam gambar tertera toko furnitur Gerson yang dulu terkenal di tahun 1890-an.
Jadi 'tambang emas'
Namun, sekarang, bekas rumah kosong tersebut menjadi bangunan baru di Berlin Mitte. Apakah restitusi ahli waris harus dinegosiasikan ulang, atau jika penjualan tanah tersebut harus disalurkan ke yayasan? (Ed: Sarah Judith Hofmann/ap/hp)
Claudia Vanoni, pakar hukum tentang antisemitisme, mengatakan bahwa masalah ini masih mengakar kuat di masyarakat Jerman.
"Antisemitisme selalu ada di sini. Tetapi saya berpikir bahwa baru-baru ini, masalah ini kembali menjadi lebih keras, lebih agresif dan mencolok," kata Vanoni kepada kantor berita Agence France-Presse.
Para analis mengatakan munculnya kelompok-kelompok politik sayap kanan di Jerman juga berkontribusi terhadap antisemitisme di negara itu.
Sementara beberapa ahli juga mengaitkan gelombang baru antisemitisme dengan kedatangan jutaan pencari suaka, terutama dari negara-negara mayoritas Muslim seperti Suriah, Afghanistan dan Irak.
Serangan Teror Ekstremis Kanan: Sebuah Rentang Sejarah
Dalam 10 tahun terakhir telah terjadi banyak serangan terhadap komunitas Muslim dan Yahudi, serta orang non-kulit putih. DW merangkum beberapa serangan teror ekstremis kanan terbesar di dunia.
Jerman 2009: Penusukan terhadap wanita di pengadilan Dresden
Marwa El-Sherbini, seorang apoteker yang tinggal di Dresden bersama dengan suami dan putranya dibunuh di pengadilan Dresden pada 1 Juli 2009. Ia ditusuk seorang pria berusia 28 tahun keturunan Jerman-Rusia, tak lama setelah memberikan kesaksian terhadap pria ini untuk kasus kekerasan verbal. El-Sherbini adalah korban pembunuhan yang pertama dalam serangan Islamophobic di Jerman.
Norwegia 2011: Breivik, pembunuh massal dengan serangan teror.
Dua aksi terror dilakukan sendirian oleh extremis sayap kanan, Anders Behring Breivik tewaskan 77 orang tanggal 22 Juli 2011. Aksi pertamanya adalah pemboman di sebuah kantor pemerintahan di Oslo. Aksi dilanjutkan dengan pembantaian anak-anak muda yang berkemah di pulau Utoya. Sebelum, Breivik mengeluarkan manifestasi yang mengecam multikulturalisme dan islamisasi Eropa.
AS 2015: Penembakan di Chapel Hill
Tiga mahasiswa, yakni Deah Barakat, istrinya Yusor Abu-Salha dan saudara perempuannya Razan Abu-Salha ditembak mati oleh tetangga mereka yang berusia 46, 10 Februari 2015. Penembak menggambarkan dirinya sebagai penantang agama dan telah berulang kali dilaporkan karena ancaman dan penghinaan terhadap korbannya. Peristiwa ini viral di media sosial dan bertagar #MuslimLivesMatter.
AS 2015: Pembunuhan massal di gereja di Charleston
17 Juni 2015: Seorang teroris kulit putih melepaskan tembakan di gereja Emanuel African Methodist Episcopal di Charleston, Carolina Selatan. Sembilan orang anggota jemaat Afrika-Amerika terbunuh, termasuk seorang pendeta. Pelaku yang berusia 21 tahun ini dijatuhi hukuman mati akibat melakukan kejahatan berdasarkan kebencian.
Jerman 2016: Penembakan massal di München
Sebuah penembakan massal di pusat perbelanjaan di München pada 22 Juli 2016 memakan setidaknya 36 korban luka dan 10 korban jiwa – termasuk pelaku penembakan yang baru berusia 18 tahun. Pelaku adalah warga Jerman keturunan Iran. Menurut keterangan kepolisian, ia banyak membuat komentar bersifat xenofobia dan rasis, serta yang memuja pelaku penembakan sekolah.
Inggris 2017: Serangan di masjid Finsbury Park
19 Juni 2017, seorang pria berusia 47 tahun membunuh satu orang dan melukai 10 orang lainnya dalam serangan yang menggunakan mobil van. Pelaku menabrakkan mobil ke arah oarang-orang di jalur pejalan kaki dekat masjid Finsbury Park di utara London. Semua korban adalah muslim yang sedang bejalan menuju masjid untuk salat Tarawih. Pelaku dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
AS 2017: Serangan mobil saat gerak jalan neo-Nazo di Charlottesville
Satu orang wanita terbunuh dan puluhan lainnya terluka ketika seorang nasionalis kulit putih menabrakkan mobilnya ke arah kerumunan demonstran di Charlottesville, Virginia pada 12 Agustus 2017. Para demonstran menentang aksi protes bernama Unite the Right, yakni pertemuan antar para supremasi kulit putih, nasionalis kulit putih, serta neo-Nazi. Pelaku dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Kanada 2017: Serangan masjid di Quebec
Seorang pria bersenjata menembaki jamaah di Islamic Cultural Center di Quebec, akhir Januari 2017. Peristiwa ini menewaskan enam orang dan melukai puluhan lainnya. Penembakan itu terjadi di malam hari, saat salat berlangsung. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengutuk penembakan itu sebagai "serangan teroris terhadap Muslim di rumah ibadah dan perlindungan."
AS 2018: Penembakan Sinagoge Tree of Life
Pada 27 Oktober 2018, seorang pria bersenjata berusia 46 tahun melepaskan tembakan di sebuah sinagoga di kota Pittsburgh, AS. Peristiwa ini menewaskan 11 orang dan melukai tujuh lainnya. Dia dilaporkan meneriakkan ejekan anti-Semit selama serangan dan sebelumnya memposting teori konspirasi di internet. Itu adalah serangan paling mematikan terhadap orang Yahudi dalam sejarah AS.
Jerman 2019: Serangan tahun baru di Bottrop and Essen
Tak lama setelah tengah malam ketika orang-orang merayakan tahun baru, seorang pria berusia 50 tahun melakukan serangan yang ditargetkan terhadap imigran di kota Bottrop dan Essen, Jerman barat - melukai delapan orang dan satu luka serius. Dia sengaja menabrakkan mobilnya ke arah keluarga Suriah dan Afghanistan yang sedang merayakan dengan anak-anak mereka di Bottrop.
Selandia Baru 2019: Serangan masjid menara kembar di Christchurch
Setidaknya 50 tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan. Pihak berwenang sebut ini sebagai "serangan ekstremis sayap kanan" dan peristiwa penembakan paling mematikan dalam sejarah negara itu. Salah seorang pelaku siarkan langsung serangan itu dan tuliskan manifesto rasis di internet. Perdana Menteri Jacinda Ardern menyebutnya "salah satu hari paling gelap di Selandia Baru." (Ed.: ga/ml)
ae/hp (dpa, afp)