Seseorang mengguyur dua tunawisma laki-laki dengan cairan yang mudah terbakar dan membakarnya. Meraka dilaporkan mengalami luka bakar parah. Hingga kini motif pelaku masih belum jelas.
Iklan
Peristiwa ini terjadi di stasiun trem di Berlin Schöneweide. Serangan pada malam Senin (22/7) ini mengakibatkan dua tunawisma laki-laki berusia 47 dan 62 tahun harus dibawa ke rumah sakit terdekat akibat luka bakar yang cukup parah, kata polisi. Benda-benda milik mereka dilaporkan juga ikut terbakar.
Seperti yang diberitakan surat kabar "Bild" dan "B.Z." orang-orang di sekitar tempat kejadian lantas berdatangan dengan alat pemadam dari toko penjual makanan terdekat untuk membantu dan memadamkan api. Polisi belum bisa memberikan informasi apa pun terkait kejadian ini.
Kasus ini mengingatkan kembali atas serangan pembakaran terhadap seorang tunawisma pada malam natal 2016 yang menjadi berita utama media di Jerman. Saat itu sekelompok anak muda mencoba membakar seorang tunawisma yang sedang tidur di stasiun kereta bawah tanah Schönleinstraße di distrik Neukölln.
Namun saat itu para penumpang yang kebetulan ada di sana bisa mencegah tindakan lebih lanjut dan tunawisma tersebut tidak terluka. Setengah tahun kemudian, pelaku utama dijatuhi hukuman dua tahun dan sembilan bulan penjara, sementara tiga orang yang membantunya dijatuhi hukuman untuk remaja yaitu masing-masing delapan bulan masa percobaan.
Serangan kembali terjadi
Pada Januari tahun ini, seorang yang tidak dikenal di stasiun kereta bawah tanah Yorckstraße di Schöneberg, Berlin, menyerang tiga tunawisma. Menurut seorang saksi mata, orang itu menyetrum salah satu dari tiga pria dengan objek di kaki tanpa alasan yang jelas. Dia lalu menendang seorang pria tunawisma berusia 50 tahun itu di wajahnya. Seorang pria lain berumur 36 tahun pun meninju wajahnya beberapa kali sebelum melarikan diri.
Pada Mei 2017, beberapa remaja menyerang seorang tunawisma yang duduk di bangku di stasiun kereta bawah tanah Mehringdamm di Berlin-Kreuzberg. Jumlah tunawisma di Berlin diperkirakan mencapai 10.000 orang.
Potret Kemiskinan di Jerman
Kehilangan tempat tinggal, tidak cukup uang untuk membeli makanan dan anak-anak yang kekurangan - secara statistik hampir 30 persen warga Jerman terancam kemiskinan. Foto-foto Shamsan Anders tentang kemiskinan di Jerman.
Foto: DW/Shamsan Anders
Perspektif buram
Perumahan Grohner Düne adalah salah satu kawasan miskin di kota Bremen. Penduduk di kota ini menurut statistik yang punya "resiko kemiskinan" paling tinggi. Lebih 20% penduduk kota terancam kemiskinan. Yang dianggap "miskin" di Jerman adalah mereka yang pendapatannya masih di bawah 60% pendapatan rata-rata.
Foto: DW/Shamsan Anders
Pembagian makanan
Di kota Bremen ada tiga tempat pembagian makanan bagi warga miskin. Di tempat pembagian Burg, setiap hari ada sekitar 125 orang yang datang. Makanan yang dibagikan di sini sebagian besar berasal dari supermarket atau toko roti yang menyumbangkan bahan makanan yang hampir kadaluwarsa atau tidak bisa dijual lagi.
Foto: DW/Shamsan Anders
Bertoleransi dan bersyukur
Yang datang ke tempat pembagian makanan adalah keluarga, pensiunan, warga migran atau pengungsi. "Bremen tempat yang multikultural", kata koordinator pembagian makanan, Hannelore Vogel. "Di sini tidak ada konflik. Suasananya dipenuhi toleransi dan rasa bersyukur."
Foto: DW/Shamsan Anders
Para relawan yang rajin
Pekerjaan sosial ini dilaksanakan oleh tenaga relawan, seperti Werner Dose, pensiunan berusia 80 tahun. Selain itu ada juga tenaga bantuan yang sedang magang dan tenaga kerja yang dikirim dari Dinas Kerja.
Foto: DW/Shamsan Anders
Penjualan murah
Di "toko sosial" di kota Halle ditawarkan bahan makanan, perabot rumah, pakaian dan banyak barang-barang keperluan sehari-hari dengan harga rendah. Tempat ini hanya bisa dikunjungi warga yang kekurangan. Toko ini terutama menawarkan keperluan anak-anak dan orang berusia lanjut. Halle adalah salah satu kota termiskin di Jerman.
Foto: DW/Shamsan Anders
Perabotan rumah tangga
"Toko sosial" seperti ini makin banyak dikunjungi orang. Barang-barang di sini berasal dari sumbangan warga. "80 persen pelanggan di sini adalah warga asing, banyak dari mereka pengungsi", kata pegawai toko Gabi Croll. "Orang Jerman yang miskin segan datang ke sini, mungkin karena mereka malu," tambahnya.
Foto: DW/Shamsan Anders
Makin banyak warga tunawisma
Di Berlin diperkirakan ada sekitar 6000 warga tunawisma. Di kota-kota besar Eropa, jumlahnya bertambah dari tahun ke tahun. Sekitar 60 persen tunawisma di Berlin adalah warga asing. Kebanyakan berasal dari negara-negara Eropa timur.
Foto: DW/Shamsan Anders
Memimpikan masa depan yang lebih baik
Jörg adalah tukang mesin yang sejak 6 tahun hidup di jalan. Dia kehilangan satu kaki dalam sebuah kecelakaan. Dia mengatakan, makin banyak warga tunawisma sekarang di Berlin, sehingga "persaingan jadi makin ketat". Impian besar pria berusia 38 tahun ini adalah sekali waktu bisa bermain drum lagi. "Itu sangat menyenangkan," katanya. (Teks: Viola Röser/hp/yf)