IDF mengatakan di media sosial bahwa serangan itu "menewaskan Fouad Shukur, komandan militer paling senior di organisasi teroris Hezbollah dan kepala formasi strategis organisasi tersebut."
Berbagai kantor berita melaporkan adanya serangan di selatan kota Beirut, tapi laporan-laporan awal saling bertolak belakang mengenai nasib Fouad Shukur. Kantor berita Reuters dan AFP awalnya mengutip sumber-sumber keamanan yang mengatakan dia selamat, tetapi laporan terbaru di Lebanon dan Uni Emirat Arab mengatakan dia terbunuh dalam serangan itu.
Shukur, yang diperkirakan berusia 60-an, telah menjadi salah satu anggota militer senior Hezbollah selama beberapa dekade.
Sebagai bagian dari generasi Syiah Lebanon yang mendirikan Hezbollah setelah invasi Israel tahun 1982, ia dianggap dekat dengan mantan komandan Hezbollah Imad Mughniyeh, yang dibunuh pada 2008.
Situs web Rewards For Justice milik Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah sebesar $5 juta (sekitar Rp81,4 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Shukur.
Di antara tuduhan lainnya, disebutkan bahwa Shukur "memainkan peran sentral dalam pengeboman barak Korps Marinir AS pada 23 Oktober 1983 di Beirut yang menewaskan 241 personel militer AS dan melukai 128 lainnya."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
PM Lebanon sebut serangan di Beirut sebagai 'tindakan kriminal'
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, "mengecam agresi Israel yang terang-terangan di pinggiran selatan Beirut," dalam keterangan resmi Kantor Perdana Menteri Lebanon yang dirilis pada Selasa (30/07) malam waktu setempat.
Iklan
Serangan itu disebut sebagai "tindakan kriminal" dan bagian dari "serangkaian operasi agresif yang membunuh warga sipil yang jelas-jelas melanggar hukum internasional."
Setidaknya satu perempuan tewas dan 68 orang terluka dalam ledakan tersebut, menurut perkiraan awal dari Kementerian Kesehatan Lebanon.
Berdirinya Negara Israel
Inilah kilas balik pendirian negara warga Yahudi yang penuh pertikaian dan gejolak politik.
Foto: Imago/W. Rothermel
Deklarasi yang ditunggu-tunggu warga Yahudi
Tanggal 14 Mei 1948, tokoh Israel David Ben-Gurion mendeklarasikan pembentukan Negara Israel yang independen. Dia menggarisbawahi latar belakang sejarah keagamaan Yahudi. "Orang-orang tetap percaya dan tidak pernah berhenti berdoa dan berharap mereka kembali ke sana," katanya menegaskan kelahiran negara bagi warga Yahudi tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sejarah hitam
Peristiwa pembantaian warga Yahudi oleh rezim NAZI Jerman, yang dinamakan Holocaust adalah latar belakang kuat yang mendasari kepentingan pendirian Negara Israel. Foto di atas menunjukkan orang-orang yang selamat dari kamp Auschwitz setelah pembebasan.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Bencana" bagi warga Palestina
"Nakba", artinya "bencana", Itulah kata yang digunakan warga Palestina pada hari yang sama. Sekitar 700.000 warga Arab yang tinggal di Palestina saat itu harus melarikan diri dengan tibanya gelombang pendatang Yahudi yang ingin menetap di negara barunya. Pendirian Israel menjadi awal konflik Israel-Palestina dan dunia Arab, yang tidak terselesaikan sampai sekarang, 70 tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Darurat perang
Ketegangan dengan negara-negara Arab di wilayah itu pecah saat 'Perang Enam Hari' terjadi pada Juni 1967. Militer Israel berhasil memukul mundur pasukan Mesir, Yordania dan Suriah, lalu menduduki kawasan Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan. Namun kemenangan itu tidak membawa ketenangan, melainkan ketegangan dan konflik berkepanjangan hingga kini.
Foto: Keystone/ZUMA/IMAGO
Politik pemukiman di wilayah pendudukan
Pembangunan permukiman Yahudi di kawasan yang diduduki memperburuk konflik dengan Palestina, yang sebenarnya dijanjikan untuk mendirikan negara. Otoritas Palestina menuduh Israel menjalankan politik yang berupaya menihilkan harapan pendirian Negara Palestina Merdeka. Israel tidak mengindahkan protes internasional yang menentang pembangunan permukiman Yahudi.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Kemarahan dan kebencian: Intifada pertama
Akhir 1987, warga Palestina melakukan mobilisasi untuk menentang pendudukan Israel. Kerusuhan menyebar di wilayah permukiman Palestina dari Gaza sampai Yerusalem Timur. Kerusuhan itu menggagalkan Kesepakatan Oslo dari tahun 1993 — kesepakatan pertama yang dicapai dalam perundingan langsung antara perwakilan pemerintah Israel dan pihak Palestina, yang diwakili oleh PLO.
Foto: picture-alliance/AFP/E. Baitel
Upaya perdamaian
Presiden AS Bill Clinton (tengah) menengahi konsultasi perdamaian antara PM Israel Yitzhak Rabin (kiri) dan pimpinan PLO Yasser Arafat (kanan). Perundingan itu menghasilkan Kesepakatan Oslo I, yang memuat pengakuan kedua pihak atas eksistensi pihak lain. Namun harapan perdamaian pupus ketika Rabin dibunuh oleh seorang warga Yahudi radikal dua tahun kemudian.
Foto: picture-alliance/CPA Media
Kursi yang kosong
Rabin ditembak pengikut radikal kanan pada 4 November 1995 ketika akan meninggalkan acara demonstrasi damai di Tel Aviv. Foto di atas menunjukkan Shimon Peres yang kemudian menggantikan Yitzhak Rabin sebagai Perdana Menteri. Kursi kosong di sebelahnya adalah tempat duduk Rabin.
Foto: Getty Images/AFP/J. Delay
Tembok pemisah
Tahun 2002, setelah rangkaian aksi kekerasan dan teror selama Intifada II, Israel mulai membangun tembok pemisah sepanjang 107 kilometer atas alasan keamanan. Tembok ini memisahkan wilayah Israel dan Palestina di wilayah Tepi Barat. Proyek tembok pemisah sekarang masih dilanjutkan dan menurut rencana panjangnya akan mencapai 700 kilometer. (Teks: Kersten Knipp/hp/ts)
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/S. Nackstrand
9 foto1 | 9
AS lakukan serangan 'defensif' di Irak
Seorang pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa pasukan AS melakukan serangan di selatan ibu kota Irak, Baghdad, untuk membela diri.
"Malam ini, pasukan AS di Irak melakukan serangan udara defensif di Musayyib di Provinsi Babil, menargetkan kombatan yang mencoba meluncurkan sistem udara tak berawak," kata pejabat tersebut.
Pejabat lain mengatakan serangan itu "menegaskan komitmen Amerika Serikat terhadap keselamatan dan keamanan personel kami."
Pernyataan itu muncul setelah ledakan dilaporkan terjadi di pangkalan Pasukan Mobilisasi Populer, paramiliter yang didukung pemerintah Irak yang mencakup kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran.
Belum jelas apakah serangan tersebut sama dengan ledakan yang dilaporkan, yang menurut pejabat Irak menewaskan empat orang.