Sebuah serangan yang diduga menggunakan bahan kimia terjadi di Provinsi Idlib utara, Suriah yang dikuasai pemberontak. Serangan itu menewaskan puluhan orang.
Iklan
Lembaga pemantau hak asasi manusia di Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, menceritakan, serangan kimia itu merupakan salah satu serangan terburuk dalam perang saudara yang telah berlangsung selama enam tahun di negara itu. Beberapa jam kemudian, sebuah rumah sakit kecil di wilayah tersebut dihancurkan, demikian dikatakan pekerja pertahanan sipil yang tengah berdinas di wilayah itu.
Syrian Observatory for Human Rights menyebutkan, serangan yang diduga menggunakan unsur kimia di Idlib utara menewaskan 58 orang. Terdapat 11 anak kecil di antara korban tewas. Sementara Idlib Media Center menyebutkan, puluhan orang tewas.
Media center itu mempublikasikan rekaman yang memuat bagaimana tenaga medis membantu membuka baju seorang pria yang tampak sudah tidak lagi responsif. Mereka juga tampak sibuk memasang alat bantu pernafasan kepada seorang gadis kecil yang mulutnya terlihat berbusa.
Belum jelas apakah semua orang yang tewas akibat mati lemas terkena senjata kimia atau dikejutkan oleh serangan udara lainnya yang terjadi di daerah itu dalam waktu bersamaan.
Insiden ketigakalinya
Insiden ini merupakan klaim ketiga kalinya, bahwa terdapat serangan kimia di Suriah. Dua kasus sebelumnya dilaporkan terjadi di Provinsi Hama, yang tidak jauh dari Khan Sheikhoun, lokasi terjadinya serangan pada hari Selasa ini (04/04).Tidak ada komentar dari pemerintah di Damaskus setelah serangan itu.
Tahun 2013, serangan gas beracun terjadi di pinggiran Damaskus, Ghouta yang menewaskan ratusan warga sipil. Serangan itu, menurut laporan PBB merupakan serangan gas sarin beracun, sebuah serangan terburuk dalam perang sipil di Suriah.
Tarik Jasarevic, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia WHO, menyatakan bahwa badan tersebut menghubungi pusat layanan kesehatan dari Idlib untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kejadian Selasa (04/04) ini.
Sementara itu, Syrian American Medical Society, yang mendukung rumah sakit di wilayah yang dikendalikan oposisi mengatakan telah mengirim tim penyelidik ke Khan Sheikhoun dan penyelidikan sedang berlangsung.
Para aktivis Suriah menuding serangan itu disebabkan oleh serangan udara yang dilakukan baik oleh pemerintah Suriah atau pesawat tempur Rusia. Dilaporkan, rumah sakit darurat segera penuh sesak dengan orang-orang yang tercekik pernapasannya.
Derita Sunyi Bocah Korban Perang Suriah
Tubuhnya diselimuti darah dan debu. Tanpa isak dan air mata, ia menyeka dahinya dan menatap darah di tangan. Ia dan anak-anak lain di Suriah menjadi korban kebiadaban perang.
Foto: Reuters/M. Rslan
Tanpa isak dan air mata
Omran Daqnesh bersama bocah lainnya duduk terpaku di ambulan setelah diselamatkan dari puing rumahnya yang hancur akibat perang di Allepo, Suriah. Tanpa menangis, Omran bersama anak lainnya menunggu tim relawan datang untuk memberikan pertolongan pertama, sebelum kemudian dibawa ke rumah sakit.
Foto: Reuters/M. Rslan
Simbol penderitaan
Omran, bocah Suriah yang bersimbah darah usai selamat dari serangan udara pasukan pemerintah kini menjadi simbol penderitaan penduduk kota Aleppo. Tubuhnya diselimuti luka dan debu. Sesekali ia menyeka dahinya dan menatap darah di tangannya.
Foto: picture-alliance/AA/M. Rslan
Korban tak berdosa
Bocah-bocah ini adalah korban perang antara pasukan pemerintah dengan pemberontak, yang makin membara di Allepo, Suriah, dalam beberapa waktu terakhir. Ratusan orang terenggut nyawanya.
Foto: Reuters/M. Rslan
Allepo yang membara
Dalam perang, anak-anak menjadi korban paling menderita. Allepo terbagi dua, kelompok pemberontak menguasai bagian timur dan pasukan pemerintah yang didukung militer udara Rusia di bagian barat. Sejauh ini perang di Suriah telah menelan 290.000 korban jiwa dan jutaan pengungsi sejak 2011.
Foto: Getty Images/AFP/B. Al-Halabi
Tumpang tindih perang
Masuknya ISIS menyebabkan situasi perang di Suriah antara pemberontak dengan pasukan pemerintah bertambah sulit. Di Suriah, ISIS mendidirikan kekalifahan di Raffa. Foto-foto anak-anak korban perang di Suriah menunjukkan keganasan peperangan yang dilakukan berbagai pihak.
Foto: picture-alliance/dpa/Imageslive/O. Jumaa
5 foto1 | 5
Kejang dan pendarahan
Mohammed Hassoun, seorang aktivis media di wilayah terdekat Sarmin – yang juga berada di provinsi Idlib - mengatakan rumah sakit di sana telah siap untuk mengatasi korban serangan kimia karena wilayah itu pernah mengalaminya saat konflik di Suriah baru pecah. Ia menceritakan, korban serangan kimia biasanya kejang-kejang dan ketika oksigen diberikan, mereka mengalami pendarahan dari hidung dan mulut.
Hassoun, yang mendokumentasikan serangan itu, mengatakan, para dokter di sana menceritakan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu jenis gas. "Gas Klor tidak menyebabkan kejang-kejang seperti itu," katanya, sambil menambahkan bahwa dokter menduga adanya zat sarin yang digunakan dalam serangan tersebut.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.
Foto: picture-alliance/dpa/ITAR-TASS
8 foto1 | 8
Hussein Kayal, seorang fotografer untuk Idlib Media Center menceritakan, ia tebangun oleh suara ledakan bom sekitar pukul 06:30 pagi. Ketika sampai ke lokasi kejadian, tempat tersebut tidak berbau, katanya. Namun ia menemukan sebuah keluarga di dalam rumah, yang tergeletak di lantai, dengan mata terbuka lebar dan tidak bisa bergerak.
Kayal katanya dan saksi lainnya segera membawa para korban ke ruang gawat darurat dan mencuci pakaian mereka dengan air. Saat melakukannya, ia merasakan sensasi terbakar di jari-jarinya.
Provinsi Idlib hampir seluruhnya dikendalikan oleh oposisi Suriah. Provinsi ini adalah rumah bagi sekitar 900.000 pengungsi Suriah, demikian menurut PBB.
Beruang Merah Menggebrak di Suriah
Lama bergeming, Rusia kini melibatkan diri dalam konflik Suriah. Negeri beruang merah itu melancarkan serangan udara dan memperkuat kehadiran armada lautnya di perairan Suriah. Semua demi menyelamakan Bashar al Assad.
Foto: picture-alliance/dpa
Dominasi di Langit
Rusia menabuh genderang perang dan mengusir angkatan udara Amerika Serikat dari kawasan udara Suriah. Satu jam menjelang serangan, atase militer Rusia di Baghdad menghubungi rekan sejawatnya di kedutaan AS buat menyampaikan peringatan tersebut. Belasan pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-34 kemudian diterbangkan buat menghancurkan beberapa target milik siapapun yang berperang dengan pasukan Assad.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Menarget Musuh Assad
Media awalnya sempat melaporkan, pesawat tempur Rusia bukan membidik ISIS, melainkan kelompok Free Syrian Army yang dikenal moderat. Namun beberapa jam kemudian, Moskow memastikan pihaknya juga melancarkan serangan terhadap kelompok fanatik Islam. Terkait tudingan AS, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaku pihaknya "bertanggungjawab atas semua target serangan."
Foto: imago/ITAR-TASS
Petaka dari Udara
Pemantau asing melaporkan, angkatan udara Rusia melancarkan serangkaian serangan udara di tiga provinsi, termasuk Homs yang dikuasai Free Syrian Army. Foto ini diambil di distrik Talbisseh. Kelompok HAM mengabarkan sekitar 27 warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia.
Foto: Getty Images/AFP/M. Taha
Teknologi Termutakhir
Kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak tahun 1970an. Tapi baru kali ini Moskow menerjunkan langsung pasukannya dalam konflik bersenjata. Citra udara berikut menunjukkan kekuatan militer Rusia di pangkalan udara Lattakia. Rusia antara lain mengirimkan jet tempur, Su-30, yang berdaya jelajah 3000km. Beberapa meyakini Moskow juga menyiapkan pesawat tempur teranyar yang dimilikinya, Su-34
Foto: Reuters/www.Stratfor.com/Airbus Defense and Space
Angkatan Darat
Untuk mengamankan pangkalan militer di Lattakia, Moskow juga diyakini menerjunkan pasukan infanteri, sejumlah tank tempur tipe T-90, kendaraan angkut personel lapis baja BTR-80 dan peluru kendali anti serangan udara. Belum jelas apakah Rusia juga berniat menerjunkan angkatan daratnya dalam perang di Suriah.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Raksasa Laut di Tartus
NATO mengkhawatirkan Rusia juga akan mengirimkan kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Sejak pertama kali berlayar tahun 1995, negeri beruang merah itu telah berulangkali melabuhkan raksasa laut yang mampu mengangkut hingga 50 pesawat tempur itu di kota Tartus, sekitar 84 km dari Lattakia. Di kota pelabuhan Suriah itu Rusia memiliki pangkalan militer untuk armada lautnya.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Mengamankan Kepentingan
Pengamat meyakini, keterlibatan Rusia di Suriah adalah semata-mata demi mengamankan pengaruhnya di kawasan. Tanpa Suriah, Rusia antara lain akan kehilangan akses langsung ke Iran. Pelabuhan di Tartus, Suriah, misalnya merupakan satu-satunya pelabuhan laut dalam yang dikuasai Rusia di Laut Tengah. "Operasi militer ini punya batas waktu," kata Presiden Vladimir Putin.