1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan NATO Tuai Kecaman

5 September 2009

Pejabat militer AS dan Jerman menemui keluarga dan korban serangan udara NATO di utara Afghanistan guna meredakan kemarahan terhadap insiden yang merusak upaya NATO untuk merebut simpati rakyat Afghanistan.

Polisi Afghanistan melakukan investasi di lokasi serangan di Kundus.Foto: AP

Delegasi dipimpin Laksamana Muda Greg Smith, pejabat pasukan AS dan NATO di Afghanistan. Sabtu (05/09) di RS umum kota Kundus, mereka menemui antara lain Shaifullah, anak lelaki berusia sekitar 6-7 tahun, dengan lengan dan kaku diperban akibat luka bakar.

Ia mengatakan, seperti orang-orang lainnya, ia datang ke lokasi untuk mendapatkan bahan bakar, ketika bom demi bom berjatuhan di atas mereka.

Inisiden bermula ketika militan Taliban membajak truk tangki bahan bakar di pos pemeriksaan di Kundus, daerah yang dijaga militer Jerman Bundeswehr. Aksi itu ketahuan dan Jerman memerintahkan agar dilakukan serangan udara.

Keputusan itu dibela Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef Jung dengan alasan ancaman bahaya dari militan Taliban yang membajak tangki bensin tersebut. Jika dalam jarak jarak hanya enam kilometer, Taliban membajak dua truk tangki bahan bakar, itu menunjukkan bahaya serius bagi kami, kata Jung kepada koran Jerman Bild.

Menurut informasi di lapangan, militan Taliban memompa bensin keluar dari tangki dan memanggil warga sekitar untuk membagi-bagikannya ketika Jet tempur F-15 milik AS menggempur truk tangki itu.

Tak ada kesamaan mengenai angka korban. Pemerintah di Kabul mengatakan, sejumlah besar orang tewas, banyak di antaranya sipil. Sumber lain menyebut 50 orang, dan semuanya pejuang Taliban.

Menjawab pertanyaan ada tidaknya korban sipil, Menteri Pertahanan Jung mengatakan kepada televisi ZDF, "Sampai saat ini saya tak punya informasi kongkret, tapi seperti dikatakan sebelumnya, kami, juga NATO berupaya mencari bukti-bukti. Yang kami ketahui saat ini hanyalah, di lokasi ditemukan senjata dan itu indikasi jelas bahwa ini Taliban."

Gubernur provinsi Kundus, Mohammad Omat menyalahkan warga setempat karena membantu pejuang Taliban. Warga desa merasakan akibat dari membantu dan melindungi pemberontak, kata Omar kepada Reuters.

Tewasnya warga sipil dalam serangan NATO hari Jumat disambut kritik dunia internasional. Barat seharusnya bekerjasama dengan rakyat Afghanstan dan bukan membom mereka, kata Menlu Perancis

Bernard Kouchner hari Sabtu, dalam pertemuan informal para Menlu UE di Stockholm. Menlu Luksemburg menyebut serangan udara itu sebagai bencana yang tak dapat diterima. Sementara Menlu Inggris David Milliband mengatakan, jatuhnya korban sipil berbahaya bagi misi barat.

Sabtu ini, tim penyelidik NATO terbang ke lokasi kejadian di sungai Kundus, utara Afghanistan, untuk mencari kepastian jumlah korban.

Sementara Jendral Stanley McChrystal, yang baru dua bulan menjabat komandan pasukan AS dan NATO di Afghanistan, melakukan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ia berpidato kepada rakyat Afghanistan, dan disiarkan di televisi. McChrystal mengatakan, serangan itu dilancarkan terhadap target yang menurut tentara adalah Taliban. Ia berjanji akan mengumumkan hasil penyelidikan secara terbuka.

RP/GG/afp/dpa/rtr