Serangan Senyap Peretas Rusia Hujani Ukraina di Hari Invasi
25 Februari 2022
Invasi Rusia dibarengi serangan siber secara masif terhadap situs pemerintahan dan perbankan di Ukraina. Gelombang serangan disiapkan dengan matang dan diniatkan untuk menebar kebingungan di kalangan warga sipil.
Iklan
Pada hari invasi Rusia, Kamis (24/2), seratusan komputer di Ukraina, Latvia dan Lithuania dikabarkan menjadi korban serangan malware perusak data. Kebanyakan target serangan adalah "organisasi-organisasi besar,” kata Jean-Ian Boutin, peneliti laboratorium digital, ESET.
Penyelidikan mengungkap serangan sudah direncanakan sejak tiga bulan lalu.
Sehari sebelumnya, serangan DDoS menghantam situs-situs pemerintah, yang disusul pemadaman internet secara sporadis di penjuru negeri, lapor Doug Madory, Direktur Analisa Internet di Kentik Inc. sebuah perusahaan keamanan siber Inggris.
Serangan denial-of-service (DDoS), yang membanjiri situs sasaran dengan data sampah sehingga tidak bisa diakses, diyakini didalangi oleh dinas rahasia Rusia, GRU, klaim AS dan sekutunya.
Situasi Ukraina di Tengah Gempuran Serangan Rusia
Tanggal 24 Februari 2022 Rusia melancarkan serangannya ke negara tetangganya, Ukraina. Fasilitas militer jadi target, ratusan orang dilaporkan meninggal dunia, dan banyak warga mencoba melarikan diri.
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
Ratusan warga Ukraina tewas
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi umum, setelah Rusia melancarkan invasinya ke Ukraina. Dekrit yang berlaku selama 90 hari tersebut mengatur warga negara yang berusia 18-60 tahun untuk memulai wajib militer cadangan. Di hari pertama pertempuran dilaporkan 137 warga Ukraina, termasuk personel militer, tewas dan lebih dari 300 orang terluka.
Tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui wilayah separatis Donetsk and Luhansk sebagai negara yang merdeka, Putin pun mengumumkan operasi militer di Ukraina. Ia mengatakan, Rusia hanya berusaha untuk melakukan demiliterisasi dan denazifikasi negara tetangganya itu. Sedikitnya 83 fasilitas infrastruktur militer di Ukraina lumpuh akibat serangan pasukan militer Rusia.
Foto: Evgeniy Maloletka/AP Photo/picture alliance
"Ditinggalkan seorang diri"
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menggambarkan serangan itu sebagai "invasi skala penuh" dan mengatakan Ukraina akan "mempertahankan diri dan akan menang." Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (24/02) tengah malam dalam pidatonya mengatakan, ia merasa negaranya ditinggalkan sendirian saat diserang oleh Rusia.
Foto: Carlos Barria/REUTERS
Serangan dimulai sebelum fajar
Ledakan besar terdengar saat rudal mendarat di Kiev, Kharkiv, dan Odessa pada Kamis (24/02) dini hari. Kemenhan Rusia mengklaim tidak menargetkan kota-kota dan "tidak ada ancaman bagi penduduk sipil." Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menggambarkan wilayah udara di atas Ukraina sebagai "zona konflik aktif." Warga sipil diizinkan berlindung di stasiun-stasiun kereta bawah tanah.
Foto: Aris Messinis/AFP/Getty Images
Berbondong-bondong selamatkan diri
Saat Presiden Zelenskyy mengumumkan status darurat militer, dia mengimbau warga Ukraina untuk tinggal di rumah dan tidak panik. Mesk demikian, banyak orang Ukraina yang berusaha kabur menyelamatkan diri. Kemacetan parah terlihat di jalan-jalan utama bagian barat ibu kota. Warga di wilayah Ukraina timur juga dilaporkan berupaya melarikan diri dan pergi ke wilayah Ukraina barat.
Foto: Chris McGrath/Getty Images
Antrean panjang di depan kios hingga ATM
Foto warga di Kiev berdiri dalam antrean panjang di depan toko-toko, berharap untuk dapat membeli persediaan makanan dan air. Antrean panjang juga tampak terlihat di depan mesin-mesin ATM. Banyak mobil dilaporkan antre mengisi bahan bakar di SPBU, bersiap untuk melarikan diri meninggalkan kota.
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
Emosi campur aduk
Warga Ukraina dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dan dilanda rasa ketakutan. Sebelumnya banyak dari mereka yang tidak percaya bahwa Rusia akan melancarkan serangan, meski tanda-tanda ke arah itu makin jelas setiap harinya. Negara-negara Eropa Tengah bersiap menghadapi banjir pengungsi dari Ukraina dan kelompok-kelompok kemanusiaan memperingatkan krisis yang mengancam. (Ed: rap/as)
Foto: Kunihiko Miura/AP Photo/picture alliance
7 foto1 | 7
Dinas keamanan siber Ukraina mengatakan, jejaring seluler nasional sempat mengalami gangguan, dan "berada di bawah stres tingkat tinggi saat ini,” imbuh Madory yang memantau penggunaan internet di Ukraina.
Rusia diklaim ikut menyusupi dan membonceng infrastruktur internet di Ukraina untuk kepentingan militer. Otoritas di Ukraina misalnya memublikasikan sederet kanal media sosial yang menyebarkan "disinformasi aktif” dan sebabnya diminta untuk dihindari.
Iklan
Target ekonomi
Perusahaan keamanan siber, Symantec, mengaku mendeteksi virus malware buatan Rusia di tiga kontraktor pemerintahan Ukraina, dengan cabang di Latvia dan Lituania. Repotnya, kedua negara Baltik itu merupakan anggota NATO.
"Para penyerang membidik target-target ini tanpa peduli di mana mereka berlokasi,” kata Vikram Thakur, Direktur Teknik Symantec. "Ketiga kontraktor, memiliki kedekatan dengan pemerintah Ukraina,” imbuhnya.
Tokoh-tokoh di Dunia Kecam Invasi Rusia ke Ukraina
Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan mulai menggempur Ukraina secara militer 24 Februari 2022. Banyak pemimpin dunia, atlet, dan bintang mengutuk invasi yang dilancarkan Rusia terhadap tetangganya tersebut.
Foto: Kremlin/AFP
Putin bermuka dua
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin 'bermuka dua' setelah dia memerintahkan operasi militer terhadap Ukraina, tak lama setelah dirinya berunding dengan Putin melalui sambungan telepon. "Ya, bermuka dua, ada pilihan yang disengaja dan sadar untuk meluncurkan perang ketika kita masih bisa merundingkan perdamaian," kata Macron.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Runtuhkan keamanan Eropa
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengutuk invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina. "Kami tidak akan membiarkan Presiden Putin meruntuhkan arsitektur keamanan Eropa," ujar von der Leyen. Ia menegaskan, UE akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia. "Kami akan membekukan aset Rusia di Uni Eropa dan menghentikan akses bank Rusia ke pasar keuangan Eropa."
Foto: Olivier Hoslet/Pool/EPA/AP/picture alliance
Kesalahan besar
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, serangan Rusia benar-benar tanpa pembenaran dan menyebutnya perang Putin. "Akan menjadi jelas bahwa Putin telah membuat kesalahan besar dengan melancarkan perang ini," kata Scholz. Ia juga menambahkan, Rusia akan membayar "harga yang pahit" karena menyerang tetangganya tersebut.
Foto: Clemens Bilan/Getty Images
Dukungan buat Ukraina dari Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson lewat cuitannya di Twitter mengatakan, Inggris akan meningkatkan dukungannya ke Ukraina. Dia menegaskan, Inggris tidak bisa dan tidak boleh berpaling untuk membantu Ukraina. "Saya tidak percaya diktator Rusia akan menaklukkan Ukraina dan keyakinan mereka yang penuh semangat bahwa negara mereka harus merdeka," kata Johnson.
Foto: Matt Dunham/AP Photo/picture alliance
Sanksi dari AS
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengumumkan serangkaian sanksi baru, yang menargetkan bank dan industri Rusia. "Kami sengaja merancang sanksi ini untuk memaksimalkan dampak pada Rusia dan meminimalkan dampak pada sekutu kami. Kami tidak bertindak sendiri. Kami telah membangun koalisi yang mewakili setengah dari ekonomi dunia," tutur Biden.
Foto: Brendan Smialowski/AFP
Iran salahkan NATO
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian melalui cuitannya di Twitter, menyalahkan "provokasi NATO" atas serangan yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina. Meski demikian, ia menekankan perang bukanlah sebuah solusi dan menulis "penting untuk membuat gencatan senjata dan menemukan solusi politik yang demokratis."
Foto: Fadel Itani/NurPhoto/picture alliance
Indonesia desak "setop perang"
Presiden RI Joko Widodo belum memberikan pernyataan lengkap terhadap operasi militer yang digelar Rusia di Ukraina. Namun, di tengah kondisi yang sedang memanas, pada hari pertama invasi Rusia ke Ukraina, melalui cuitannya via twitter Jokowi menyerukan agar perang bisa dihentikan. "Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia," cuit Jokowi.
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Absen di GP Rusia
Juara dunia Formula 1 asal Jerman, Sebastian Vettel mengatakan, dirinya tidak akan berpartisipasi dalam putaran Grand Prix Rusia pada bulan September mendatang jika invasi terus berlanjut dalam keadaan seperti saat ini. "Saya kasihan kepada orang-orang, orang-orang tidak bersalah yang kehilangan nyawanya, yang terbunuh gara-gara alasan bodoh dan kepemimpinan yang sangat, sangat aneh dan gila."
Foto: Jerry Andre/Laci Perenyi/picture alliance
Dibutakan kekuasaan
Penyanyi dan rapper perempuan asal AS Cardi B turut menentang serangan yang dilancarkan Rusia. Lewat cuitannya ia berharap agar para pemimpin dunia yang berkonflik tidak dibutakan kekuasaan dan benar-benar memikirkan nasib warganya yang menjadi korban krisis tersebut. "Perang, sanksi, invasi harus menjadi hal terakhir yang harus dikhawatirkan para pemimpin ini," kata Cardi B. (Ed: rap/as)
Foto: Kevin Winter/Getty Images
9 foto1 | 9
Analis keamanan siber Inggris, Chester Winievski, mengaku tidak terkejut oleh serangan tersebut. "Rusia kemungkinan besar sudah merencanakan ini sejak berbulan lalu,” kata dia. Menurutnya, serangan tersebut adalah "pesan dari Kremlin bahwa mereka telah merusak sejumlah besar infrastruktur Ukraina, dan menunjukkan kemampuan peneterasi yang tinggi.”
Serangan siber sudah menjadi bagian dari agresi Rusia di Ukraina sejak sebelum 2014, ketika Kremlin menganeksasi Krimea dan berusaha menyabot pemilu. Cara serupa juga dilaporkan saat eskalasi terhadap Estonia pada 2007 dan Georgia 2008.
Margaret Klein, peneliti di Institut Studi Keamanan (SWP), Jerman, mengatakan "prioritas utama Rusia,” dalam menggencarkan seranga siber "adalah untuk mendikte narasi perang,” kataya kepada DW sesaat sebelum serangan militer ke Ukraina dilancarkan.
Pergulatan untuk mendominasi opini publik sudah berlangsung sejak beberapa tahun, imbuhnya. "Strateginya adalah destabilisasi. Mereka berusaha menekan Ukraina sekeras mungkin, terutama di dalam negeri, untuk memaksakan perubahan kembali ke haluan pro-Rusia,” imbuhnya.