1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Terhadap Gedung Partai Pemerintah Suriah

Dyan Andriana Kostermans20 November 2011

Untuk pertama kalinya sejak dimulainya gerakan protes di Suriah Maret 2011, Minggu (20/10) pihak pemberontak diduga melakukan serangan langsung terhadap pemerintah dari Presiden Assad di ibukota Suriah Damaskus.

A pro-Syrian regime protester, shouts pro-Syrian President Bashar Assad slogans as he holds up Assad's portrait with Arabic legend reading "God bless you," in Damascus, Syria, on Wednesday Nov. 16, 2011, during a demonstration against the Arab League meeting being held in Morocco. The Arab League is expected to formalize its weekend decision to suspend Syria from the Arab League, for failing to end its crackdown against anti-government protesters.(Foto:Muzaffar Salman/AP/dapd)
Poster Presiden AssadFoto: dapd

Minggu (20/11) di Damaskus sebuah bangunan Partai Baath, yang merupakan partai pemerintah dari Presiden Bashar al-Assad, menurut keterangan saksi mata terkena serangan sedikitnya dua granat. Aparat keamanan dan petugas pemadam kebakaran memblokir rumah yang sebagian besar tidak dihuni di kawasan Masraa tersebut. Demikian dilaporkan lebih jauh. Serangan terhadap gedung partai itu mula-mula belum dapat dikonfirmasi secara independen, karena Suriah mengusir sebagian besar jurnalis asing.

Pihak yang mengaku bertanggung jawab terhadap serangan itu adalah kelompok militer yang membelot dan bermarkas di negara tetangga Turki. Serangan itu sebagai reaksi terhadap penolakan pimpinan pemerintah Suriah membebaskan puluhan ribu tahanan politik dan menarik pasukan pemerintah dari kubu-kubu perlawanan pihak oposisi.

Meskipun aksi protes Presiden Assad tetap berhaluan aksi kekerasanFoto: picture-alliance/dpa

Presiden Assad Tetap Tidak Melunak

Sementara itu meskipun tekanan politis internasional terhadap negaranya, sikap Presiden Assad tetap tidak melunak. Assad sekaligus mengingatkan pihak asing untuk tidak melakukan intervensi militer ke Suriah, karena itu akan menyulut gempa bumi di Timur Tengah. Seandainya terjadi serangan militer, ia siap untuk melawan dan mati. Demikian dikatakan Assad kepada harian Inggris Sunday Times. Lebih lanjut pria berusia 46 tahun itu tetap melanjutkan tindakan melawan apa yang disebutnya kelompok bersenjata di negaranya.

“Kami harus mencegah militan untuk melakukan apa yang dilakukannya sekarang, membunuh warga sipil, melakukan pembunuhan massal di berbagai tempat di Suriah. Kami harus menghentikan penyelundupan dari luar Suriah , dari kawasan perbatasan negara-negara tetangga. Kami harus menghentikan dana finansial yang masuk untuk mendukung para militan di luar perbatasan. Dan itulah yang harus kami lakukan."

Ia merasa kepedihan dan kekhawatiran akibat pertumpahan darah, tapi penyelesaian adalah penumpasan militan yang bertanggung jawab untuk itu. Demikian dikatakan Assad, dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan harian Inggris Sunday Times, Minggu (20/11).

Sejak dimulainya protes menentang pemerintah Assad delapan bulan lalu, menurut perkiraan PBB, lebih dari 3500 orang tewas. Menurut keterangan pemerintah Suriah jumlah korban tewas 619 orang.

DK/AP/dpa/reuters