1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Teror di Turki Menjelang Keputusan Mahkamah Konstitusi

as28 Juli 2008

Serangan teror di Turki menandai awal pekan yang menentukan menjelang dijatuhkannya keputusan mahkamah konstitusi untuk melarang partai AKP dari PM Recep Tayyip Erdogan.

Polisi Turki mengamankan lokasi ledakan bom di Istanbul, sementara mobil ambulans terus mengevakuasi korban luka atau tewas.Foto: AP


Serangan terror bom di Turki yang menewaskan lebih dari 15 orang dan melukai sekitar 150 orang, serta perundingan WTO membahas Putaran Doha menjadi tema komentar sejumlah harian internasional.


Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya berkomentar :


Banjir darah terjadi di Turki menjelang keputusan penting bagi masadepan negara itu. Pekan ini, mahkamah konstitusi akan menjatuhkan vonis yang dapat melarang keberadaan partai AKP, dengan alasan partai dari PM Recep Tayyip Erdogan bermaksud melakukan islamisasi Turki. Dengan begitu, tokoh pimpinan partai AKP yang kini menduduki jabatan penting di pemerintah ibaratnya akan ditumbangkan. Sejauh ini belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan teror di Istanbul tsb. Tapi pola dan dinamikanya mengingatkan pada teknik militer yang digunakan partai pekerja Kurdi-PKK. Serangan teror itu, boleh jadi merupakan jawaban atas dimulainya ofensif militer Turki di utara Irak terhadap 12 posisi pemberontak Kurdi.


Sementara harian Belgia Le Soir yang terbit di Brussel berkomentar :


Serangan teror datang di saat Turki menghadapi ketidakpastian total menjelang vonis pelarangan partai AKP. Semua mempertanyakan, apa manfaatnya keputusan mahkamah konstitusi yang dapat membubarkan pemerintahan itu? Tapi tidak ada seorangpun yang bersedia membuat prakiraan. Ketidakjelasan total menyangkut langkah mahkamah konstitusi mencekam warga Turki sejak setahun terakhir ini. Sebab mahkamah tsb, seringkali memutuskan vonis mengejutkan, dan memposisikan dirinya sebagai lembaga pembela sekularisme menghadapi pemerintahan partai AKP saat ini. Namun di waktu belakangan ini, terlihat pertanda jelas, bagi keputusan yang mendukung pemerintah.


Tema lainnya yang disoroti harian-harian internasional adalah perundingan WTO membahas putaran Doha di Jenewa. Jika perundingan putaran Doha gagal, dampaknya akan membahayakan ekonomi dunia.


Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar :


Menjelang berakhirnya perundingan putaran Doha yang dimulai tujuh tahun lalu, semua berharap jangan sampai terjadi kegagalan berikutnya. Jika sengketa terus berlanjut, hal ini akan semakin mempersulit situasi ekonomi dan keuangan global yang saat ini sedang mengalami gejolak hebat. Jalan keluar dari situasi ekonomi global yang paling buruk sejak beberapa dekade terakhir ini, juga akan semakin rumit. Krisis moneter, yang membendung investasi, memicu naiknya harga bahan mentah dan mendorong laju inflasi, yang terutama menghantam warga miskin, dengan jelas menunjukkan bahwa politik proteksionisme bukanlah kebijakan yang baik bagi perundingan putaran Doha.

Terakhir harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar :


Jika Uni Eropa dan AS dalam beberapa hari mendatang tidak bersedia melakukan kompromi dalam pengurangan subsidi dan pajak produk pertanian, dapat dipastikan perundingan akan mengalami kegagalan. Tapi memang tidak banyak pelajaran yang ditarik oleh kedua adidaya ekonomi itu dari perundingan putaran Doha. Puluhan milyar dana yang dikucurkan setiap tahunnya oleh negara-negara industri maju untuk melindungi para petaninya, merupakan langkah paling kasar yang merusak persaingan di pasar global. Hal itu sekaligus merampok satu-satunya peluang negara berkembang, untuk dapat ikutserta menikmati kesejahteraan minimal lewat WTO.