Siapa Dua Korban Yang Tewas Dalam Serangan teror Halle?
Friedel Taube
18 Oktober 2019
Jana L dan Kevin S tewas dalam serangan teror ekstremis kanan di Halle 9 Oktober lalu. Siapa mereka? Hari Sabtu ini (19/10) para bintang pop Jerman akan menggelar konser solidaritas.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Iklan
Jana L. pada 9 Oktober sedang berjalan kaki menuju rumahnya dekat sinagoge di kota Halle. Saat itu, Stephan B. sedang menembaki pintu kayu sinagoge untuk membobolnya. Upaya itu gagal, juga setelah dia menggunakan bahan peledak rakitan sendiri. Kesal karena gagal menyerang sinagoge, pria pendukung Neonazi lalu berbalik ke arah jalan.
Jana L, perempuan berusia 40 tahun, melihat Stephan B dan mengira lelaki muda itu sedang membuat kegaduhan dengan meledakkan petasan. Dia lalu menegur teroris ekstrem kanan itu sambil melewatinya. Stephan B. menembaknya beberapa kali dari belakang.
Jana L. cukup dikenal warga Halle, karena dia seroang penggemar berat musik pop Jerman dan punya kebiasaan mengejar tanda tangan para penyanyi terkenal. Dia juga sering membuat swafoto dengan para bintang dan mengunggahnya ke media sosial.
Foto: picture alliance/dpa/H. Schmidt
Salah satu penyanyi pop Jerman Andrea Berg kepada koran Jerman mengatakan sangat sedih dengan apa yang terjadi di Halle dan tewasnya Jana L. "Saya bertemu Jana di banyak konser dan sesi tanda tangan saya. Apa yang terjadi di Halle membuatku kaget dan sedih," katanya.
Kevin S. - penggemar sepakbola
Kevin S., 20 tahun, adalah pendukung setia klub sepakbola lokal Hallescher FC (HFC). Kevin menjadi korban tewas kedua dalam serangan di Halle. Seorang saksi mata bercerita, Kevin sedang makan siang di kedai kebab Kiez Döner, ketika dia ditembak. Penyerangnya tidak mengenal Kevin. Dia hanya menembak sembarangan saja untuk membunuh.
Penduduk kota Halle sangat terguncang dengan aksi teror itu. Banyak ungkapan simpati yang ditujukan kepada pihak keluarga korban. Teman-teman korban lalu membuat akun di bank lokal untuk mengumpulkan sumbangan bagi keluarga korban. Rangkaian bunga memenuhi lokasi kejadian.
Foto: picture alliance/dpa/H. Schmidt
Setelah menembak mati dua orang, Stephan B. melarikan diri dengan mobilnya ke desa kecil dekat Halle. Dia berhenti di depan sebuah rumah, untuk mengganti mobil pelariannya. Suami istri Jens dan Dagmar Z., dengan ramah membuka pintu, ketika sang teroris mengetuknya. Mereka menyangka ada orang yang membutuhkan bantuan sesuatu.
Stephan B menuntut agar Jens menyerahkan kunci dari mobilnya yang diparkir di halaman depan. Ketika Jens menolak, dia langsung menembaknya di leher. Dagmar berlari untuk membantu suaminya yang terluka, dia juga ditembak di pahanya. Kedua korban cidera parah, namun selamat setelah dilarikan ke rumah sakit. Mereka saat ini masih dirawat, tapi kondisinya maki membaik.
Hari Sabtu, 19 Oktober, beberpa bintang pop Jerman akan menggelar konser solidaritas dengan kota Halle, di antaranya salah satu penyanyi paling populer saat ini, Max Giesinger. Penyelenggara mengatakan, dengann konser solidaritas itu mereka ingin mengirim "sinyal kerukunan dan keterbukaan kota Halle, serta pesan yang tegas menentang anti-Semitisme dan rasisme." (hp/vlz)
Penyerangan Sinagoge di Jerman
Penyerangan sinagoge di Halle bukanlah kejadian pertama yang terjadi di Jerman dalam kurun waktu terakhir. Bahkan ketika era Nazi telah usai, gerakan anti-semitisme dan penyerangan sinagoge masih terjadi.
Foto: Imago Images/S. Schellhorn
Köln, 1959: Lambang swastika dan ujaran kebencian
Pada bulan Desember 1959, dua anggota partai ekstrimis sayap kanan Jerman Deutsche Reichspartei (DRP) menggambar lambang swastika dan menuliskan kalimat "Tuntutan Jerman: Yahudi pergi" di sebuah sinagoge di Köln. Grafiti anti-semitisme muncul di seluruh negeri. Para pelaku dihukum dan parlemen Jerman menerapkan peraturan larangan ujaran kebencian yang berlaku hingga hari ini.
Foto: picture-alliance/Arco Images/Joko
Lübeck, 1994: Sinangoge dibakar
Orang-orang di seluruh negeri dikagetkan oleh sebuah penyerangan sinagoge yang ada di utara kota Lübeck pada Maret 1994. Untuk pertama kalinya, sebuah sinagoge di Jerman dibakar. Empat ekstrimis sayap kanan dihukum karena melakukan pembakaran. Sehari setelahnya, 4.000 warga Lübeck turun ke jalan dan membentangkan slogan "Lübeck menahan nafas." Pada tahun 1995, sinagoge yang sama kembali dibakar.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Büttner
Essen, 2000: Sinagoge dilempari batu
Lebih dari 100 orang Palestina melempari sebuah sinagoge tua yang terletak di kota Essen dengan bebatuan pada bulan Oktober 2000. Insiden tersebut terjadi ketika massa berunjuk rasa melawan "kekerasan di Timur Tengah." Seorang polisi terluka. Mahmud Alaeddin, wakil ketua delegasi umum Palestina di Jerman, menjauhkan diri dari penyerangan itu.
Foto: picture-alliance/B. Boensch
Düsseldorf, 2000: Dibakar dan dilempari batu
Seorang warga Palestina 19 tahun dan warga Maroko 20 tahun menyerang sebuah sinagoge di Düsseldorf dengan membakar dan melempari batu di bulan Oktober 2000 sebagai aksi "balas dendam" terhadap kaum Yahudi dan Israel. "Kami butuh orang-orang terhormat untuk memberontak" melawan anti-semitisme, ujar kanselir Jerman Gerhard Schröder. Pemerintah dan berbagai NGO mengkampanyekan aksi melawan ekstrimis.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
Mainz, 2010: Serangan bom molotov setelah peresmian
Tak lama setelah peresmian di bulan September 2010, sinagoge di Mainz diserang pada malam hari di tanggal 30 Oktober. Bangunan yang diarsiteki Manuel Herz ini menggantikan sinagoge sebelumnya yang hancur terbakar pada masa Kristallnacht, pembantaian kaum Yahudi oleh Nazi di tahun 1938.
Foto: picture-alliance/akg/Bildarchiv Steffens
Wuppertal, 2014: Sinagoge dibakar
Pada Juli 2014, tiga pemuda Palestina mencoba membakar gerbang depan sinagoge yang ada di Wuppertal. Berdasarkan keputusan yang kontroversial, pengadilan memutuskan tidak ditemukan adanya bukti dan motif anti-semitisme. Kaum Yahudi di Jerman dan sejumlah media asing meradang. Ketua komunitas Yahudi Wuppertal menyatakan putusan tersebut sebagai undangan tindakan kriminal.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Seidel
Berlin, 2019: Penyerang menggunakan pisau
Seorang pria sambil membawa pisau memanjat tembok pembatas sebuah sinagoge di Berlin pada malam Sabat, 4 Oktober 2019. Petugas keamanan menangkap pelaku penyerangan. Pelaku dinilai tidak memiliki motif yang jelas. Polisi pun membebaskannya kemudian, yang disebut sejumlah pemimpin Yahudi "kegagalan" dalam keadilan.
Foto: picture-alliance/dpa/Avers
Halle, 2019: Penembakan di hari Yom Kippur
Sekita 80 orang tengah berada dalam sinagoge pada Rabu siang saat tengah memperingati hari Yom Kippur, hari suci umat Yahudi. Penyerang dilaporkan berusaha melakukan penembakan ke sinagoge namun dihalangi oleh petugas keamanan. Dua pejalan kaki tewas dan dua lainnya terluka. Tersangka yang mempunyai kaitan dengan ekstrimis sayap kanan anti-semitisme dan misoginis, telah ditahan. (rap/vlz)