1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Serikat Buruh Logam Jerman Desak Empat Hari Kerja Seminggu

6 April 2023

Serikat buruh terbesar Jerman, IG Metall, menyerukan pengurangan hari kerja dengan gaji yang sama. Alasannya, perubahan itu akan meningkatkan kehidupan buruh dan membuat industri lebih menarik bagi pekerja muda.

Seorang pekerja mengenakan visor dan pakaian pelindung di ThyssenKrupp Steelworks di Duisburg
Para buruh yang diwakili oleh IGM berada di jantung kemakmuran ekonomi JermanFoto: Roland Weihrauch/dpa/picture alliance

Bukan kenaikan gaji, tapi IG Metall Jerman (IGM), serikat buruh industri terbesar di Eropa, justru menyerukan kerja empat hari seminggu dengan gaji yang sama untuk para pekerja menjelang negosiasi perundingan bersama pada November mendatang.

"Kami ingin memberikan kelegaan nyata bagi para pekerja tanpa membuat penghasilan mereka berkurang," kata pemimpin distrik IGM Nordrhein-Westfalen Knut Giesler menjelang negosiasi perundingan bersama, yang akan memengaruhi nasib pekerja logam dan baja di negara bagian Nordrhein-Westfalen, Niedersachsen, Hessen, dan Bremen.

Giesler berpendapat bahwa hari kerja yang lebih pendek akan sangat meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pekerja, dan pada saat yang sama membuat industri lebih menarik bagi pekerja yang lebih muda, sehingga kehilangan pekerjaan yang diprediksi bisa terjadi di masa peralihan ke produksi "baja hijau" dapat diatasi. 

Negosiasi pada November mendatang akan memengaruhi nasib pekerja di lokasi manufaktur di beberapa negara bagian Jerman.Foto: Rupert Oberhäuser/picture alliance

Saat berbicara kepada surat kabar Westdeutsche Allgemeine pada hari Rabu (05/04), Giesler mengatakan bahwa industri Jerman sangat membutuhkan pekerja baru karena adanya transisi dari produksi batu bara ke produksi berbahan bakar hidrogen dalam upaya dekarbonisasi.

Ia pun menguraikan rencananya kepada surat kabar tersebut, dengan menyerukan pengenalan kerja empat hari, 32 jam seminggu dengan gaji penuh. Perubahan ini nantinya akan mengurangi jam kerja dari 35 jam seminggu saat ini.

Dampak kerja empat hari seminggu

Sebuah studi selama enam bulan di Inggris baru-baru ini menemukan bahwa empat hari kerja seminggu lebih produktif daripada lima hari kerja untuk sebagian besar staf dan bisnis. Studi ini dilakukan dengan melibatkan 3.000 karyawan di 60 perusahaan.

Studi ini menemukan bahwa pengurangan sedikit jam kerja tidak hanya bermanfaat bagi karyawan, tetapi juga bagi perusahaan.

Sebuah angkatan kerja yang lebih banyak istirahat dan jauh lebih bahagia dan lebih sehat ketika memulai minggu mereka, berarti bahwa produktivitas sama sekali tidak berkurang, rekrutmen meningkat, ketidakhadiran berkurang, dan keuntungan perusahaan melonjak, ungkap studi tersebut.

Selain itu, para analis mengatakan, mereka melihat peningkatan yang signifikan dalam kesehatan fisik dan mental karyawan serta kepuasan mereka secara keseluruhan terhadap kehidupan dan pekerjaan — menunjukkan bahwa stres, kelelahan, dan kurang tidur menurun sebagai akibat dari perubahan tersebut.

Studi ini dilakukan oleh organisasi nirlaba London 4 Day Week Global, wadah pemikir Autonomy, University of Cambridge, dan Boston College di Amerika Serikat.

IGM mengatakan waktu kerja yang lebih pendek dalam seminggu dapat membawa keseimbangan kerja dan kehidupan pribadiFoto: Jan Woitas/dpa/picture alliance

Laba di seluruh industri manufaktur Jerman

Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, adalah rumah bagi berbagai pekerjaan yang terkait dengan pengerjaan logam, mulai dari pengecoran, elektronik, mobil, hingga manufaktur senjata.

Margin keuntungan untuk produsen mobil Mercedes dan BMW, perusahaan elektronik Siemens dan Bosch, semuanya diperkirakan antara 12-15% pada tahun 2022, dengan raksasa mobil Volkswagen mengalami peningkatan 8%.

Jerman juga merupakan pengekspor senjata terbesar kelima di dunia, dan banyak dari pembuat kapal selam, tank, dan misil di negara ini juga mencatat keuntungan besar akhir-akhir ini.

Rheinmetall, ThyssenKrupp, KMW, dan MBDA semuanya mengalami peningkatan pendapatan miliaran euro karena pesanan material baru melonjak di tengah invasi Rusia ke Ukraina dan meningkatnya kekhawatiran akan masalah keamanan di Eropa dan NATO.

ha/gtp (dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait