1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seruan Obama bagi Pembicaraan di KTT G-20

10 November 2010

Jelang KTT G-20 Obama memberikan jawaban atas kecaman berbagai negara besar, yang menganggap AS sengaja memperlemah nilai mata uangnya. Ia juga menyerukan agar diskusi dialihkan pada ketidakseimbangan tata ekonomi dunia.

Presiden AS Barack ObamaFoto: AP

Belum sempat bernafas panjang setelah jadwal kunjungan begitu padat di Jakarta, setibanya di Seoul, Korea Selatan Selasa (09/11), Obama mengirim surat khusus kepada para pemimpin negara-negara G-20. Dengan surat itu ia berusaha menjawab kecaman berbagai negara besar, yang menganggap Amerika Serikat sengaja memperlemah nilai mata uang Dollar.

Khususnya melalui keputusan bank sentral Amerika, Federal Reserve, pekan lalu, untuk mengucurkan dana 600 milyar Dollar untuk membeli surat-surat obligasi pemerintah. Data perdagangan mutakhir menunjukkan, AS dan Cina memang diuntungkan oleh pergerakan nilai Dollar itu.

Dukungan Bagi AS

Kanselir Jerman Angela MerkelFoto: dapd

Sejauh ini hanya India yang menunjukkan dukungan bagi langkah ekonomi terbaru AS itu. Negara-negara ekonomi kuat lain, baik terang-terangan maupun secara terselubung, menunjukkan penentangan. Termasuk Jerman. Kanselir Angela Merkel misalnya, berulangkali menyerukan agar pemerintah tidak melakukan campur tangan yang tidak wajar dalam proses pasar untuk mempengaruhi nilai ekonomi.

Sesaat menjelang bertolak ke Seoul, Kanselir Angela Merkel memperingatkan, “Tak ada orang yang tertarik untuk mengalami guncangan baru. Sebaliknya, semua harus berusaha agar pertumbuhan ekonomi global yang sedang berlangsung sekarang, lebih berkelanjutan dan bertahan lama dibanding beberapa tahun lalu.” Merkel bertemu Obama beberapa saat menjelang pembukaan KTT G20 Rabu malam kemarin (10/11).

Sindiran terhadap Cina

Bagian muka gedung tempat penyelenggaraan KTT G-20Foto: DW

Betapapun, kata Obama, Amerika Serikat yang ekonominya kuat, sangat vital bagi pemulihan ekonomi global. Dalam surat itu ia menyindir sejumlah negara, khususnya Cina. Amerika memang harus melakukan perubahan, kata Obama. Namun perubahan juga harus dilakukan negara yang ekonominya tergantung pada ekspor, untuk menambal kelemahan pasar di negerinya sendiri, tambah Obama, yang tampak jelas menyindir Cina. Kenyataannya, Cina dan Brasil adalah negara yang mampu bangkit dari krisis ekonomi jauh lebih cepat dibanding negara-negara Barat.

Obama menyerukan agar diskusi G-20 kembali dialihkan pada ketidakseimbangan tata ekonomi dunia. Agenda utama G-20 memang adalah mengenai keseimbangan dalam reformasi pasar keuangan global. Sejauh mana 47 langkah yang disepakati dalam pertemuan Washington dua tahun lalu sudah dilaksanakan. Namun perdebatan keras secara khusus terarah pada kesenjangan perdagangan, yang dianggap membebani negara-negara tertentu.

Pejalan kaki menyeberangi jalan di depan gedung tempat penyelenggaraan KTT G-20 (10/11).Foto: AP

Mata Uang Cina

Yang menjadi pasal adalah ketidakseimbangan perdagangan internasional sejumlah negara. Ada yang mengalami surplus sangat besar, yakni mencatat nilai ekspor yang berlipat-lipat, dibanding nilai impor yang dianggap tidak seberapa. Amerika mengusulkan agar surplus ekspor suatu negara dibatasi.

Yang juga diyakini akan banyak dibahas adalah nilai tukar mata uang Cina, Yuan atau Renminbi, yang dinilai tidak wajar. Kendati pagi-pagi para delegasi sudah memperingatkan, bahwa pernyataan akhir KTT G20 nanti tak sepatutnya menyinggung mata uang tertentu.

Soal Keamanan

Sejumlah polisi yang menjaga keamanan di depan COEX, tempat diselenggaraannya KTT G-20 di Seoul (09/11).Foto: picture alliance / dpa

Hal lain, masalah keamanan. Korea Selatan bagaikan berada dalam keadaan darurat. Pengamanan begitu ketat. Polisi dan tentara menerapkan keadaan siaga. Khususnya menghadapi kemungkinan berbagai unjuk rasa masyarakat sipil dari seluruh dunia, potensi aksi terorisme, juga kemungkinan serangan Korea Utara. Unjuk rasa sudah diantisipasi dengan melarang para demonstran berada dekat lokasi acara. Terorisme diantisipasi dengan pengamanan ketat. Bagaimana dengan potensi serangan Korea Utara?

Ketua penyelenggara Pertemuan Puncak G20, Sa Kong Il tampak kurang yakin sebetulnya. Ia mengatakan, "Sebagai suatu rezim yang tak terduga, kita tahu segala hal bisa saja terjadi. Tetapi secara pribadi saya tidak yakin Korea Utara akan melakukan hal itu. Karena mereka tidak mau memberi pengukuhan bagi pandangan seluruh dunia mengenai jenis negara macam apa mereka itu.“

Ging Ginanjar

Editor: Marjory Linardy

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait